write.as

🌼🌼🌼🌼 Ben mendudukkan dirinya di bangku taman depan gedung C tempat biasa dia menunggu Tanaya jika dia sedang menemui dosennya untuk tugasnya. Ben meletakkan tongkat bantu jalannya dan mengeluarkan ponselnya untuk memberi tahu Tana jika dia sudah berada di taman. Ben merasa lebih baik setelah kemarin dia membuka perban di kepalanya serta melepaskan gips di kakinya. Semua akan pulih setelah ini jadi Ben cukup bersemangat sekarang. "Permisi, kak Benedict kan?" sapa seseorang dengan sopan, oh sepertinya dia adik tingkat karena wajahnya cukup asing untuk Ben. "Iya, kenapa?". "Ini kak ada kiriman dari seseorang katanya buat kak Benedict" jawab orang itu sambil menyodorkan sebuah minuman kepada Ben. "Ha? Dari siapa?" tanya Ben yang dijawab gelengan dari orang tersebut lalu dia pamit pergi dari hadapan Ben. Ben menimang-nimang minuman ditangannya tersebut, dari siapa?. Itu adalah minuman dengan rasa matcha sedangkan Ben sendiri tidak begitu menyukai matcha karena menurut nya itu rasanya pahit. "Ben!" seru Tana dari kejauhan dan berlari menghampiri Ben. "Tumben lo beli matcha biasanya ogah lo" ucap Tanaya dengan wajah heran. "Gue gak beli, tapi dikasih" jawab Ben sambil meletakkan minuman itu di atas meja didepan nya. "Dikasih siapa?" "Gak tau tadi ada adek tingkat nyamperin gue dan ngasih ini katanya dari seseorang buat gue gitu" "Cieeee Ben ada yang naksir" goda Tanaya dengan wajah usilnya. "Apaan sih lo" Ben mendorong Tanaya dengan main-main. "Tapi lo gak suka matcha wah kurang maksimal nih orang capernya" ucap Tanaya. "Bodo ah kalo lo mau lo minum aja gue gak mau pahit banget itu tuh" ucap Ben sambil menggeser minuman itu ke hadapan Tanaya. "Yakin nih? Gak mau lo cicip dulu gitu sapa tau ni ada peletnya ntar malah gue lagi yang kena". "Lo ludahin aja biar gak berhasil peletnya" jawab Ben main-main membuat keduanya tertawa. "Kalo ada peletnya semoga gak kena di gue" doa Tanaya sebelum meminum minuman tersebut, dan Ben hanya menggelengkan kepalanya menanggapi tingkah Tanaya. "Sama vampire gak percaya giliran sama dukun percaya lo". "Bukan percaya tapi ya minimal dukun lebih lumrah keberadaanya dibanding vampire tau" bela Tanaya terhadap teorinya. "Ekhem! Kok rasanya aneh ya Ben?" ucap Tanaya sambil mengernyit kan wajahnya karena merasa aneh pada minuman di mulut nya itu. "Jangan bilang beneran ada peletnya tuh haha" jawab Ben. "Be- Ben... Minumannya aneh deh uhukk... Tenggorokan gue panas Ben..." Melihat Tanaya yang terbatuk dengan serius membuat Ben sedikit panik. "Ta lo gak lagi main-main kan? Hey Ta?" Tanaya masih terus berusaha membersihkan tenggorokan nya yang mulai terasa seperti terbakar. Uhukk... Ben menjerit panik ketika Tanaya memuntahkan darah segar dari mulutnya. "TA LO KENAPA?!" Ben semakin panik ketika tubuh Tanaya bergetar hebat dengan keringat dingin yang mulai memenuhi wajahnya serta mulutnya yang tidak berhenti mengeluarkan darah. Beruntungnya ada beberapa mahasiswa disana yang langsung menolongnya dengan membawa mereka kerumah sakit. "Ta lo kenapa? Hiks Ta...." Ben sedang ditemani oleh seorang teman dari fakultasnya ketika menunggui Tanaya yang sedang ditangani oleh dokter. "Ben lo tenang dulu Tana pasti gak kenapa-napa kok" Bima, yang tadi membantu Ben dan Tanaya itu berusaha menenangkan Ben yang kalut itu. Bima mengeluarkan sapu tangannya untuk mengusap tangan Ben yang terkena darah dari Tanaya tadi sedangkan Ben sendiri masih terus menangis. "Lo gak mau hubungin keluarganya Tana dulu Ben?". "Tana gak punya keluarga lagi hiks... Nanti gue hubungin mama sama papa gue hiks tapi nanti dulu masih belum bisa berpikir hiks...." "Take your time, tapi lo harus tenang dulu Tana kan lagi ditangani sama dokter dan dia pasti baik-baik aja kok yakin sama gue" Ben mengangguk, Tana adalah satu-satunya sahabat baik nya dan dia sangat menyayangi Tana itulah kenapa Ben sangat panik dan takut ketika melihat keadaan Tana. 🌼🌼🌼🌼