Perdebatan #GalaksiputihOC (+16)

Alberdo Yoana OC. Oneshot fiction. 600 Kata. Bahasa Indonesia.

⚠️ Slight NSFW. Suggestive. (lagi males nulis pk english)


Yoana dan aku duduk di sofa ruang tengah, pandangan kami terkunci dalam perdebatan sengit. Topiknya adalah hal sepele, tapi kami berdua sama-sama keras kepala.

“Aku benar-benar tidak bisa mengerti kenapa kau begitu keras kepala tentang ini, Yoana,” kataku dengan nada frustrasi.

Yoana melepaskan napas panjang, matanya berkobar-kobar ketika dia menjawab, “Alberdo, kau tahu aku hanya peduli padamu! Aku tidak ingin melihatmu terluka!”

Kami sudah melalui perdebatan seperti ini beberapa kali dalam beberapa minggu terakhir. Aku mencoba menjaga sikap profesionalku sebagai seorang detektif, tetapi Yoana selalu saja khawatir dan terlalu melibatkanku dalam urusannya. Hal itu membuatku marah.

“Aku tahu kau peduli, Yoana, tapi kau harus mengerti bahwa aku bisa menjaga diriku sendiri,” ujarku dengan suara yang mulai mereda. “Aku adalah seorang polisi dan aku tahu bagaimana cara untuk melindungi diri.”

Kami saling diam sejenak, napas kami masih terengah-engah akibat perdebatan yang sengit tadi. Namun, aku melihat ekspresi kekhawatiran di wajah Yoana dan itu membuat hatiku berdebar cepat.

Yoana mendekat ke arahku. “Tapi kau lupa bahwa kau juga manusia, Alberdo. Kau bisa melepaskan tekanan itu sesekali.”

Tiba-tiba, rasa bersalah menghampiriku. Ya, aku memang sering terlalu keras pada diriku sendiri. Aku merasa terhormat atas pekerjaanku sebagai detektif, tetapi aku juga harus mengingat bahwa aku memiliki kehidupan di luar pekerjaan itu.

Akhirnya, aku meletakkan tangan lembutku di pipi Yoana dan berkata dengan lembut, “Maafkan aku jika aku terlalu keras kepala. Aku tahu kau hanya ingin yang terbaik untukku.”

Aku melihat kilatan rasa lega di matanya. “Dan maafkan aku juga, Alberdo. Aku hanya tidak ingin kehilanganmu,” ucapnya pelan.

Dia tersenyum dan kami saling mendekat. Akhirnya, bibir kami bertemu dalam sebuah ciuman yang lembut, penuh perasaan. Perasaan tegang yang sebelumnya memenuhi ruangan itu perlahan-lahan berubah menjadi kehangatan dan kasih sayang.

“Pertengkaran ini malah membuatku ingin menjadi semakin dekat denganmu,” ucapku dengan tulus, memandang mata Yoana yang lembut.

Yoana tersenyum dan aku bisa merasakan rasa hangat di antara kami semakin menguat. “Aku juga merasa begitu, Alberdo. Terkadang kita butuh momen seperti ini untuk menguatkan hubungan kita.”

“Kau sengaja melakukannya?” tanyaku.

“Tidak, keresahan ini memang ada karena aku memang cinta dan peduli padamu,” balasnya.

“Begitu? Kau tahu aku tak ingin kehilanganmu hanya karena masalah ini.”

Otomatis satu sudut bibirku naik. Dengan perlahan, aku meraih tangan Yoana dan menciumnya lagi. Kali ini ciuman kami penuh dengan kelembutan dan keintiman, sebagai bentuk pernyataan bahwa meskipun kami mungkin berbeda, kami tetap satu dalam cinta yang kami miliki.

Kami terus berbicara di antara ciuman kami, mencoba untuk memahami mengapa pertengkaran tadi bisa berlangsung begitu lama. “Kenapa kita bisa bertengkar sepanjang ini, Yoana?” tanyaku dengan suara berbisik di telinganya.

Yoana tersenyum, walaupun ciuman-ciuman kecil masih menggoda antara kami. “Mungkin karena kita terlalu keras kepala, Alberdo. Tapi keributan tadi membuat kita saling mengenal lebih dalam.”

Ciumanku meluncur turun dari bibirnya ke lehernya yang halus. Yoana menghela napas dalam-dalam saat bibirku menyentuh kulitnya yang lembut dan aku bisa merasakan detak jantungnya yang semakin cepat.

“Kita sama-sama keras kepala,” bisikku dengan lembut di telinganya, sementara tanganku bergerak meraih pinggangnya. “Tapi kali ini, aku yang menang.”

Yoana mengecup bibirku lagi, kali ini dengan hasrat yang lebih dalam. “Hmmm. Jadi, apa yang kita pelajari hari ini?”

“Bahwa cinta kita memang unik dan kita harus merayakannya setiap saat,” balasku.

Kami tersenyum satu sama lain, tahu bahwa meskipun kami berdua bisa keras kepala, kami tidak akan pernah benar-benar terpisah. Pada akhirnya, kita selalu akan mendukung dan mencintai satu sama lain.

Dan di antara ciuman dan pelukan kami yang lebih dalam, kami merasa lebih dekat dan lebih mencintai satu sama lain daripada sebelumnya.