write.as

EXTRA VIII

Marcel masih setia bersandar pada pada badan mobil, sesekali pandangnya beredar ke arah pintu masuk parkiran kampus. Tak selang beberapa lama sosok yang ditunggu datang, tidak jauh dari tempat Marcel berdiri, ia melihat Atra dan Theodore jalan bersamaan tampak serius membahas sesuatu yang ia yakini tidak jauh dari persoalan Festival Musik.

“Widih udah dijemput.” Theodore lebih dulu buka suara saat berhadapan dengan Marcel.

“Dari jam berapa lu nungguin Atra?” Marcel melihat arloji yang melingkar pada tangan kirinya.

“Jam delapan.”

“Anjir, sekarang jam setengah sepuluh.” bukan hanya Theodore yang kaget, Atra pun sama, karena Marcel tidak mengirim pesan kalau ia sudah menunggu sejak tadi.

Parkiran utama kampus malam itu sudah sepi, hanya tersisa mobil miliknya, milik Atra (yang diniatkan untuk ditinggal) dan mobil milik Theodore yang terparkir bersebelahan.

“Lu rapatnya kelamaan,” Atra yang berdiri tepat di depan Marcel sadar betul kalau kekasihnya sedang dalam mood yang tidak baik.

“Kan kelamaan juga karena nunggu Atra dulu ngurus keamanan.” anjing Theodore terkekeh — ada gurat canda pada jawabannya tapi Marcel tidak melihat itu sebagai candaan yang bisa ia terima.

Tangan Marcel pengepal

“Yaudah, clear semua ya. Kita tinggal beresin area aja besok pagi bareng anak-anak, The.” Atra buka suara, dengan cepat berpindah posisi ke samping Marcel, tangannya memaksa masuk ke dalam ruas jari sang pacar, kemudian menggenggamnya dengan erat untuk menghalau tinjuan yang bisa saja menghampiri wajah Theodore.

“Sip, gua balik duluan ya.” Atra mengangguk sebagai respon.

“Oh iya Tra,” Theodore yang semula hendak membuka pintu mobil kembali berbalik, “Besok bisa minta tolong-”

“Gak bisa.”

“Gak bisa, besok divisi perlengkapan butuh Atra, jadi gak bisa diganggu.”

“Yah. Yaudah kalo gitu gua minta tolong panitia yang lain.” Atra menangguk walaupun ia sendiri sepertinya tidak ingat kalau divisi perlengkapan membutuhkan bantuannya atau itu hanya alibi Marcel?

“Gua balik, sorry cowo lu jadi balik malem terus, Cel.” seperti sadar dengan aura Marcel yang tidak bersahabat, Theodore memutuskan untuk segera mengakhiri interaksi mereka, menepuk bahu Marcel dan pergi.

“Cel, sorry ya jadi nunggu lama.” yang lebih kecil memutar posisinya hingga berhadapan dengan Marcel, tepat setelah mobil Theodore menghilang dari area parkir.

“Gapapa, kamu udah makan?” tidak ada jawab Marcel tahu artinya.

“Tadi gak sempet,” Atra tahu Marcel tidak suka dengan jawabannya, “Tapi tadi udah makan roti di Babeh.”

“Yaudah, kita makan nasi goreng dulu ya, baru aku anter pulang.” Marcel tahu kekasihnya lelah, menceramahi Atra karena telah melewati jam makan siangnya tentu saja tidak akan memperbaiki keadaan.

“Mau.” Atra mengangguk setuju, kebetulan ia juga merasa sangat lapar.

Pintu depan bagian penumpang sudah terbuka, Marcel menunggu Atra naik tapi yang dinanti tidak kunjung bergerak.

“Kenapa, kok diem?” Marcel terheran — satu tangannya masih setia menahan pintu mobil agar terbuka.

Tanpa jawab — dengan cepat Atra berhambur memeluk tubuh sang pacar membuat yang dipeluk terkejut bukan main.

Memeluk Marcel sudah ada dipikiran Atra sejak beberapa hari lalu — ia butuh istirahat, ia butuh, Marcel-nya.

“Sebentaaaar aja, Cel. Aku capek banget.” Atra memejamkan matanya, memeluk erat tubuh sang kekasih — hening cukup lama, detak jatung Marcel terdengar begitu jelas bersamaan dengan semilir angin malam yang menghempas permukaan kulit Atra, membuatnya ingin terlelap.

“Besok istirahat ya.” suaranya begitu lembut, tangan Marcel perlahan bergerak memberi usapan pada surai milik Atra; ia juga menghujani kepala Atra dengan banyak kecupan berharap bisa menyalurkan banyak energi yang ia miliki agar lelah yang dirasa si mungil hilang.

“Boleh gak pulang ke tempat kamu aja? Aku gak mau ke rumah.” suara Atra begitu kecil tapi masih bisa terdengar, Marcel tidak akan menolak, tidak bisa menolak tempatnya sudah menjadi tempat Atra.

“Boleh, Sayang.”

Bersamaan dengan jawaban itu, Atra membulatkan niat untuk memeluk Marcel sampai pagi, ia butuh men-charge energinya yang sudah terkuras selama beberapa hari ini.