gumongjae

Love you..

Cup

“Aku cinta kamu..”

Cup

I'll miss you kak..”

Cup

Malam ini. Malam terakhir Johnny di Korea dan malam terakhir Jaehyun tinggal di apartemen Johnny sebelum Johnny pergi ke Turki untuk memenuhi kewajiban dia.

Mereka kembali menggelung dirinya, memeluk satu sama lain erat. Berusaha sebanyak mungkin mengingat rasa, harum, dan kehangatan yang sekarang mereka rasakan sebelum nanti mereka dipisahkan oleh ruang.

“Gimana kalo kita sekarang nggak tidur? Besok aku berangkat jam 7 pagi kan? Kita ngobrol semalaman sampe jam 7 pagi. Mau?”

“Mmh.. mau..”

Jaehyun beringsut. Semakin menenggelamkan dirinya di dekapan Johnny. Menghirup wangi alami yang keluar dari tubuh Johnny rakus. Dia hanya ingin mencium ini sebelum nanti dia tidak bisa merasakan nya selama enam bulan.

Mereka berdua berpelukan.

“Jadi kamu mau mulai syuting drama minggu depan?”

“Mmh.. drama nya beda banget sama yang sebelum-sebelumnya nya.” Jaehyun memainkan jari nya di atas dada Johnny. “Banyak adegan actionnya. Terus nggak ada love line .. dark tapi menantang.”

Johnny mengangguk. Dia tau drama apa yang akan Jaehyun bintangi, beberapa hari yang lalu dia ikut Jaehyun membaca naskahnya berdua.

“Terus drama nya pre-production jadi selama 5 bulan an aku syuting drama sampe akhir, baru tayang..” Jaehyun menjeda ucapannya. “Eh kok waktu nya pas banget sama Kak Jo pulang ya?”

“Iya.. lima bulan.”

“Kalo gitu nanti pas drama aku rilis, Kak Jo udah ada di Korea dong..” Jaehyun berucap sambil tersenyum.

“Mmh, nanti kita nobar drama kamu ya..”

“Ya...nobar!!!”

Jaehyun tertawa. Kemudian dia mengecup leher Johnny, menghirup harum maskulin di ceruk leher Johnny. Setelah selesai, Johnny menyeringai menyadari kalau kali ini adalah bagiannya untuk mencium dan menghirup wangi manis dari Jaehyun.

“Tunggu aku ya, sayang..”

“Pasti..”

Mereka benar-benar tidak tertidur malam itu. Malam itu mereka habiskan untuk bercengkrama berbagi rasa sayang dan berbagi janji. Janji untuk menunggu satu sama lain disaat jarak memisahkan mereka.

Jaehyun dan Johnny sekarang sedang duduk berhadapan.

Sebelum itu Johnny sempat menyantap makanan yang sudah tersaji di meja makannya. Kalau boleh memilih Johnny sebenarnya ingin menjelaskan permasalannya yang akan berangkat ke Turki bulan depan, karena sepanjang makan tadi dia dihadiahi tatapan menusuk cenderung sedih dari Jaehyun. Tapi Jaehyun menyuruhnya makan terlebih dahulu. Jadi apa daya. Johnny hanya akan menuruti Jaehyun.

“Sebenernya ini bukan rencana mendadak. Dari awal selepas olimpiade memang aku harus balik ke Turki buat selesain Liga di sana.”

“Aku tau..”

Jaehyun menjawab Johnny lemah. Dia sama sekali bukan awam dalam dunia olahraga. Dia tau Johnny itu pemain andalan yang mendapatkan bayaran paling mahal dalam sejarah di klub voli negara Turki sana.

Tapi Jaehyun tidak tau kalau ternyata Johnny harus kembali ke Turki dalam waktu singkat seperti ini.

Demi Tuhan. Dia bahkan belum benar-benar menyicip masa pacaran !

“Maafin aku... Harus nya aku ngomong lebih awal ke kamu soal ini. Tapi aku malah nunda terus dan... Maafin aku sayang..”

Johnny berucap sambil menggengam tangan Jaehyun. Jaehyun hanya bisa diam dan menghembuskan nafasnya. Dia tidak bisa berkata bannyak. Dia tau bagaimana cara kontrak itu berjalan, dan dia tau ini bukan rencana tiba – tiba yang dibuat oleh Johnny. Rencana ini ada bahkan sebelum dia mengenal Johnny.

“Aku ngerti kok.. Cuma tadi aku kaget aja..” Jaehyun bergumam. “Kaget karena belum juga puas pacaran, udah ditinggal ke Turki lagi... Kak Jo berapa lama mau di sana nya?”

Johnny tersenyum mengelus pipi Jaehyun sebelum dia mejawab pertanyaa dari Jaehyun.

“Cuma 5 bulan. Kontrak aku sama klu Turki cuma 5 bulan, aku nggak akan perpanjang kontraknya.. Jadi kita cuma ldr-an lima bulan, terus aku bakalan balik ke Korea.”

Mata Jaehyun berbinar.

“Beneran cuma lima bulan?”

“Iya sayang... Dan sebulan ini, karena kamu udah libur, ayo kita pacaran sepuasnya. Kita dempet – dempetan sampai aku pergi ke Turki.”

Jaehyun tidak melepaskan genggamannya pada Johnny barang satu detik pun. Dari senyum Johnny dia sudah tau kalau Johnny sebenarnya merasa sedih atas lulus dan pensiun nya dia dari Timnas Korea yang sudah lebih dari 12 tahun menjadi rumah dia untuk kembali selepas dia berkelada di berbagai klub di seluruh dunia.

Timnas Korea benaer – benar menjadi rumah untuk berpulang seorang Seo Youngho selama ini.

“Sini deketan.. Aku peluk..”

Sekarang Jaehyun dan Johnny sudah sampai di apartemen Johhny. Apartemen mewah hasil dari kerja keras Johnny berkelana ke seluruh belahan dunia memukul bola, menciptakan kemenangan.

Johnny tersenyum melihat Jaehyun yang merentangkan tangannya siap memberikan dia pelukan hangat. Tidak mau membuat kekasihnya pegal merentangkan tangan, Johnny menyambut pelukan itu.

Well Done, captain... i'm proud of you

“Makasih, sayang..”

Pelukan mereka semakin dalam, sampai saat Johnny mengangkat Jaehyun untuk mengajak Jaehyun berbaring di sofa bed kepunyaannya.

“Pelan-pelan Kak !!”

“Hehehe.. gemes kamu..”

Setelah aksi pangku itu, kini mereka berdua beralih berpelukan sambil berbaring di sofa bed. Johnny masuk ke dalam pelukan Jaehyun, dan Jaehyun mengerti Johnny sedang butuh penghiburan saat ini. Dia mengecup kepala Johnny dan sesekali dengan lembut mengusap punggung Johnny.

“Ternyata sedih juga ya...” Johnny berucap, Jaehyun diam mendengarkan. “Selama 12 taun ini aku selalu pulang ke sana kalau lagi libur liga. Abis itu empat taun sekali kita persiapan buat Asian Games, buat Olimpiade.. Disiksa..” Johnny tertawa ketir

”....Tapi semua kebayar kalo kita bawa pulang mendali. Rasanya aku bakalan kangen banget deh masa – masa boot camp kalo setiap mau olympic atau Asian Games..”

Jaehyun membuat jarak diantara pelukan mereka, mengusap lembut wajah tegas Johnny yang sekarang sedang menatapnya murung. Tangan Jaehyun sengaja secara lembut menjelajah setiap lekuk dari wajah Johnny sampai jari nya berhenti di bibir tebal Johnny.

Cup

“Kak Jo udah lakuin hal yang baik. Semua nya nggak akan lupa sama apa yang Kak Jo berikan. Termasuk aku.” Jaehyun menjeda ucapannya lalu mengecup lagi bibir Johnny. “Karena aku bakalan ada di samping Kak Johnny..”

Bibir Johnny terangkat membentuk senyuman. Ia lalu menggeserkan tubuhnya dan mendekap Jaehyun untuk menyimpan kepala dia di lengannya. Matanya tertutup mengikis jarak antara mereka.

Johnny mencium Jaehyun dengan lembut.

Menyesap bibir Jaehyun.

“Makasih sayang...”

Usapan di pipi putih Jaehyun, Johnny lancarkan sebelum mereka kembali menutup mata mereka dan berbagi lumatan lembut sarat akan rasa tanpa setitik nafsu di dalamnya.

“Kita pindah yuk?”

“mmh? Kemana?”

“Ke kamar aku. Kita pelukan sampe pagi..”

“Gendong..”

“Tentu saja pangeran.. Ayo sini..”

“AKK PELAN – PELAN KAK !!”

Ya..

Seperti ajakan Johnny. Mereka berpelukan dan berbagi kecupan sampai mereka terlelap dalam dekapan satu sama lain.

“Kak Jo bisa ngomong di mic yang itu, biar aku kedengeran..”

“Di sini?”

“Ya..”

Sekarang Jaehyun dan Johnny sedang berada di studio rekaman pribadi Jaehyun. Jaehyun sedang masuk ke ruang rekaman yang kedap suara meninggalkam Johnny yang hanya bisa tersenyum di balik kaca mendengar kan suara Jaehyun lewat pengeras suara yang ada di sana.

Jaehyun mulai bernyanyi.

Johnny tersenyum menikmati.

Beautiful.. suara kamu, melodi, san liriknya cantik..”

Johnny berbicara di mic yang ada di hadapannya. Membuat Jaehyun tersipu di dalam ruangan dengan kaca tebal di depannya. Jaehyun mendekatkan dirinya ke mic yang ada di sana, dia mulai berbicara sambil menatap Johnny.

“Makasih kak...”

Desiran dan debaran bahagia kembali membuncah di diri Jaehyun dan Johnny. Satu tarikan nafas keluar dari mulut Johnny.

Inilah waktunya.

Dia akan berbicara serius dengan Jaehyun.

Soal hubungan mereka.

“Jae...”

Suara Johnny terdengar sangat berat di telinga Jaehyun. Dia yang tadinya akan melepas earphone nya dan kembali menghampiri Johnny membeku saat mendengar Johnny memanggil namanya.

“Mmh.. aku belum ngomong in jsecara langsung ke kamu kan?” Johnny berucap sambil tidak melepaskan tatapannya dari mata Jaehyun. “Aku sayang sama kamu Jaehyun...”

“Aku cinta sama kamu...”

Mata Jaehyun memanas. Mendengar dan melihat Johnny berkata itu secara langsung membuat dia emosional dan bahagia. Senyuman bahagia dengan cepat mengambil alih raut wajahnya.

“Kamu mau kan, sama – sama di samping aku? Kamu mau kan jadi pacar aku?”

Jaehyun menutup matanya, dia melepas earphone nya dan mulai berjalan terburu meninggalkan ruang rekaman untuk menuju ke ruang kontrol dimana Johnny sedang menunggunya.

Tak lama kemudian, Jaehyun sudah sampai dan dengan terburu dia memeluk Johnny dengan erat. Meninggalkan senyuman lega di wajah Johnny.

“Mmhh.. mau.. Aku juga sayang sama Kak Jo..”

Jaehyun mengeratkan pelukannya, membuat Johnny dengan leluasa mengecup rambut hitamnya. Setelah itu Johnny kembali mengeratkan pelukannya kepada Jaehyun.

“Makasih ya sayang..”

“No.. makasih..”

Untuk beberapa saat, studio rekaman Jaehyun hanya diisi oleh ucapan-ucapan cinta yang keluar dari mulut Johnny dan Jaehyun.

“Maaf ya kak...”

Johnny tertawa. “Astaga nggak apa-apa..” ucap Johnny setelah itu dia mengusap rambut Jaehyun, lembut.

Nonton bareng. Ya. Kali ini benar-benar nonton bareng. Karena Mingyu dan Minhyuk secara tiba-tiba sudah duduk manis di depan televisi. Untuk beberapa saat suasana kikuk terjadi saat mereka ber-empat ㅡ Jaehyun, Johnny, Mingyu, dan Minhyuk saling bertatapan.

“Tapi tadi seru kan? Mingyu sama Bang Hyuk nggak bikin kak Johnny nggak nyaman kan?” Jaehyun berucap sambil memancarkan mata bening penuh cahaya itu.

Astaga.. kalau saja mereka sudah resmi. Dan kalau saja saat ini mereka sedang tidak berada di basement dorm Jaehyun, Johnny sudah siap menerkam Jaehyun sekarang juga.

“Enggak. Mereka asyik orangnya..”

“Hhh.. syukurlah..”

Hening.

Untuk sesaat tidak ada pembicaraan antara Johnny dan Jaehyun. Sebenarnya kalau saja Mingyu dan Minhyuk tidak ada di dorm Jaehyun malam ini, Johnny sudah akan mengungkapkan perasaannya dan mengajak Jaehyun untuk berkencan.

Tapi mungkin bukan waktunya.

Dia juga tidak mau mengajak Jaehyun berkencan di basement gelap seperti ini.

“Hey.. nggak apa-apa, nanti kita nobar berdua nya bisa besok-besok..”

Jaehyun yang berada di depan Johnny hanya bisa tersenyum kecut. Mata mereka bertubrukan. Ada desiran yang tidak tertahan saat bola mata Johnny terkunci mengagumi bola mata Jaehyun. Tatapannya lalu turun ke bawah.. dan melihat bibir merah Jaehyun.

“Jaehyun..”

Johnny mendekat, membuat Jaehyun membolakan matanya bertanya-tanya apa yang akan dilakukan Johnny. Jakun nya bergerak ke bawah tanda dia sedang gugup dan menelan ludah nya sendiri. Johnny makin mendekat. Tanpa aba, Jaehyun mulai memejamkan matanya.

Cup..

Satu kecupan singkat dan lembut mampir di bibir Jaehyun. Setelah itu usapan halus di pipi kanan Jaehyun rasakan. Perlahan Jaehyun membuka matanya dan melihat Johnny sedang tersenyum sambil terus mengusap pipi nya halus.

“Nanti kita ngobrol lagi ya?”

Jaehyun hanya bisa mengangguk menjawab pertanyaan dari Johnny.

“Aku pulang dulu ya...” Ucap Johnny diakhiri dengan usapan lembut di rambut hitam Jaehyun.

“Hati-hati kak...”

“Mmh.. kamu ke dalem cepetan! Dingin..”

“Mmhh.. bye Kak Jo..”

See you Jaehyun.. nanti aku telepon ya..”

Jaehyun menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaan dari Johnny. Wajah nya sudah merah padam, hatinya sudah bergemuruh berisik sampai telinga dia bisa mendengar sendiri suaranya. Dan selepas Johnny pergi, Jaehyun menutup matanya dan meloncat kegirangan.

“Tuhaaaann...”

Ciuman pertamanya direnggut oleh kapten bola voli Korea, Johnny Suh.

“Maaf ya kak...”

Johnny tertawa. “Astaga nggak apa-apa..” ucap Johnny setelah itu dia mengusap rambut Jaehyun, lembut.

Nonton bareng. Ya. Kali ini benar-benar nonton bareng. Karena Mingyu dan Minhyuk secara tiba-tiba sudah duduk manis di depan televisi. Untuk beberapa saat suasana kikuk terjadi saat mereka ber-empat ㅡ Jaehyun, Johnny, Mingyu, dan Minhyuk saling bertatapan.

“Tapi tadi seru kan? Mingyu sama Bang Hyuk nggak bikin kak Johnny nggak nyaman kan?” Jaehyun berucap sambil memancarkan mata bening penuh cahaya itu.

Astaga.. kalau saja mereka sudah resmi. Dan kalau saja saat ini mereka sedang tidak berada di basement dorm Jaehyun, Johnny sudah siap menerkam Jaehyun sekarang juga.

“Enggak. Mereka asyik orangnya..”

“Hhh.. syukurlah..”

Hening.

Untuk sesaat tidak ada pembicaraan antara Johnny dan Jaehyun. Sebenarnya kalau saja Mingyu dan Minhyuk tidak ada di dorm Jaehyun malam ini, Johnny sudah akan mengungkapkan perasaannya dan mengajak Jaehyun untuk berkencan.

Tapi mungkin bukan waktunya.

Dia juga tidak mau mengajak Jaehyun berkencan di basement gelap seperti ini.

“Hey.. nggak apa-apa, nanti kita nobar berdua nya bisa besok-besok..”

Jaehyun yang berada di depan Johnny hanya bisa tersenyum kecut. Mata mereka bertubrukan. Ada desiran yang tidak tertahan saat bola mata Johnny terkunci mengagumi bola mata Jaehyun. Tatapannya lalu turun ke bawah.. dan melihat bibir merah Jaehyun.

“Jaehyun..”

Johnny mendekat, membuat Jaehyun membolakan matanya bertanya-tanya apa yang akan dilakukan Johnny. Jakun nya bergerak ke bawah tanda dia sedang gugup dan menelan ludah nya sendiri. Johnny makin mendekat. Tanpa aba, Jaehyun mulai memejamkan matanya.

Cup..

Satu kecupan singkat dan lembut mampir di bibir Jaehyun. Setelah itu usapan halus di pipi kanan Jaehyun rasakan. Perlahan Jaehyun membuka matanya dan melihat Johnny sedang tersenyum sambil terus mengusap pipi nya halus.

“Nanti kita ngobrol lagi ya?”

Jaehyun hanya bisa mengangguk menjawab pertanyaan dari Johnny.

“Aku pulang dulu ya...” Ucap Johnny diakhiri dengan usapan lembut di rambut hitam Jaehyun.

“Hati-hati kak...”

“Mmh.. kamu ke dalem cepetan! Dingin..”

“Mmhh.. bye Kak Jo..”

See you Jaehyun.. nanti aku telepon ya..”

Jaehyun menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaan dari Johnny. Wajah nya sudah merah padam, hatinya sudah bergemuruh berisik sampai telinga dia bisa mendengar sendiri suaranya. Dan selepas Johnny pergi, Jaehyun menutup matanya dan meloncat kegirangan.

“Tuhaaaann...”

Ciuman pertamanya direnggut oleh kapten bola voli Korea, Johnny Suh.

“Terimakasih atas kerja kerasnya..”

“Terimakasih..”

Semua orang dari pengisi acara sampai kru menyapa dan saling membungkuk menandakan syuting sudah selesai. Dengan pakaian yang basah Johnny menyapa semua kru dan pengisi acara, bibirnya tersenyum ketika pandangan nya bertubrukan dengan mata coklat kepunyaan Jaehyun.

“Jay ..”

“Kak Jo!!”

Mereka berdua tersenyum.

Hari ini sangat menyenangkan. Baik itu untuk Jaehyun maupun Johnny. Sepanjang hari mereka dihadapkan oleh perlombaan khas Running Man yang membuat mereka semakin dekat karena adanya berbagai kecocokan di diri mereka.

Seperti kecintaan mereka terhadap olahraga.

“Seru banget hari ini. Makasih atas kerja kerasnya ya Kak Johnny ..”

“Kamu juga Jay...”

Seolah hanya ada mereka berdua di ruangan itu, Johnny dan Jay kembali berbincang dengan senyum mereka. Sampai saat manajer Jaehyun memanggil Jaehyun untuk cepat-cepat berganti baju, karena dia akan langsung pergi ke jadwal selanjutnya.

“Kalo gitu, senang udah bertemu sama Kak Johnny. Sekali lagi selamat buat perunggu nya ya Kak..”

“Jay, sebentar..”

Ucapan selamat tinggal dari Jaehyun dihentikan oleh Johnny yang seperti nya sedari menunggu moment ini. Beberapa saat kemudian Johnny mengeluarkan ponsel nya.

“Boleh minta nomor ponsel nya?”

Jaehyun sengaja datang 20 menit sebelum jadwal rekaman dimulai. Dia membawa beberapa krat kopi dan soda untuk para kru yang ada di sana. Dia yang pertama kali datang ke lokasi, disusul oleh beberapa anggota Running Man seperti Yoo Jaesuk yang langsung membuat Jaehyun berkembang ketika menyapa. Dan yang lainnya.

“Oh itu dateng akhirnya!!”

Teriakan dari Hahaㅡsalah satu anggota Running Man mengalihkan perhatian Jaehyun sedang mengobrol dengan anggota Running Man di ruang tunggu. Dia otomatis berdiri lalu membungkukkan dirinya dan menyapa empat orang dengan jersey timnas mendekat menyapa mereka.

“Selamat Pagi..”

Semua orang yang ada di ruang tunggu pun saling menyapa. Terutama Johnny dan Jaehyun. Untuk beberapa saat hanya ada sapaan formal yang terjadi antara mereka, tawa meriah keluar saat beberapa kali Yoo Jaesuk melontarkan ucapan lucunya.

Situasi itu terus berjalan sampai saat seorang staff memotong tawa mereka.

“Permisi, Syuting nya dimulai. Anggota silahkan masuk terlebih dahulu.”

“Untuk Jay Jeong dan para atlit, nanti kita akan panggil satu persatu ya..” Lanjut salah satu kru itu.

“Ah baik..”

Dalam sekejap suasana meriah yang menyelimuti ruang tunggu itu lenyap saat semua anggota Running Man meninggal kan Jaehyun dan ke-empat atlet voli itu. Senyum kikuk keluar dari bibir manis Jaehyun.

“Ah... Ternyata senyumannya lebih manis kalo diliat langsung..”

Kalian bisa tebak jeritan batin siapa itu.

Ya Johnny Suh.

Johnny Suh yang sejak detik pertama mereka masuk ke ruang tunggu hanya memfokuskan atensinya kepada Jaehyun. Akhirnya. Dia bisa mengagumi Jaehyun dari dekat.

Johnny berdehem, merebut atensi Jaehyun yang sekarang tengah berdiri di depan dia.

“Senang bisa bertemu dengan anda, Jay? Ahh panggil nya harus apa ya?” Johnny berucap dengan senyuman nya. Sementara ketiga junior nya hanya diam melihat sang kapten sedang tersenyum gila karena Jaehyun.

Jaehyun menerima senyum itu.

“Panggilan Jaehyun aja kak. Eh saya boleh panggil kak kan? Bingung mau panggil apa..”

Lesung pipit Jaehyun mengembang. Membuat kupu-kupu yang bersemayam di perut Johnny ribut berterbangan.

“Panggil aja sesuka kamu. Ah iya... Seneng bisa ketemu sama kamu Jaehyun..”

Johnny mengulur kan lagi tangannya, tak butuh waktu lama Jaehyun menyambut uluran tangannya.

“Saya juga Kak..”

Dan mereka pun berjabat tangan dengan senyuman.

Seperti yang Theo janjikan mereka ber-empat benar – benar mengadakan pesta untuk merayakan selesainya ujian Manuel. Berbagai macam daging ada di sana. Wajar saja, Theo itu kan royal jadi semua dari daging sampai seafood kesukaan Noah dia beli. Ya meskipun di akhir dia mendapat omelan dari Jevara karena sudah berlebihan membeli makanan.

“Kan nanti sisanya bisa dikasih sama mba, sama mamang yang di rumah Sayang..”

Itu lah alibi yang Theo berikan saat Jevara uring – uringan melihat jumlah makanan yang segunung itu. Acara makan sudah berlalu. Noah dan Manuel sudah tepar kekenyangan di kamar masing – masing menyisakan kedua Papa dan Daddy nya berdua ditemani angin malam.

“Mas..”

“Ya?”

Theo dan Jevara kini sedang duduk bersampingan di ruang keluarga rumah Theo. Menghadap ke kaca besar dimana disana terdapat meja dan berbagai macam makanan yang tadi mereka santap ber-empat. Satu gelas wine yang sengaja Theo keluarkan setelah Manuel dan Noah tertidur menemani mereka.

“Makasih ya...” Ucapan dari Jevara membuat Theo beralih mengalihkan pandangannya. Theo pun menyimpan gelas wine yang sedaritadi dia pegang lalu beralih memegang tangan Jevara. Mata mereka saling bertukar pandang. “Makasih karena udah mau usaha berubah buat Manuel, Makasih karena udah bertahan sampai sini, dan makasih karena udah isi kekosongan buat Noah..”

cup

Jevara mencium tangan Theo yang sedaritadi ada dalam genggamannya. Theo ikut tersenyum, setelah mendapat kecupan dari Jevara, Theo membawa tangan Jevara mendekat. Tangan kiri Theo yang bebas tak menggenggam Jevara bergerak mengeluarkan sesuatu dari saku celana Theo.

Mata Theo berkaca saat melihat benda apa yang keluar dari saku celana Theo.

“Mas...”

“Jevara.. Sayang..” Theo menjeda ucapannya untuk mengambil nafas. Jujur, dia gugup. “Mmmhh... Langsung aja bisa nggak? Mas gugup. Ayo kita nikah. Jevara.. Ayo kita nikah.”

Jevara yang tadi nya terharu bahkan sampai ingin meneteskan air matanya malah langsung tertawa saat melihat Theo yang mengeluarkan keringan dingin seperti ini. Dengan anggukan pasti, Jevara menjawab pertanyaan dari Theo.

“Ya. Aku mau. Ayo kita nikah.”

“Astaga.. Akhirnya..”

Tawa lagi – lagi bebas keluar dari mulut Jevara. Sesaat kemudian Theo memasangkan satu cincin putih ke jari manis Jevara yang langsung disambut pelukan hangat oleh Jevara. Setekah pelukan hangat itu, Theo menciptakan jarak untuk mereka menatap bibir Jevara.

“Udah lamaran, boleh kiss nggak?” Tanya Theo hati – hati.

Jevara tersenyum lebar lalu mengangguk. “Boleh..”

thank you baby.

Setelah mengucapkan itu Theo langsung memejamkan matanya dan maju kembali menutup jarak antara dia dengan Jevara. Dengan lembut bibir dia menyentuk bibir Jevara yang manis bercampur aroma wine yang tadi mereka minum. Ciuman lembut sarat akan rasa lega, rasa tenang, dan rasa bahagia.

Theo Prakasa dan Jevara Aditama siap melangkah ke pelaminan.

Theo menikah dengan salah satu artis papan atas ibu kota. Tentunya ini hanya diketahui oleh kerabat dekat. Pernikahan mereka yang awalnya didambakan akan berjalan seperti negeri dongeng ternyata tidak terjadi. Selepas Manuel lahir, orang yang membawa Manuel ke dunia malah menutup mata dan mendeklarkan dirinya ingin pergi.

Pergi untuk mengejar hidupnya tanpa bayang – bayang Theo dan Manuel.

Jangan tanya betapa terpuruknya Theo saat dia melihat surat cerai yang dengan mudahnya sudah ditandatangani oleh istrinya. Saat dia mendamba untuk hidup bahagia bertiga, dia dihempaskan dengan keegoisan wanita itu. Wanita yang seharusnya tidak Theo pilih sejak awal.

Tapi tak apa. Setidaknya ada hal dan anugerah luar biasa karena wanita itu. Manuel. Untuk satu itu Theo ingin berterimakasih kepada wanita itu.

Theo sama sekali tidak menuupi keberadaan Ibu Manuel. Namun mungkin karena insting Manuel yang tau kalau dia juga tidak mengingikan ibunya, selepas Manuel tahu kalau Ibu nya sering berlalu – lalang di televisi dia malah acuh. Tak pernah sekalipun meminta untuk dipertemukan.

Theo lega dengan itu. Entah lah, Theo hanya ingin menunjukan kalau tanpa wanita itu, dia sendiri bisa membesarkan Manuel menjadi anak yang sukses dan baik. Tanpa wanita itu, dia juga bisa mendidik Manuel. Tentu dengan caranya sendiri.

Jevara tertegun mendengar cerita Theo..

Mungkin itu juga yang melatar belakangi sikap keras Theo kepada Manuel. Mungkin itu alasan nya kenapa Theo bersikeras menyuruh Manuel untuk belajar.

“Selesai..”

Theo bersuara memberikan tanda akhir dari ceritanya. Sejurus kemudian Jevara langsung menyerbu Theo dengan pelukannya. Memeluk Theo tanpa celah, memberikan kata sayang berbentuk afeksi. Memberitahukan kepada Theo kalau dia sudah bekerja keras selama ini.

You did well mas..” Ucap Jevara disela pelukan mereka. Perkataan dan perlakuaan Jevara membuat senyum keluar dari mulut Theo. Dengan perlahan Theo pun mengeratkan pelukannya dengan Jevara, menyimpan kepalanya di ceruk leher Jevara sambil bergumam.

“Makasih Jevara.. Makasih sayang..”

Pelukan itu bertahan sangat lama sekali sampai mereka tidak menyadari kalau di sudut sana Manuel dan Noah mengintip mereka dengan senyum yang tak kalah indah.

“Kak El.. Kayaknya sebentar lagi mereka nikah?”

“Iya No. Sebentar lagi..”