Prouvé

. . . . . .

Carrousel de Saint-Pierre April, 2023

“Renjun,”

teriak Arlette saat melihat Renjun yang memperhatikan komedi putar di hadapan nya.

Tatapan Renjun sangat teduh ketika memandangi komedi putar itu. Dipikiran nya hanya terisi satu nama, Jaemin, sahabatnya.

Arlette mendekati Renjun dan menepuk pundak nya. Hal itu membuat pemilik pundak terkejut dan hampir memukul pelaku. Renjun menghela nafas ketika tau Arlette sudah datang.

“Kenapa ngajak ketemu disini?” tanya Arlette.

Renjun tersenyum sinis. “Lo gak inget tempat ini?” tanyanya.

Arlette menggeleng dan tersenyum. Ia mencoba untuk menaiki kuda itu. Tapi tangan nya di tahan oleh Renjun.

“Lo udah gede, bodoh.” ucap Renjun dengan mata sinisnya.

Arlette menghela nafasnya ketika Renjun meninggalkan nya disini. Sebenernya, apa yang mau Renjun sampaikan sih? Kalau tidak penting, mungkin Arlette akan memukul kepalanya.

Renjun berdiri di atas pohon beringin. Sedikit menyeramkan karena awan yang mendung. Sebentar lagi, hujan akan membasahi daerah ini.

“Bentar lagi hujan, kalau lo gak mau ngomong, gue mau pulang.” ucap Arlette terdengar tegas.

“Galih.”

Arlette mengerutkan dahinya. “Apa?”

“Galih tanah yang gue injek.” titah Renjun.

“Gak mau kotor.”

“Galih, Arlette.”

Arlette menggeleng. “Siapa lo nyuruh—”

“Jaemin lo ada disini.” Renjun memotong ucapan Arlette.

Hal itu membuat Arlette diam beberapa menit. Sampai hujan kecil membasahi mereka. Hal itu tidak mengubah pergerakan dari Arlette dan Renjun. Mereka masih menatap tanah yang Renjun injak.

“Jaemin? Jaemin gue?” tanya Arlette.

Renjun tersenyum kecut. Ia mundur dari posisinya. “Carrousel de Saint-Pierre, tempat dimana Jaemin dan Arlette berciuman.”

Wajah Arlette memerah. “A-apaan sih?”

Renjun terkekeh pelan. “Jaemin ngelamar lo disini. Tepat perayaan hari jadian lo ke satu tahun.” jelas Renjun.

Arlette terdiam. Kepalanya mendadak pening. Ia memejamkan matanya ketika bayangan wajah Jaemin terlihat. Nafasnya sesak. Ia menunduk dan memegang tangan Renjun untuk menopang tubuhnya.

Renjun menepuk punggung Arlette pelan. “Lo nangis?” tanyanya.

Arlette menggeleng. “Gak tau, gak ngerti, gue kenapa? Rasanya sedih denger itu, gue kenapa?”

Renjun menghela nafas. “Lo percaya ada kecelakaan motor disini?” tanya Renjun. “Lett, kalau lo sama Jeno yang jatuh, Jeno juga harusnya sakit.”

“Mana mungkin lo koma seminggu tapi Jeno gak apa-apa?”

Arlette terdiam. Menyetujui ucapan Renjun dalam hati.

Hujan besar membasahi tubuh mereka. Renjun sudah panik dan menyuruh Arlette untuk segera mencari tempat berteduh. Arlette hanya terdiam.

“Lett, ayo cari—”

“Gue mau galih.”

“Gila, ini hujan gede.”

“Gue bakal cari, Jaemin nya gue.”


Kotak berwarna hitam

Untuk Arlette lima tahun yang akan datang.

Kita sudah menikah kan? Apa sudah punya anak? Kamu masih mencintaiku? Aku akan selalu mencintaiku, selama sisa hidupku nanti.

Dari Jaemin

Kotak berwarna putih

Untuk Jaemin lima tahun yang akan datang.

Kita tidak menikah. Tapi aku yakin masih mencintaimu.

Dari Arlette.