write.as

That "Pura-Pura" Event.. Dari jam 6 pagi gue sama adek-adek gue udah meluncur ke arah puncak buat sebuah acara pura-pura yang udah gue rencanain. Jujur gue bukan tipe orang yang merencanakan berpergian kaya gini, ngasih-ngasih surprise dan nyiapin segala halnya, duh pergi aja biasanya kudu orang yang nyeret gue. Mostly, gue tim yg terima beres aja deh. Tapi untuk acara yang satu ini emang gue niatkan untuk menciptakan kenang-kenangan buat gue sama Mingyu. Belakangan ini emang hidup kita dramatis banget. Dan yang makin bikin sedih sebenernya adalah bahkan ketika hati kita berdua akhirnya udah sama-sama yakin, tetep aja belum waktunya buat kita jadi pasangan yang sah. Jadi harus nerima dengan lapang dada kalo masih harus nunggu dua tahun lagi buat jadi suami. Kalo aja gue ga inget apa yang belakangan ini lagi Mingyu lalui, sebenernya gue udah rasa pengen ngamuk tau ga. Seakan gue sama Mingyu emang ga boleh bersama, ada aja halangan untuk kita ga jadi dipersatukan semesta. Ya tali jiwa kita keputus lah. Ya LDR lah. Ya nikahnya harus diundur lah. Kadang gue mikir, apa ini hukuman buat gue ya karena udah nyia-nyiain waktu sama Mingyu kemaren? Malah ngabisin waktu buat pacaran sama orang lain. Tapi seenggaknya gue masih dikasih kesempatan untuk bisa menghabiskan waktu bareng Mingyu. Maka disinilah gue di salah satu spot rooftop di puncak. Disini tempat yang tadinya mau gue dan Mingyu booking buat nikahan kita tapi ga jadi. Akhirnya gue booking untuk private event aja pagi ini. Jam 8 gue udah di lokasi dan lekas mendecor event pura-pura ini. Mungkin kalian udah kepikiran sebenernya ini event apa. Iya bener. Apapun yang kalian pikirkan pokoknya bener. Jujur gue ga pinter decor, dan sayangnya yang dateng baru gue sama adek-adek gue yang sama-sama ga bisa diandalkan. Kenapa gue ngide banget ngedecor sendiri ya? Gue tadi udah nyoba-nyoba beberapa decor sesuai tutorial yang dari kemaren gue pelajarin tapi emang tangan ga bisa boong ya. Tangan gue cuma lincah buat keyboard game doang. Si Mancung sama Ican juga sama-sama bengong karena pas mau nyoba decor malah end up messing around dan gue marahin. Akhirnya gue coba call Jun sama Kak Han yang hopefully masih bisa gue andalkan perkara beginian. Jun ga ada balesan, kayanya dia lagi di jalan dan ga berangkat sama Hao terakhir ngabarin. Dan Kak Han bilang masih kejebak macet. Hhh kenapa pula milih puncak ya gue? Dan ga lama si Seokmin berdiri excited karena ada yang dateng. Tapi gue bukannya ikutan excited malah kesel. The plan is ruined.. Mingyu is here already, duluan daripada tamu-tamu yang gue harap bisa bantuin gue. Harusnya dia dateng udah pake pakaian rapi dan tinggal terima beres aja. Tapi ini anaknya malah pake hoodie, celana training, topi, sendal, dan dengan santainya ngetawain gue yang masih terpojokkan bersama peralatan decor gue yang belum gue apa-apain. "Oohhh ceritanya mau main nikah-nikahan??", kata Mingyu ngeledek meskipun tau muka gue udah kesel karena tau semuanya ga berjalan sesuai harapan. "Terus kok ga dilanjut malah didiemin decornya?", kata Mingyu sambil membawa kresek yang gue rasa isinya makanan, lalu dia taro di salah satu meja tamu. "Gatau, ini tuh kaya ga sesuai sama tutorialnya, ga cakep aja gitu tadi udah aku susun", kata gue sambil manyun dan males buat mencoba lagi. "Roun mana?" "Lagi nemenin Chani dulu di bawah, terus aku jalan-jalan sendiri eh abis itu denger suara ketawa Ican jadi aku cari ternyata disini", kata Mingyu menjelaskan. Ga lupa gue lempar tatapan sinis ke Ican yang kenapa harus ketawa meriah di pagi hari. "Harusnya kamu ga liat ini. Harusnya Roun jagain kamu di bawah, dandanin kamu dulu yang rapi baru naik kesini pas decornya udah jadi" "Emang yakin bakal beres ni decor?" "Ya kan ntar ada Jun sama Kak Han yang bantuin", kata gue tetep cranky sama kegagalan kejutan pagi ini. Gue masih coba berusaha buat mendecor supaya Mingyu liat gue udah berusaha. "Sini..", kata Mingyu mengambil rangkaian bunga yang mau gue taro di atas sebagai gapura. Emang dah punya pasangan badan tinggi kudunya dilibatin buat kerjaan kuli begini. "Disini?? udah pas belum?", tanya Mingyu, gue masih menakar sisi-sisinya apakah sudah tepat di tengah atau belum. "Kamu coba munduran, sayang. Liatnya dari agak jauhan, pas apa ga?", kata Mingyu mengarahkan. Gue menurut lalu memperhatikan posisi decor tersebut sudah tepat di tengah atau belum. "Kiri dikit. Eh kanan sayang. Dikit aja lima senti gitu" "Lima senti doang pake digeser ya?" "Biar pas. Op op.. udah" "Udah nih ya??", tanya Mingyu menaruh decor di spot yang sudah pas dan ia ikut mundur sejajar dengan gue untuk melihat decornya. "Pas sih. Ini bunganya kamu yang susun?" "Iya", kata gue masih sambil mikir apa lagi yang harus disiapkan. "Cakep bunganya", kata Mingyu sambil mengelus kepala gue. Tapi gue masih sibuk sama pikiran gue untuk membereskan decor lainnya. "Apa lagi sayang yang perlu diberesin?" "Hmmm...", kata gue sambil mikir, memegang dagu sebelum terkaget karena Mingyu memberikan kecupan singkat di bibir gue. "Lucu banget lagi mikir gitu mukanya", kata Mingyu. "Woi, acaranya belum dimulai gausah mesra-mesraan dulu!", kata Seokmin yang pertama kalinya memergoki gue di-sun sama Mingyu. Gue tidak menghiraukan karena masih berkutit pada design decor yang masih butuh sentuhan hiasan. "Mmm, ini harusnya disusun buat entrance gitu ceritanya", kata gue menunjuk ke susunan bunga yang sudah rapi. "Sama kain ini buat alasnya gitu". Mingyu tanpa merespon dengan kata-kata langsung sigap menyusun karangan bunga dan kain sebagai decor entrance, ceritanya. "Begini?" "Iya begitu" "Udah pas?" "Pas", kata gue sambil membereskan sedikit ujung kain yang masih terlipat. "Nah, udah sih, tinggal itu bunga-bunga buat ditaro di meja-meja aja", kata gue tidak menyangka secepat ini selesai ketika dibantu orang lain. "Udah? Gampang banget padahal ya?", kata Mingyu heran kenapa hal tadi tidak bisa dilakukan oleh ketiga bersaudara ini. Gue pun heran kenapa bisa langsung beres sama Mingyu. Tau gini ga perlu main rahasia-rahasiaan. Selanjutnya gue membereskan karangan-karangan bunga mini untuk ditaro di setiap meja, sambil disuapin kue balok sama Mingyu. Seokmin dan Ican juga membantu menyusun di meja lain. Tidak lama Rowoon dan Chani datang dan tidak lupa meminta maaf karena Mingyu sudah terlanjur naik ke atas. Gue bilang ga masalah karena jadi ada manfaatnya si Mingyu tau spot ini. Beberapa menit kemudian Hao datang bersama Jungkook (kalau gue ga salah inget). Kemudian disusul Hoshi dan Woozi. Mingyu bercengkerama dengan Hao yang membawa teman mereka juga, Jungkook, untuk menyaksikan acara pura-pura pagi ini. Terakhir ada Jun dan Kak Han beserta Mas Cheol datang terakhir ketika semuanya sudah rapi. Ketika temen-temen yang lain sudah datang dalam keadaan rapi, gue dan Mingyu masih pake baju bangun tidur. Kita bersiap-siap selama 20 menit sebelum akhirnya muncul sebagai pemeran utama acara pagi ini. Mingyu tampan dengan kemeja yang memang disiapkan buat pernikahan kita, kaya memang ini Big Day-nya. Dan ceritanya di panggung kecil yang tadi udah gue decor udah ada Hao yang berperan sebagai Batua pagi ini. Sebentar. Kalo kalian ngerasa ini konyol, gue pun sama. Sumpah, di kepala gue ini tuh rencana keren banget tapi pas ini kejadian, CRINGE BANGET YA PUNTENN??? No one is telling me that this is the bad idea?? Gue ga pernah punya rencana-rencana beginian, i think this is the last time i'll plan something like this. Gue bisa liat muka Hao tertekan di panggung sana dengan Jungkook menahan tawa. Kak Han menyiratkan ekspresi "What The Hell Is This"-nya terang-terangan. Woozi yang menutup wajahnya dengan tangannya padahal yang harusnya malu gue. Dan selain mereka, sisanya pada pura-pura excited dan berbahagia. "Boleh bubar aja ga ya? gausah jadi gitu? kita pesen makan aja buat sarapan abis itu lanjut ke Lembang langsung?", kata gue berbisik-bisik sambil menggandeng tangan Mingyu, berjalan menuju altar ceritanya. "Haha malu ya? gausah malu sayang, lanjut aja this is cute, actually?" "I don't want cute, Mingyu, i want cool. This has to be cool not cute" "Hahahaa ya gimana end up nya emang malah jadi cute..", kata Mingyu sambil mengeratkan genggaman tangannya. "Ini tuh gue harus pura-pura happy seolah pernikahan beneran?", kata Kak Han bertanya. Kaya beneran yang begitu ditanya sama tu orang?? A very supportive brother he is. "Ssshhhhttt, Kak, lagi khidmat ini", kata Seokmin udah beneran pura-pura jadi tamu undangan alias ngeledek. Si Yoon Jeonghan cuma rolling his eyes ga peduli. Gue lupa banget punya kakak berupa manusia kaya dia yang udah tau ga akan support acara konyol gue kaya gini. Dan akhirnya kita ada di depan Hao, sebagai Batua kita yang akan mengesahkan ritual pernikahan kita hari ini. Aduh Mingyu kayanya gue ga perlu bilang cinta lagi sama lo karena acara konyol ini udah mewakilkan untuk beberapa tahun kemudian alias ini gue ngapain ya sumpah?? Gue sama Mingyu duduk di depan Hao, dan Jungkook menyusul naik ke altar. Jadi kenapa Hao yang jadi Batua? Nah kan kalau di ritual Pengikatan Tali Jiwa biasanya sang pasangan akan melukai jarinya sedikit untuk diambil darahnya yang disatukan di dalam batok kelapa sebagai tanda mereka sudah menyatu. Nah kalo ini gue akal-akalan ritual tersebut diganti pake gambar tato. I KNOW I KNOW, THIS IS TOO, NOT LESS RIDICULOUS. PLEASE BEAR WITH ME, GUYS. Hao hanya mengangkat bahunya ketika Mingyu menatapnya heran. "Ini kita tatoan bareng?", tanya Mingyu. "Hehehe", gue cuma bisa respon begitu karena kayanya dia ga suka deh. "Gambar apa emang?" "Gambar tali di urat nadi, sama inisial huruf kamu di tangan aku, dan sebaliknya" Dari sudut mata gue, bisa gue liat Hao yang menahan ketawa, begitupun Jungkook. "Konyol ya? Gausah jadi aja deh ya? Langsung pesen makan aja deh??", kata gue sambil muter balik badan beranjak memanggil waitress. Tapi ketahan sama tangan Mingyu yang megangin gue supaya ga pergi. "Lanjut aja A, tapi gue boleh mesen makan ya? Gabut banget ini nungguin tatonya?", kata Seokmin dari meja tamu para hadirin yang tidak terlalu berbahagia alias mereka semua keliatan bosen banget. Berantakan.. Gue liat ke mata mereka satu-satu. Kak Han ga pake pura-pura menunjukkan kebosanannya, beda sama Mas Cheol yang sabar nungguin. Rowoon dan Chani yang asik lovey dovey di dunia mereka sendiri. Bagus deh seenggaknya mereka ga terlalu nyimak acara konyol ini. Hoshi yang pura-pura atau emang excited, gue ga bisa bedain tapi dia memberikan semangat buat gue tetep lanjutin rencana gue. Di sebelahnya Woozi cuma diem muka datar. Dan Jun cuma diem datar juga but it's so unlike him. "Gapapa?", gue tanya ke dia dari jauh karena kayanya dia yang paling waras buat merespon gue. Dia cuma ngangguk sambil senyum. Dan ada Seokmin dan Ican yang malah sibuk mesen makanan. "Hao jujur ya, lo daritadi nahan ketawa, ini tuh terlalu konyol ya?", tanya gue. "Gapapa sayang..", yang jawab Mingyu. "Sori, Won.. Kalau rencana ini datengnya dari Mingyu mungkin gue ga heran kalo dia bakal plan this silly thing. Dan ga akan terlalu lucu juga karena ya ga heran. Tapi ini dari lo, jadi kaya.. yaa silly of you, but ya gapapa lah, Won. Ini kan buat kalian berdua?", kata Hao. "Tuh kan silly" "Sayang.. I might hate the idea of me drawing tattoo on my body. But the idea of me drawing part of you is different thing. Jadi lanjut aja ya?" "Beneran gapapa? Itu tato kan permanen?" "Ya kamu udah ngerencanain ini, kalo kamu maunya begini yaudah ayok" "Tapi Gu, beneran kalo yang tato ini kamu gamau biar aku aja. Kamu ga harus ikutan" "Aku mau, sayang", kata Mingyu meyakinkan gue. Dan dia memberikan isyarat ke Hao dan Jungkook buat menggambar apapun yang sebelumnya udah gue pesen. Tato talinya kecil kok, sengaja, biar Mingyu ga nyesel-nyesel banget. Inisialnya juga kecil aja. Mingyu pilih huru W sebagai inisial gue. Dan gue pilih huruf G untuk inisial dia. Sekitar dua puluh menit untuk Hao dan Jungkook mentato tangan kita dihiasi suara jeritan dari Mingyu setiap jarum tatonya menyengat tangan dia. Si Jungkook yang bagian ngegambar jadi agak kesulitan buat gambar rapi di tangannya sampai Seokmin harus maju buat nahan badan besar Mingyu supaya ga banyak gerak. "Udah nih, mau ada ucap-ucap janji dulu ga?", kata Hao tersirat meledek tapi gue lama-lama kebal sama respon mereka semua hari ini. "Ga ada, konyol banget", kata gue. "Yah masa ga ada?? Kan nikah harus ada janji suci janji setia gitu, Sayang?", kata Mingyu. "Gausah ih konyollll" "Udah konyol ini, Won, nanggung", kata Hao. "Saya, Kim Mingyu--", sebelum Mingyu melanjutkan gue cubit bibirnya biar dia ga bisa lanjut ngomong. Tapi abis itu tangan gue di lepas sama tangan dia yang nganggur. "Saya, Kim Mingyu, janji nikahin Jeon Wonwoo beneran kalo udah pulang kerja di Korea 2 tahun lagi", kata Mingyu berhasil menyelesaikan janji konyol dengan bahasa begajulannya. Hao sama Jungkook cuma tabok-tabokan sambil menertawakan kita. Kalo yang lainnya kayanya ga pada peduli kejadian konyol apa yang sedang terjadi di altar ini. "Lu dong, Won, gantian", kata Hao. "Ih ogah" "Dih kok gitu?? Aku udah mau nato tangan aku lho" "Ya ini aku udah ngerencanain acara konyol ini apa kurang, Gu??" "Kurang, ayok cepet. Hao, pandu Hao" "Ikutin saya ya, Nak Wonwoo", kata Hao pura-pura jadi Batua. "Saya, Jeon Wonwoo" Gue diem. "Sayang, ikutin!" Gue geleng-geleng. Bukannya ga mau janji ya, cuma ini tuh cringey banget paham ga sih? "Saya, Jeon Wonwoo..", kata Hao mengulang. Mingyu menyikut tangan gue tanpa henti agar gue mengikuti ucapan Hao. "Saya, Jeon Wonwoo", gue akhirnya mengikuti pelan. "Berjanji akan", kata Hao. "Berjanji akan", kata Gue, pelan. "Nungguin Kiming balik dari Korea" "Sumpah ya kalian bahasanya jelek banget??", kata gue komplen. "Hao yang gantengan dikit napa kalimatnya", kata Mingyu protes. "Oke, ulang. Berjanji akan menanti Kim Mingyu kembali dari Korea hingga menikahi saya beneran" "This is ridiculous" "Udah terlanjurrr, ayok cepet ikutin", kata Hao menuntut. "Berjanji akan ngelakuin yang tadi diucapin Hao", kata gue ngasal. Lalu dijitak pelan sama Mingyu saking susahnya gue bikin janji janji suci ini ih konyol banget sumpah. Kenapa malah makin konyol aja sih ini acara? "Berjanji akan menanti Mingyu kembali dari Korea hingga menikahi saya beneran. Tapi kalo lewat dari dua tahun, ga jadi janji", kata gue menambahkan. "Ih kamu mah" "Fair enough, janji diterima", kata Hao menutup "janji suci" kita dan menggenggam kedua pergelangan tangan gue dan Mingyu sambil pura-pura berdoa dan menutup matanya. Di akhir dia bilang "Kalau kalian berdua mengingkari janji ini, tato di tangan kalian akan membusuk!" "WOII!!!", kata gue dan Mingyu kompak. ** Pas udah bener-bener selesai, akhirnya gue memamerkan hasil tatonya ke para tamu, sambil menggoyangkan pergelangan tangan gue. And no one even pay attention on me karena pada sibuk masing-masing. Sumpah ini acara membosankan banget. Tapi pas gue berbalik badan kembali ke arah altar, gue liat Mingyu di sebelah gue yang memberikan senyuman karena tadi liat gue kesenengan karena tatonya udah jadi. And i think, Mingyu is enough :). Dan dengan selesainya tangan gue sama Mingyu di tato, jadilah sekarang gue sama Mingyu kembali terikat Tali Jiwa kita. Pura-pura sih iya tau kok, tapi ya pokoknya udah ada simbol penyatuan kita. Dan Mingyu ga udah-udah ngeliatin tatonya terus. Selanjutnya kita semua mengisi perut dengan makan pagi sebelum bersiap lanjut ke Lembang. Hao dan Jungkook ga lanjut ikut ke Lembang. Tapi Jun tetep ikut bareng sama Hoshi dan Woozi. Rowoon dan Chani juga lanjut pulang karena harus berkunjung ke rumah orang tua Chani. Kak Han dengan enggannya tetap ikut begitu juga adik-adik gue. "Lucu juga ya", kata Mingyu yang sudah selesai menyantap makanan dan masih sesekali melihat tatonya. Lalu dia menatap gue dalam-dalam dan memberikan kecupan singkat. "Kaya yang ngide-in", kata Mingyu selanjutnya. "Rencana pagi ini ga se-keren yang ada di kepala aku sumpah failed banget", kata gue. "Gapapa sayang, malah jadi lucu" "Maaf ya, Gu?" "Sayang.." "Hmm" "Mungkin bagi orang lain ini konyol tapi ga bagi aku, Won. This is the sweetest thing you've ever done for me, for us. I'm in endless grateful right now. Thinking and knowing that you set this all up, alone. Bangga sama Meng", kata Mingyu sambil senyum. "I know what you're doing and why you're doing this. Makasih udah diobatin sedihnya aku karena kita harus nunda pernikahan kita. Tapi aku sekarang jadi lebih tenang mau berangkat ke Korea. Kamu beneran tau yang harus kamu lakuin. Nanti yang benerannya let me do my thing ya, kamu tinggal terima beres. Ditunggu ya sayang?", kata Mingyu dan gue hanya membalas anggukan sebelum dia kembali mencium bibir gue, untuk yang sekarang agak lama dan harus denger Hoshi berdehem dulu buat kita balik ke dunia nyata. ** Rencana selanjutnya kita pergi ke Villa Mas Cheol yang ada di Lembang. Villanya bagus, banyak fasilitas yang seru buat liburan, dan gratis buat gue, tentu saja. Gue semobil sama Mancung dan Ican. Gue minta Mancung buat nyetir karena gue capek banget dan pengen tidur selama perjalanan. Tapi ga bisa tidur karena tiga orang lainnya energinya udah kaya kebanyakan gula. Akhirnya Mingyu ngasih gue headphone biar bisa tidur sementara mereka tetep seru-seruan di jalan. Kak Han di mobil berbeda dengan Mas Cheol. Mobilnya cuma muat berdua. Gue geleng-geleng aja acara begini bisa-bisanya bawa mobil yang cuma two seat alias si Yoon Jeonghan emang evil dia. Katanya "biar ga perlu nganter-nganter atau bawa-bawa barang" ya gustiiii. Dan mobil satu lagi diisi sama Hoshi, Woozi dan Jun. Mobil Jun setau gue tadi dititip Hao untuk dibawa pulang. Tapi ada yang janggal sama Jun dan Hao. Mereka ga banyak interaksi dan sekalinya interaksi kaya dingin. Moodnya Jun juga beda, ga iseng atau absurd kaya biasanya. Lebih kaya manusia normal which is not normal for Jun. Tapi mungkin nanti bisa gue tanyain langsung. Sesampainya di Villa, Seokmin dan Ican udah sibuk milih kamar. Gue cuma mau rebahan disusul Jun dan Woozi. Mingyu jalan-jalan nyari mainan yang bisa dimainin berujung main layangan, disusul Hoshi, Seokmin dan Ican setelah mereka udah ngetepin kamar mereka. Kak Han dan Mas Cheol are no where to be found. Malemnya kita buka tenda di depan Villa dan juga udah siap api unggun yang disediakan penjaga Villa, bikin malam Lembang jadi lebih hangat. Mingyu udah sibuk nyiapin daging dan bakar-bakaran dibantu gue dan Seokmin sebagai asistennya. Yang lain menyiapkan peralatan makan dan meja dan duduk santai menunggu dagingnya matang. Sambil bercengkerama, bercanda-canda, saling ngatain dan saling bercerita masa lalu, kita semua ga berhenti makan, minum, dan ketawa. Setelah dirasa perut kenyang, masing-masing melakukan aktifitas yang berbeda. Jun di ruang hiburan bersama Seokmin yang siap Karokean, disusul Woozi dan Hoshi. Mas Cheol, Kak Han dan Dino entah bagaimana pindah ke tempat kemah yang agak jauh dari Villa dan mendekati sungai, menikmati ramyeon dan melanjutkan minum-minum. Gue dan Mingyu membereskan bekas makan dan mengembalikan meja dan peralatan manggang ke tempat semula. Setelah semua beres gue menyusul ke tempat hiburan untuk membaca buku, Jun melukis, Seokmin, Woozi, Hoshi dan Mingyu karaokean dan kami semua berada di tempat yang sama. Setelah agak malam, gue, Seokmin dan Ican memutuskan untuk ke Sauna yang letaknya ada di belakang Villa. Gue ambil minuman dan telor rebus untuk kita bertiga sebagai cemilan selama di dalam. Seokmin dan Ican ini memang kalo udah disatuin ga akan bisa ga ketawa. Gue sebagai yang paling ga lucu diantara bertiga tugasnya cuma ngasih satu komen dan mereka akan bertindak konyol selama setengah jam ke depan. Kerennya fasilitas sauna ini ternyata ada fotoboxnya, gatau gimana si Mas Cheol punya ide ini tapi akhirnya Ican maksa kita bertiga buat nyobain. Turns out the picture is kinda cute. Ican seneng banget, dasar bocil. Selesainya gue sauna, gue lanjut ke kamar untuk mandi beneran membersihkan keringat dan sisa-sisa asap di tubuh gue. Selesai dari situ gue menemukan Mingyu yang sudah tergeletak di kasur tanpa baju. Bau asap dari bakaran daging tadi masih tercium dari tubuhnya. "Gu, mandi dulu gih, masih bau asep kamu", kata gue melempar handuknya agar ia segera mandi. "Ngantuk aku, sayang. Capek juga", kata Mingyu beralasan. "Yaudah aku tidur di kamar lain ya? Aku udah mandi soalnya, kalo tidur sama kamu kena bau lagi aku" Mingyu membalikkan badannya menghadap gue sambil manyun. "Tega banget malem pertama udah ditinggal" "Ih orang gila, malem pertama apaan! Mandi buru, aku tinggal tidur nih", kata gue mengancam. "Cium dulu sayang", kata Mingyu mendorong tubuhnya ke arah gue. Gue mundur memberikan penolakan. "Gamau ah, bau aseeppp! Cepet mandi" "Dikit aja" "Cepetan Kiming!!!" "Pelit" "Gu, aku capek, pengen ndusel, buru mandi" "Nahhh gitu kek dari tadi. Siap sayang, tunggu yaaa", kata Mingyu berhasil mencuri cium di pipi gue. Selama sepuluh menit Mingyu menghabiskan waktu di kamar mandi, tidak lama gue bisa merasakan tubuh Mingyu mendekat ke arah gue, menyiapkan posisi tidurnya. "Sini sayang, aku udah selesai mandi", kata Mingyu dan ketika gue membalikkan badan, Mingyu sudah siap menerima gue di pelukannya. Gue bergeser mendekat ke arah Mingyu dan memeluk badan kekarnya. Tubuhnya sudah wangi sabun dan tidak lagi tersisa bau asep. Nafasnya pun sudah segar wangi pasta gigi. Memberikan kenyamanan untuk gue yang butuh melepas lelah. "Capek ya, Meng?" "he'eh", kata gue menjawab dengan mata yang udah tertutup. "Eh sayang, si Jun bae?" "Gatau, belum cerita apa-apa. Kenapa gitu?" "Tadi aku kan keluar sebentar, dia masih ngelukis tuh di ruang tengah. Dia emang hobi ngelukis?" "Ga setau aku, tapi Hao kan pinter ngelukis ya? Mungkin dia belajar dari Hao?" "Tapi aku daritadi ga liat dia interaksi sama siapa-siapa deh selama ngelukis? Bener-bener kaya di dunianya sendiri" "Aku juga seharian ini ngerasa ada yang janggal. Tapi nanti lagi deh aku tanya ke orangnya dia lagi kenapa" "Kayanya ada hubungannya sama Hao", kata Mingyu, gue langsung membuka mata menatap Mingyu. "Kamu tau mereka kenapa?" "Ga tau sih, tapi Hao emang lagi ga baik-baik aja. Tapi kata dia nanti cerita kalo udah waktunya" "Waduh.. aku kok jadi worry ya?" "Iya, nanti kamu tanya-tanya ya sayang, kayanya mereka lagi ga baik-baik aja" "Iya deh nanti aku tanya. Mudah-mudahan ga separah kekhawatiran aku" Mingyu memainkan rambut gue dengan lembut dan mengecup kening gue sesekali. "Won.." "hmmya?" "Kita bisa lah ya nunggu dua tahun?" "Bisa, Gu" "Bener ya?" "Iya" "Aku liat hari ini aja udah seneng banget, gimana nanti acara benerannya ya?" "hmmm", kata gue udah setengah mengantuk. "Seneng kalo Igu seneng" "Makasih banyak ya, Meng?" "Sama-sama sayang. Bobo yuk" "Gamau malem pertama?", gue melek mendengar pertanyaan itu. Tapi rasa kantuk gue masih sangat mendominasi. Gue menatap Mingyu dan mendekati wajahnya untuk memberikan kecupan lembut. "Kapan-kapan aja", kata gue dan kembali memeluk Mingyu. "Baiklaahh, as you like, tuan muda. Night, sayang", kata Mingyu memeluk erat tubuh gue. Hangat rasanya. Aman dan nyaman. Sempurna. "Night, Gu". ** Paginya, gue keluar kamar dan melihat Mingyu udah di dapur bersiap membuat sarapan. Mingyu emang hobi masak, turunan dari mamanya. Dan bukannya gue ga mau bantu, tapi dari dulu setiap gue mau bantuin pasti jadinya dia malah kagok dan nyuruh gue buat duduk aja di meja makan. Istilah kasarnya gue malah ngerecokin. Jadi ya sekarang kalau nemu Mingyu lagi nyiapin makan disaat gue lapar gue hanya mengeluarkan jurus ampuh gue. Menyentuhnya pelan, supaya ga kaget, ngasih sinyal kalo gue ada di belakang dia. Lalu perlahan melingkarkan tangan gue di pinggangnya, memeluk sayang dari belakang dan berkata: "Mingyu lagi mau bikin mie ya?", kata gue dengan nada lembut. "Hi, sayang, morning. Kamu mau mie?", kata Mingyu. "Mau" "Oke, aku bikinin, nanti kita makan bareng" "Oke sayang, makasiii", kata gue yang kemudian melepaskan pelukan lalu sedikit menjinjit ke arah pipinya untuk memberikan ciuman. Mie buatan Mingyu emang terbaik. Mau udah gue nyobain berkali-kali tetep terbaik. Gue makan dengan lahap dan Mingyu hanya melihat gue memakan masakannya dengan nikmat, berasa puas. "Napa lu pake kacamata item pagi-pagi?", tanya Seokmin yang sudah terbangun. "Mata gue bengkak ye gara-gara lu nyuruh gue minum banyak banget", kata Mingyu. "Mana liat bengkaknya?" Mingyu lalu melepas kacamatanya sambil berkaca dari layar handphonenya. "Wahh.. Bengkak ya", kata Seokmin. Mingyu melirik ke arah gue dengan mata bengkaknya, mencari validasi. "Iyakah?? Gatau aku, kaya sama aja kamu mah di mata aku" Seokmin hening. Mingyu pun ikutan hening. Tapi pasti hatinya udah terbang ngalahin layangan yang dia terbangin kemaren. But well, my big baby deserve all those kind words anyway. Sekitar jam 10, gue memanggil Mingyu dan Mas Cheol karena kita udah janjian mau mendaki bukit di desa sebelah. Jaraknya agak jauh jadi kita harus naik motor. Udah disediain motor gede sama motor matic sama penjaga Villa. Gue udah siap nyetir motor gede ketika Mingyu mendekat dan siap duduk di jok belakang. Sebelum akhirnya gue larang karena gue ga bisa nebengin orang kalo naik motor. "Masa belum bisa juga?", tanya Mingyu rewel. "Ya emang belum bisa, apalagi ntar nih nanjak, jalannya berbelok-belok, aku sendiri aja" "Ya kalo sendiri naik yang matic aja" "Gamau, orang aku duluan yang ngambil kuncinya, suka-suka akulah motor yang mana", kata gue keukeuh. "Lah, kaya bocah malah berantem rebutan motor", saut Mas Cheol. Akhirnya beliau ambil kunci motor matic. Ia memanaskan motornya selama lima menit sambil menunggu gue yang masih berdebat dengan Mingyu. Dan akhirnya beliau turun tangan, "Mingyu, buru naik atau gue tinggal" Dengan enggannya Mingyu berjalan ke arah Mas Cheol sambil melemparkan tatapan sinis (yang menggemaskan) ke arah gue. "Jam 12 udah disini lagi yaaa atau gue tinggal!!!", kata Kak Han dari teras Villa, mengingatkan kami bertiga untuk pulang on time. Sesampainya di bukit, kami masih harus menanjak untuk sampai puncaknya. Lumayan jauh sampai Mingyu tadinya berniat untuk menunggu di bawah saja bersama motor-motor kita. Namun Mas Cheol membujuknya dan ia lanjut ikut mendaki bersama kita. Gue banyak ngobrol selama mendaki bersama Mas Cheol sementara Mingyu main-main sama langkahnya. Biar aja nanti pas di puncak malah tepar tu anak. Sesampainya di puncak kita menikmati cuaca yang sangat sejuk dan pemandangan yang memanjakan mata. Kita bertiga banyak diem dan tenggelam di pikiran masing-masing. Sedikit banyak ngobrol soal hidup, soalnya lagi sama bapak pimpinan, jadi bahasannya agak lebih berat bos. Sekitar setengah jam kita habiskan waktu di atas, Kak Han menelpon Mas Cheol mengingatkan kita untuk segera kembali ke Villa dan bersiap pulang ke Jakarta. Dan dengan ini kita semua kembali ke dunia nyata.