Bentala – Nabastala

Jupiter baru saja kembali dari memesan minuman untuk dirinya dan Canora. Ketika ia sudah kembali duduk di sebelah perempuan ini Jupiter dapat menemukan Canora yang sedang serius dengan ponselnya, hal tersebut membuat Jupiter bisa betah berlama-lama menatap perempuan di sampingnya ini.

Cafe dekat kampus mereka selalu menjadi tempat yang akan keduanya pilih untuk sekedar bertemu dan menghabiskan waktu menjelang malam tiba. Lucunya, pertemuan-pertemuan ini bukan hal yang mereka rencanakan, ini seperti kamu tahu akan ada dia di sana dan dia tahu kamu akan datang menghampiri.

Pertemuan tersebut berulang mereka lakukan sampai suatu ketika Jupiter tidak menemukan Canora menduduki bangku paling ujung yang mengarah ke luar jalan dan barulah obrolan melalui pesan singkat tersebut mulai dimulai.

“Lo tau gak kalau nama belakang kita berdua itu artinya keren banget?” tanya Canora kepada Jupiter. “Kayak keren dan nyambung gitu ternyata.” lanjut Canora tidak melepas pandangannya dari ponsel.

Suara Canora terdengar samar dikalahkan oleh gemuruh hujan di luar sana. Jupiter harus sedikit memajukan dirinya agar ucapan perempuan itu dapat ia dengar lebih jelas.

“Nama belakang? Kita?” ulang Jupiter balik bertanya.

Canora menoleh mengangkat kepalanya kemudian mengangguk dengan pasti. “Iya, nama belakang kita, lo tau gak artinya?”

“Enggak, sih.” Jupiter menggeleg. Canora pun menggeser tubuh dan juga ponselnya ingin menunjukkan sesuatu kepada Jupiter. Sikap perempuan itu tidak pernah gagal membuat Jupiter tersenyum.

“Nih ya, gue udah cari tadi. Ternyata arti dari nama belakang lo—Nabastala—tuh langit, lo udah tau kan pasti?” Canora bertanya dan Jupiter mengangguk. “Terus lo tau gak arti nama belakang gue yang Bentala?”

Tau, Nora. Jupiter berucap dalam hatinya.

Laki-laki itu menggeleng perlahan. Padahal, ia sudah mengetahui arti nama belakang perempuan itu sejak lama.

“Jadi, Bentala itu artinya Bumi.” Canora menjelaskan kepada Jupiter kemudian melanjutkan ucapannya, “Dan gue juga tadi gak sengaja, well sengaja sih, nyari-nyari tentang planet Jupiter dan nemu salah satu artikel yang bilang kalau gaya gravitasi di Jupiter itu bisa narik benda langit yang lagi bergerak ke bumi. Yang mana artinya Jupiter itu-”

“Ngelindungin Bentala?” Jupiter memotong ucapan perempuan di sampingnya. Canora segera menoleh dengan ke arah Jupiter dan menemukan laki-laki itu dengan senyuman hangatnya.

Canora tersenyum ketika kembali mengingat kejadian tersebut. Tentang nama belakang mereka yang lebih dari sekedar pelengkap identitas. Walau mungkin masih banyak manusia di luar sana yang memiliki arti nama serupa.

Maybe it's true about what Master Oogway said, “there's no such thing as coincidence in this world” There's inevetable and it's all coneccted.

Menyudahi mengingat masa lalunya dengan Jupiter, kemudian Canora segera bangkit dari kasurnya untuk meraih tas dan mulai memasukkan beberapa baju dan benda lainnya yang ia bawa dari Jakarta.

Tidak lama kemudian Jericho yang baru saja lewat berniat mengecek keadaan adiknya pun segera menyadari hal tersebut dan bertanya, “Mau kemana, dek?”

Canora menoleh ke Jericho yang mulai berjalan masuk ke dalam kamarnya dan memperhatikan dirinya yang sedang sibuk. “Mau balik ke Jakarta, Kak.”

“Jakarta?” tanya Jericho heran bukan main. “Mau ngapain ke sana?”

“Mau balik lah, mau ketemu Jupiter juga.” Canora masih sibuk kesana-kemari sehingga tidak menyadari kakaknya sudah kembali berdiri dan menghampiri dirinya.

“Dek,” tegur Jericho lalu menarik pelan Canora agar keduanya bisa sama-sama duduk di atas ranjang. “Duduk dulu.”

“Kenapa sih, Kak? Gue mau siap-siap dulu.”

“Dek, liat jam coba, ini udah sore. Lo juga mau naik apa ke Jakarta? Nanti sampai sana udah larut malam. Besok aja, ya? Nanti Kakak anterin.”

Canora menggeleng keras menolak tawaran Jericho. “Makanya gue mau cepat-cepat nyiapin semuanya dan ke Jakarta sekarang, Kak.”

Dengan begitu Canora kembali bangkit dan mulai menyusun barang-barangnya, ia juga telah siap dengan tiket shuttle yang dipesannya beberapa waktu yang lalu.

Entah apa yang ada di dalam pikiran Canora saat ini, tapi dirinya merasa harus bisa sesegera mungkin balik ke Jakarta dan bertemu Jupiter. Seperti ada hal yang tidak lagi bisa ia tahan di dalam dirinya. Canora butuh bertemu dengan Jupiter.

“Kenapa buru-buru banget sih, dek?” tanya Jericho setengah frustasi.

Canora menatap Kakaknya sekilas. “Gue udah bilang kan, gue mau ketemu sama Jupiter, Kak. Gue sama dia udah terlalu lama break dan biar hubungan gue sama dia gak makin buruk gue harus ketemu dan ngobrol sama dia.”

“Gak bisa besok, dek?”

“Gak bisa, Kak.” tegas Canora singkat. Jericho mulai menatap nanar adik perempuan di hadapannya. Ia tidak pernah tahu sosok Jupiter akan sangat berharga di dalam hidup Canora.

Tidak meminta persetujuan dari Canora akhirnya Jericho mulai mengeluarkan baju-baju Canora dari dalam tasnya dan menaruh kembali ke dalam lemari, hal itu tentu membuat Canora marah.

“Kak apa-apaan, sih?” geram Canora tidak percaya dengan apa yang kakaknya lakukan sekarang. Canora berusaha meraih tangan kakaknya untuk menghentikan kegiatan Jericho yang menurut Canora sangat aneh.

“Kak! Gue udah capek-capek nyusun semuanya masa lo berantakin lagi, sih?”

Jericho tetap diam dan meneruskan kegiatannya, ia tidak perduli dengan amarah Canora dan nada tinggi yang keluar dari ucapan adik perempuannya itu.

“Kak! *Please, stop!” Baru saja Canora ingin membuka kembali lemari bajunya tetapi tangannya sudah ditepis oleh Jericho.

“Kak Jericho! Lo apa-apaan, sih?” protes Canora yang sudah sangat geram dengan Jericho di hadapannya saat ini.

Jericho dengan cepat mencengkaram kuat kedua bahu Canora membuat perempuan ini teguncang hebat. Seketika perasaan kalut hadir dalam diri Canora membuatnya ketakutan.

“Lo dek yang kenapa?” Jericho bertanya dengan tegas kepada Canora. Tatapan yang sulit Canora artikan itu semakin membuat dirinya terpaku.

“Kak, sakit...” ringis Canora tidak tahan dengan cengkraman Jericho di bahunya.

Mata Canora mulai memanas, pikirannya sudah berkecamuk hebat. Ia ingin menangis dan berteriak saat ini juga karena frustasi dengan apa yang terjadi. Semuanya terasa begitu susah ia nalar.

Jericho bisa melihat perlahan-lahan air mata turun perlahan di kedua pipi Canora. Semakin lama semakin tercekat pula tenggorokan Jericho. Ada sedikit penyesalan dalam diri Jericho mengapa ia bisa sekasar ini kepada adik perempuannya sendiri.

Perlahan-lahan cengkaraman Jericho di pundak Canora mulai melemah tergantikan oleh rengkuhan erat.

Canora semakin bergeming dengan tatapan kosong, tetapi air matanya tidak kunjung reda. Padahal ia masih tidak tahu apa alasan dibalik perilaku kakaknya yang membuatnya kebingung.

Canora mulai lelah menebak-nebak dan bertanya dengan nada lemah, “Kak, gue gak paham. Kenapa dada gue sesak dan gue gak berhenti nangis? Kenapa gue mau cepat-cepat ke Jakarta buat temuin Jupiter? Kenapa gue bingung sama perilaku Kakak sekarang. Kenapa, Kak?”

“Nora, dek...” nada suara Jericho bergetar hebat. “Jupiter sudah gak ada dari satu tahun yang lalu.”

Lalu, apa Bentala dan Nabastala adalah jarak nyata di antara keduanya?