10 months later

I love you because you're the only person who can understand me and never left me through my ups and downs. I love because you're the sweetest guy in the world and any girl would die just to have you. I love you because you make me feel like my problems are nothing. I love you because you love me. I love you because I don't know what I would do without you. I love you because you make me feel like I'm the only girl in the world and there's no one else you could love except me. I love you so much and I can't find anyone else like, so just stay with me. I love you, Bubu

Senyum Taeyong terangkat begitu membaca buku yang selalu Nayfa tulis. Kata Nayfa, ini buku legend karena isinya bucin semua. Taeyong gak nyangka Nayfa bisa bikin kata-kata yang benar-benar membuat Taeyong baper.

“Nay, kamu bisa banget sih bikin aku baper? Gak baik tau buat jantung aku.” ucap Taeyong yang fokus nya tetap ke buku.

“Duh jadi inget Fian manggil aku bukan papah tapi bubu. Kaya kamu. Tapi kalau aku suruh bilang mamah, dia gak mau.”

Membuka kembali lembaran buku selanjutnya. Tetapi Taeyong menahan aktivitasnya karena handphone nya berdering.

Doyoung menelpon nya.

“Kenapa Doy?”

'Lo dimana? Gue mau kerumah lo'

“Gue lagi nikmatin waktu gue sama Nayfa nih, mumpung si kembar dibawa sama Mark.”

'Ngapain?'

“Si kembar doyan banget sama spiderman, nurun dari ibu nya.” Taeyong terkekeh pelan.

Sementara Doyoung yang terdiam dan menghela nafasnya.

'Gue kesana ya, nemenin lo.'

“Lo kebiasaan, Doy. Pasti gangguin gue sama istri gue terus.”

Doyoung kembali terdiam.

“Hallo, Doy? Lo lagi ada masalah?”

'Iya.'

“Oh yaudah, lo kesini aja. Gue bilang ke istri gue suruh masakin lo.”

“Masakan istri gue enak banget, Doy. Lo harus cobain.”

'Taeyong,' Doyoung memanggil dengan nada lemas.

“Kenapa?”

'Udah 10 bulan, Nayfa udah pergi 10 bulan yang lalu.'

Ucapan Doyoung membuat Taeyong terdiam. Matanya menatap buku yang ia pegang. Taeyong menggeleng pelan.

'Nayfa berhasil nyelamatin anaknya, tapi ngga dengan dirinya.'

'Taeyong, gue yang nyuruh lo baca buku Nayfa karena suruhan Nayfa saat di dalam operasi.'

'Nayfa denger lo minta anak 5 lagi. Nayfa masih setengah sadar saat itu.'

'Nayfa sama Mamahnya pergi diwaktu yang sama.'

'Anak lo nangis saat itu karena kehilangan ibu kandung dan neneknya sekaligus.'

'Taeyong, lo bahkan ada dipemakaman Nayfa.'

'Udah 10 bulan lo nganggap Nayfa ada di sisi lo. Nyatanya, lo cuma halusinasi.'

'Lama-lama gue sedih banget ngebiarin lo bersikap kaya gitu.'

Taeyong terduduk dan memeluk bukunya. Meletakan handphone disebelahnya dan menangis dalam diam. Menunduk dan mengacak rambutnya. Ia merasa separuh hidupnya ikut hilang bersama dengan istrinya yang pergi meninggalkan nya.

Hatinya retak dan ia yakin tidak akan ada yang bisa menyembuhkan nya.

“Nayfa masih disini, dia lagi tidur Doyoung.”

“Nayfa tadi masakin gue sarapan.”

“Nayfa ngizinin Mark buat bawa anak gue.”

“Nayfa—” suara nya terputus karena tangisan yang menguasai ekspresi nya saat ini.

Taeyong benar-benar menangis mengingat ia tidak ada disisi Nayfa saat istrinya sedang mempertaruhkan nyawanya. Seharusnya Taeyong berusaha menyemangati istrinya saat itu.

'Dont damage any item. Gue kesana, jangan ngelakuin apapun.'

Telepon terputus dan meletakan buku kesayangan Nayfa disebelahnya. Mengusap wajahnya dan menangis sekeras mungkin. Ia putus asa. Taeyong benar-benar tidak bisa hidup tanpa Nayfa.

Matanya melirik ke arah buku yang terjatuh. Terdapat uang dengan nominal 5000 dan sticknote lucu berwarna pink, isinya 'Ini buat bayar utang, Taeyong.'

Taeyong menggulungkan uang tersebut dan membuang nya kesembarang arah. “Gak, kamu tetep utang Nayfa. Cara bayarnya kamu harus disini, sekarang. Sekarang juga Nayfa.” Taeyong berbicara walaupun tidak ada siapa-siapa dihadapan nya.

Taeyong menutup wajahnya, ia tidak menginginkan apapun. Ia hanya menginginkan Nayfa. Hanya Nayfa. Taeyong sangat menginginkan istrinya untuk kembali.

Taeyong mengambil buku yang berada disebelahnya. Membaca nya dan tersenyum sambil menangis. Taeyong merasa, mungkin hidupnya hanya ada penyesalan. Ia tidak bisa berbahagia lagi.

Aku percaya kita bertemu secara kebetulan dan semuanya sempurna. Aku gak tahu apa yang akan terjadi di masa depan atau apa yang akan terjadi dalam hidup kita, tetapi aku tahu bahwa kita akan melewatinya tidak peduli apa pun yang bersama. Aku tahu apa yang aku lakukan. Aku tahu bahwa gak ada yang akan menghentikan aku untuk mencintai kamu apa pun yang terjadi.

“Masa depan ya Nay?” tanya Taeyong. “Aku masa depan nya apa Nay? Udah ngga ada kita soalnya.”

Taeyong menatap langit kamarnya. Memejamkan matanya, mencoba merasakan aroma dan kelembutan Nayfa melewatinya walaupun hanya sedetik.

Semuanya berawal dari teman. Apa jika mereka tidak berteman, Nayfa tidak akan pergi?

Bohong jika ada pernyataan pertemanan atau persahabatan tidak membawa perasaan. Nyatanya kalian akan menangis jika salah satu meninggalkan kalian apapun itu statusnya.

Lalu, bagaimana dengan Taeyong yang sudah kehilangan banyak status dengan orang yang penting dalam hidupnya?

Dari perteman, persahabatan, menikah, memiliki anak dan Taeyong kembali menjalani hidup dengan seorang diri. Mungkin anaknya menjadi salah satu untuk hidup sekarang.

Taeyong sudah menemui orang yang tidak diminta namun lebih dulu memahi, bahkan sejak lama.

Orang yang dengan senang hati selalu menanti.

Nayfa tidak akan tergantikan oleh siapapun. Posisi itu akan tetap kosong. Bahkan saat Taeyong mati, nanti.

Untuk kali ini, biarkan Taeyong hidup dengan penyesalan nya. Hukuman atas hal-hal yang tidak disukai oleh Nayfa. Membuat Nayfa sakit hati untuk beberapa bulan.

Tuhan membalasnya dengan luar biasa. Nayfa akan tetap tersenyum dilangit jika Taeyong bisa mengatasi masalahnya.

Apa Taeyong bisa tersenyum seperti Nayfa disaat seperti ini?

“Nayfa,”

“Kamu tau, aku takut kehilangan kamu, banget. Hal itu bikin aku terjaga di malam hari, hal itu bikin mata aku berair ketika pikiran hidup aku tanpa kamu muncul, hanya merasakan semuanya hancur di dalam, aku merasakan hati aku remuk seremuk-remuknya, perutku terasa lemas, aku ngerasa bener-bener patah.

Kamu gak tau ya betapa berartinya kamu bagi aku. Kamu bikin aku ngerasa jadi laki-laki paling bahagia yang pernah ada, aku senyum setiap hari, sampai bibir aku lebar begitu besar. Kamu bikin aku senang. Kamu bikin aku tersenyum. Kamu bikin aku ngerasa lengkap. Dan sekarang, aku mungkin kehilangan bagian diriku. Dan aku gak tau bagaimana aku akan menghadapinya.”


Masih ada bonus nih, jangan di apusin dari markah dulu yaa Kita liat apa yang terjadi sama Taeyong tanpa Nayfa

Aku bener-bener berterimakasih sama kalian karena udah baca sejauh ini. Mungkin gak sesuai ekspetasi. Maaf ya hehe.

Bahasa ku disini mungkin susah diartikan. Jadi tolong di pahami aja ya huhu😭😭 aku gak bakat jadi penulis emang👍👎

Terimakasih yang udah baca, like, rt, reply, aku bener-bener jadiin kalian suatu alasan aku buat lanjut cerita ini. I love youuu