write.as

GEDUNG FISIP "Hei, Jeong. Baru dateng apa mau balik?" Sapa Wendy sambil tersenyum saat ia menghampiri gadis yang berdiri di depan lift. "Loh, Wen, ngapain di sini? Aku ada tutoring nih bentar lagi," jawab Sejeong sedikit terkejut. "Oh kamu masih aktif kasih tutoring ke junior?" tanya Wendy. "Aku ada janji di sini." "Masih dong," ucap Sejeong sambil mengangkat jempolnya. "Janjian sama siapa?" "Umm sama ..." Wendy mengedarkan pandangan hingga sekilas matanya menangkap sosok Ren yang perlahan meninggalkan lobi dengan gontai. "Wait. Itu anaknya kok malah menjauh. Bentar ya, Jeong," ucap Wendy sebelum melangkah untuk mengejar Irene yang tampak semakin menjauh. "Ren!" Serunya. Irene yang sudah terlanjur kesal dengan Wendy tidak bergeming dan terus berjalan. "Irene!" Wendy akhirnya berhasil menyusul Irene dan memegang lengannya. "Hei! Mau kemana sih? Kan kita janjian di lobi!" Irene berbalik dan menatap Wendy tajam sehingga refleks gadis itu melepas lengan Irene. "Whoaa, kenapa tuh muka?" Irene mendengus kesal dan menyilangkan lengannya di dada. "Pikir aja sendiri!" "Ga bisa mikir. Aku laper. Mana bekelnya?" tanya Wendy. "Oh, jadi aku cuma bekel girl di mata kamu?" "Bekel girl?" Irene membuka tasnya, mengambil sebuah tupperware berwarna pink dan menyodorkannya ke Wendy. "Nih. Enjoy bekel kamu!!" Irene langsung membuang muka dan hendak melangkah pergi, tapi Wendy meraih lengannya lagi. "Hei, hei, kamu kenapa sih?" Mereka agaknya tidak sadar kalau sekumpulan mahasiswa di lobi mulai memperhatikan mereka. "Kamu ga lihat aku berdiri di sana? Malah nyamperin cewe lain!" seru Irene "Ga lihat. Kamu pendek sih." "Kayak kamu tinggi aja!" "Maksud aku, kamu ketutupan orang-orang jadi aku ga aware, Ren," jelas Wendy. "Aku lihat ada temen aku di sana, ya sudah aku samperin dulu." "Sorry ya, tadi aku beneran ga lihat kamu," tambahnya. Irene masih cemberut, tapi dia mulai luluh karena Wendy meminta maaf sambil mengusap lengannya dengan lembut. "Hmm ... oke dimaafin." 'Mudah sekali dibujuk.' Batin Wendy. "Wendy!" seru Sejeong sambil berjalan menghampiri Wendy. "Oh, hi! Irene kan?" Irene memaksakan sebuah senyuman dan menangguk. "Oh, kamu janjian sama Irene?" tanya Sejeong. "Ya, kami mau makan siang." Sejeong tersenyum penuh makna sebelum memukul pelan lengan Wendy. "Hooo, makan siang ... " Irene yang melihat itu langsung terbakar api lagi. "Iya, kamu sudah makan? Mau ikut makan bareng kami ga?" Sejeong sekilas melirik Irene lalu menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis. "Kelas tutoring aku dimulai 15 menit lagi. Mungkin lain kali." "Oh, oke," ucap Wendy sembari mengedikkan bahunya. Sejeong mendekatkan tubuhnya dan berbisik ke telinga Wendy, "Heh, kamu jadian kok ga bilang-bilang." "Cuma temen." "Halah bohong. Tuh cewe kamu cemburu banget." "Cemburu apaan ... " "AHEM!" Irene berdeham keras. Sejeong segera paham maksudnya dan menjauh dari Wendy. "Aku harus pergi sekarang. Next kita makan bareng ya," ucap Sejeong sambil terkekeh geli dan melambaikan tangannya. "Bye Wen! Bye Irene!" Irene mendorong kacamatanya yang melorot. "Kalian ada hubungan apa? Kelihatannya deket." Meskipun dia tahu, tapi dia ingin mendengar langsung dari Wendy. "Temen," ucap Wendy lagi dengan acuh tak acuh, "Kita bisa makan sekarang, ngga? Aku ada kelas 40 menit lagi." Irene sebenarnya masih ingin menginterogasi, tapi dia menahan dirinya kali ini. Sedikit malu karena menjadi tontonan anak-anak FISIP. "Ya," balasnya dengan dingin. **