write.as

rambut abu-abu menyembul dari balik pintu kamar mandi, mengalihkan atensi suna dari meja makan yang penuh dengan makananㅡ terlalu banyak untuk sekadar sarapan. walaupun setelah ia pikir-pikir kembali, merupakan porsi yang normal bagi seorang osamu miya (kembaran sahabatnya, sugar baby-nya, teman kelewat isengnya, crush-nya).

“masuk, rin.” perintah osamu, wajahnya datar.

satu hal yang suna pelajari setelah bertemu langsung dengan si pemilik pipi gembul itu adalah bahwa: kontras dengan omongannya yang kerap tidak masuk akal, wajahnya hampir tidak pernah menunjukkan emosi apapun.

meskipun kadang indra tajamnya berhasil menangkap kerlingan jahil dari balik bulu mata lentik itu kala ia berhasil membuat suna kesal, atau senyum tipis hangat disertai dengusan lembut saat suna bercerita panjang lebar tentang aturan-aturan keluarga vampir yang riweuh, atau iris hitamnya ketika melirik bibir suna untuk nol koma sepersekian detikㅡ penasaran.

suna menaikkan satu alis, menyeringai geli. “untuk...?”

memutar bola mata, osamu menjawab malas. “sini isep gue. daripada di sekolah, kan. nanti ketauan.”

suna lantas tersedak ludahnya sendiri, “ada apa sih lo berdua kembar miya dengan pilihan kata ambigu itu...”

“emang bener ngisep kan. kalo pikiran lo aneh, berarti otak lo yang perlu dicuci.” osamu terdiam, berpikir sebentar. “apa ini artinya lo satu spesies sama nyamuk?”

“hah... kok jadi kesana? enggak lah,”

“berarti lo bukan hewan ya, rin?”

“heㅡ”

“atau setan?”

“bukan setan! astaga...” suna meluruhkan bahunya, menyerah. “plis lah, sam.”

suna tidak melewatkan senyum meledek samar di bibir pink tipis osamu. ia lalu menggumam pelan dan panjang, memindai tubuh suna dari atas sampai bawah. “yaudah sini, masuk.”

suna menurut. setelah menaruh tas enteng yang sebelumnya hanya ia sampirkan asal di satu sisi bahu ke atas salah satu kursi meja makan, suna mengekori osamu ke dalam kamar mandi.

ini bukan pertama kali untuknya meminum darah manusia, tapi bau osamu sangatlah manis merebak memasuki indra penciuman suna. lehernya yang terbuka lebarㅡ suna tidak bisa menahan senyuman tidak percaya saat ia sadar osamu sengaja membiarkan dua kancing seragam paling atasnya terbuka, untuk suna.

antusiasme akan makanan lezat yang disediakan khusus untuknya mendominasi akal sehat suna.

pandangannya memerah, suna hampir menggigit leher osamu dari belakang kalau bukan karenaㅡ

WHAT THE EREN YEAGER, ADA KECOAK TERBANG!!!”