write.as

Do'a yang dipanjatkan Ossa sadar alasan dibalik seringnya Haikal meminta ia untuk mengirim voice note, tapi dia bisa apa? Ossa tahu Haikal makin sering melamun, maka ia sebisa mungkin meluangkan waktunya untuk menemani Haikal di rumah. Ossa tahu Haikal tetap menangis di malam hari, tapi dia bisa apa? Dia tidak berada di posisi Haikal, dia cuma tahu kebiasaan Haikal, bukan rasa sakit apalagi rasa lelah Haikal. Haikal hidup saja udah cukup buat dia. Jadi, alih-alih ikut sedih melihat kondisi mental Haikal, ia buru-buru menyelesaikan tugasnya agar saat Haikal datang pria itu tidak di anggurkan. "Hai sa." Sapaan Haikal membuat Ossa segera nutup bukunya dan nyambut laki-laki itu dengan merentangkan tangan, isyarat untuk Haikal datang ke pelukannya. "Lagi ada apa?" Haikal menggeleng, dia tenggelamkan wajahnya di ceruk leher Ossa, " Tugas kuliah banyak banget, capek". 5 Menit mereka habiskan memeluk satu sama lain, menyalurkan rasa nyaman. ➖ "Ossa nyanyiin So Far Away dong". Mereka berdua lagi tiduran sambil berhadapan, Sebenarnya itu kalimat pertama setelah mereka mutusin buat tiduran di kasur yang dihabisin buat natap satu sama lain, ga ngomong sepatah kata pun. Ossa bangun dan duduk, terus dia ambil gitarnya, dan mulai nyanyiin lagu itu buat Haikal. "Makasih sa, gue udah ngantuk". Ucap Haikal pelan, dia memutar tubuhnya membelakangi Ossa. Dirasa Haikal sudah terlelap, Ossa geser tubuhnya perlahan ke samping Haikal agar tangannya bisa menjangkau kepala Haikal untuk dia belai. "Haikal, gue tau lo masih sering mikirin soal prognosis itu walaupun udah 2 bulan yang lalu." "Haikal, gue gatau gimana rasanya di posisi lo, pasti berat banget ya kal? Maaf Kal, coba aja gue yang di posisi lo, pasti gue ga perlu ngeliat lo nangis dan desperate gini." "Haikal, jangan dipukilin terus ya kepalanya, kasian." "Haikal, bunda sama ayah ga pernah tau lo konsumsi obat penenang, tapi syukurlah lo udah coba kurangin minum itu". "Gue pernah ngebayangin lo pergi hahaha, padahal cuma bayangan kal, gue nangis kenceng banget sampai ga bisa ikut kelas. Setakut itu gue kalo lo beneran pergi". "Haikal, soal mimpi lo yang bareng gue, ayo kita realisasikan bareng. Gue udah liat-liat Norwegia tuh gimana, ternyata selera lo selalu sejalur sama gue ya. Rumahnya ayo dibangun, nanti kita bikin ruangan khusus nonton film bareng ya." Tangannya yang membelai rambut Haikal berhenti di pucuk kepala, Dia beranikan dirinya buat cium pucuk kepala itu, Habis itu dia tatap lekat Wajah Haikal yang dibalut kulit berwarna Tan yang terlihat indah. "Ya Tuhan tolong jangan diambil pendengarannya Haikal. Dia udah ngelewatin banyak hal di hidupnya, dia udah jadi anak baik, udah jadi anak hebat, anak keren yang selalu bikin Ossa bahagia terus, udah bikin ayah bundanya bangga. Tolong jangan di ambil, kasian Haikal." Do'a yang dipanjatkan diiringi sunyi nya malam, Ossa selesaikan dengan khidmat serta air mata. Lalu dia baringkan tubuhnya di samping Haikal dengan tangan melingkar di perut Haikal. Tanpa tahu bahwa sedari tadi ada Haikal yang mendengarkan pembicaraan Ossa dengan Tuhan dan dirinya yang dikira sudah terlelap dalam kantuk. Haikal menahan diri buat ga meluk laki-laki mungil itu, menahan diri buat ga bergerak satu senti pun agar pembicaraan tersebut tidak terganggu. Haikal beranikan buat genggam tangan yang kini melingkar di perutnya. Bagaimana bisa dirinya menghabiskan malam dengan memasrahkan diri, sedangkan laki-laki yang meluk dia ini mengakhiri harinya dengan berjuang di hadapan Tuhan, memohon kebaikan untuk dirinya.