write.as

🌼🌼🌼🌼 Drrtt.... Drrrttt.... Ben yang sedang berjalan sendirian membuka ponsel nya ketika benda itu bergetar pertanda ada pesan masuk. 'Gue udah deket tangga lo dimana? Cepet turun' Itu pesan dari Tanaya, mereka tidak bersama karena Ben habis menyelesaikan kelasnya dan Tanaya sendiri habis dari ruang dosen untuk mengumpulkan tugasnya. 'Gue turun'. Setelah mengetik balasan untuk Tanaya, Ben lalu bergegas berjalan menuruni tangga. Namun baru saja kakinya menuruni tiga anak tangga, tiba-tiba sepasang tangan dari arah belakangnya mendorongnya dengn keras. Ben tidak siap sehingga dia jatuh berguling ditangga. Tanaya yang berdiri tidak jauh dari tangga terkejut ketika tubuh seseorang terjatuh dari tangga dengan posisi kepala menghantam lantai dengan keras. "BEENNN!!!" Tanaya berteriak ketika mengenali bahwa itu adalah sahabatnya. Tanaya buru-buru menghampiri tubuh pingsan sahabatnya itu dan bertambah panik ketika darah mulai membanjiri kepala Ben. Tanaya sempat mendongak kearah atas dan tidak sengaja melihat sekelebat bayangan seseorang yang telah menghilang di balik tembok. "TOLOOONG SIAPAPUN TOLOOONG..." teriak Tanaya sambil memeluk tubuh sahabatnya itu. Baju berwarna biru muda yang Tanaya kenakan sekarang sudah berganti warna menjadi merah gelap akibat darah yang terus keluar dari kepala Ben. Begitu juga sebagian wajahnya karena Tanaya yang sudah menangis kebingungan itu mengusapkan tangannya yang bernoda darah ke wajahnya. Tak lama kemudian, orang-orang mulai berkerumun dan seseorang dari mereka segera menelpon ambulans. "Ben.. hiks gue mohon hiks...." Tanaya terus menangis sambil menggenggam erat tangan dingin Ben ketika mereka sudah berada di dalam ambulans dan menuju rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, Ben langsung dibawa menuju ICU untuk ditangani sedangkan Tanaya menunggu di luar ruangan dengan kalut. Drrttt.... Drrttt... Drrttt... Tanaya mengeluarkan ponsel nya dari saku celananya dan melihat nama Jeffrey sedang menelponnya. "Ka- kak Jeff hiks..." Tanaya berusaha untuk tidak menangis ketika menjawab panggilan dari Jeffrey tapi dia tidak bisa tahan karena bayangan Ben yang berlumuran darah masih memenuhi kepalanya. Jeffrey di seberang sana menjatuhkan gelas yang dipegangnya ketika mendengar Tanaya yang menangis sesenggukan. "Nalesha kamu kenapa?" panik Jeffrey yang mengundang Abbiyu dan Barra ikut mendekat kearahnya. Tidak ada jawaban dari Tanaya yang ada hanya suara tangis Tanaya yang berusaha dia redam dengan menutup mulutnya. Jeffrey bertambah panik karena setelah beberapa saat pun Tanaya tetap tidak menjawab. "Hey Nalesha kamu denger kakak kan? Oke pinter... Sayangku denger ya kamu kirim lokasi kamu ke kakak sekarang biar kakak kesana ya tapi telpon nya jangan di matiin ya oke kamu denger kakak sayang". Jeffrey membujuk nya dengan nada selembut mungkin, dan setelah beberapa saat Jeffrey menerima pesan berisi sebuah link lokasi yang dikirimkan oleh Tanaya. "Rumah sakit Barr" ucap Jeffrey kepada Barra, lalu tanpa berkata dua kali ketiganya langsung berlari kearah mobil yang terparkir dan melaju cepat kearah rumah sakit yang dimaksud oleh Tanaya. Setelah sampai di rumah sakit, Jeffrey langsung berlari kearah ICU karena dia yakin Tanaya pasti disana. Benar saja, Jeffrey menemukan Tanaya disana sedang berjongkok di lantai sambil menelungkupkan wajahnya di lututnya. Tanaya mengangkat wajahnya ketika merasa ada orang yang datang dan melihat Jeffrey serta Abbiyu dan Barra. Jantung Jeffrey rasanya jatuh ke telapak kaki nya ketika melihat keadaan Tanaya yang kacau serta noda darah dimana-mana. "Nalesha...." Jeffrey meraih pundak Tanaya untuk membantunya berdiri lalu memeluknya dengan ketakutan. "Kamu gak papa? Apa yang sakit?" Jeffrey sedikit menjauhkan tubuhnya dari Tanaya, matanya menelisik mencoba mencari bagaian tubuh Tanaya yang terluka. "Gak kak ak- aku gak papa ta- tapi Ben hiks...." Tanaya mulai menangis lagi ketika mengingat Ben. "It's oke sayang semua nya bakal baik-baik aja ya" Jeffrey kembali memeluk Tanaya sambil mengusap punggungnya untuk menenangkannya. "Jeff Tanaya suruh ganti baju dulu plis" Abbiyu berkata kepada Jeff sambil mengepalkan tangannya seperti menahan sesuatu, begitu juga Barra yang mengalihkan pandangannya. Jeffrey sadar, walaupun mereka selama ini mengonsumsi darah hewan sebagai kebutuhan pokok, tapi mereka tetap terpancing terhadap darah manusia apalagi keadaan Tanaya yang sebagian tubuhnya terkena darah dari Ben. Abbiyu berlari keluar dari sana untuk mencarikan pakaian yang bisa di pakai oleh Tanaya, sedangkan Barra memilih untuk menjauh sambil mengenakan masker yang dibawa nya. Jeffrey sendiri lebih bisa mengontrol dirinya jadi dia tetap mendampingi Tanaya di sana. 🌼🌼🌼🌼