Ulang Tahun Eren

“Hoaaam!”

Jean menguap lebar sambil meregangkan badan. Sudah hampir tengah malam. Ia dan Armin baru selesai membahas latihan soal. Mempersiapkan diri untuk post-test Fisika. Tidak seperti dua teman kamarnya yang lain-Eren dan Connie-yang sudah tertidur dari jam 8 tadi.

Armin merapikan buku di kolom rak buku miliknya. Saat Jean hanya asal meletakkan barangnya, Armin menyusun buku dan alat tulisnya dengan rapi.

Tanpa sengaja, Armin melihat kalender kecil yang ada di raknya.

Ada lingkaran merah pada angka 30 bulan itu.

“Waw.”

Mendengar temannya bergumam takjub, Jean mengurungkan niat untuk berbaring. Ia kembali bangkit dari ranjang dan menghampiri Armin.

“Apaan yang waw, Min?”

Armin menunjuk tanggal yang dilingkari, “Besok ulang tahun Eren.”

Spontan, Jean ikut menggumamkan keterkejutan yang sama. Ia melihat ke arah ranjang Eren. Anak itu tertidur pulas.

“Akhirnya gua ada alasan buat ngerjain dia,” bisik Jean sambil menahan tawa.

“Jangan macem-macem, ih. Udah jam segini,” Armin memperingatkan.

“Iya iya,” Jean pun kembali ke ranjangnya, “gua juga belum kepikiran mau ngerjain gimana.”

Armin menghela napas panjang, “Asal nggak bikin motor asrama aja. Pak Levi bisa murka kalo ada tepung atau telur berceceran sia-sia gitu.”

“Gua juga gamau rugi lah, Min. Males amat beli begituan.”

“Bagus, deh.”

Percakapan mereka berakhir di situ. Armin langsung pergi tidur. Sedangkan Jean malah larut dengan pikirannya. Merencanakan sebuah lelucon untuk merayakan ulang tahun temannya yang paling menyebalkan.

“Con. Connie,” Jean memanggil temannya yang ada di ranjang atas.

Connie melenguh kecil. Seakan menyahut panggilan Jean.

“Ngerjain si Jeger, kuy!”

“Yeager?”

Sempat-sempatnya bocah setengah tidur itu mengoreksi penyebutan nama lengkap Eren.

“Ya itulah pokoknya. Lu mau ikut gua nggak? Seru-seruan dikit.”

Teman botaknya hanya bergumam tidak jelas. Tentu saja Jean sudah salah karena mengharap jawaban dari orang yang hobi mengigau.

Bukannya menyerah dan memilih untuk tidur, Jean malah tetap terjaga. Ia tidak bisa tidur jika otaknya sedang bekerja keras memikirkan suatu ide. Rasanya seperti sedang menyusun strategi jitu untuk menjatuhkan musuh dalam suatu kompetisi. Bedanya, ini untuk mengerjai teman sekamar yang berulang tahun.

Entah apakah takdir baik sedang berpihak padanya, tapi tiba-tiba Eren turun dari ranjang atas. Jean dapat melihatnya dengan jelas karena ranjang mereka berseberangan.

“Mau ngapain, Ren?”

Dengan suara parau Eren menjawab, “Toilet. Kebelet kencing gua.”

Seketika ide cemerlang muncul di kepala Jean.

“Pas banget. Gua ikut, deh.”

“Lu dari tadi bangun gara-gara takut ke toilet sendirian? Cupu lu.”

Buset, ini mahluk tengah malem udah ngajak ribut aja, gumam Jean menahan kesal.

Biar saja Eren mengejek. Yang penting Jean dapat mewujudkan ide hebatnya.

Toilet asrama berada di ujung lorong setiap lantai. Bentuknya berupa bilik-bilik kecil dengan dinding yang tidak penuh sampai ke langit-langit. Dengan desain ruang seperti itu, Jean dapat memberi sedikit kejutan dari celah di atas bilik.

Menjadi basah di hari ulang tahun adalah kejutan besar bukan? Apalagi dilakukan pada tengah malam. Jean sampai harus menahan tawa membayangkan Eren basah kuyup saat kembali ke kamar.

Saat Eren telah memasuki salah satu bilik toilet, Jean buru-buru mencari ember dan mengisinya dengan air. Untung saja penghuni asrama hobi meninggalkan ember di sekitar toilet. Jean pun dengan cepat sudah siap dengan seember air untuk memberi kejutan.

Tanpa pikir panjang lagi, Jean mengangkat ember yang ia bawa. Menyiramkannya sampai habis ke bilik toilet yang tertutup. Kemudian berseru lantang, “Yuhuu! Selamat ulang tahun Eren Jeger!”

“JEAN GOBLOK!”

Jean terperanjat kaget hingga ember di tangannya terjatuh ke lantai. Bukan karena umpatan Eren. Melainkan karena Eren baru saja keluar dari bilik yang lain.

“Mampus gua. Terus ini yang di dalem siapa?”

Eren sudah hampir melarikan diri dan Jean sudah berbalik untuk meninggalkan area toilet. Namun bilik di belakangnya terbuka lebih dulu dan seseorang memanggil nama mereka.

“Jean Kirstein dan Eren Yeager.”

Suara dingin itu sangat familier. Mendengarnya saja membuat langkah dua bocah SMA yang dipanggil langsung membeku.

Sial.

Baik Jean maupun Eren langsung mengumpat dalam hati.

Buru-buru Jean kembali berbalik dan meminta maaf pada wali asramanya.

“Pak Levi, maaf banget, Pak. Saya kira yang di dalem tadi Eren. Dia ulang tahun jadi saya mau ngerjain dia.”

Pria bersurai hitam itu tampak basah kuyup dari ujung rambut hingga ujung kaki. Wajahnya tetap datar. Namun sorot matanya seakan ingin melahap Jean dan Eren hidup-hidup.

“Saya izin duluan ke kamar ya-”

“Kalian berdua ikut saya sekarang.”

Mau tidak mau, keduanya berjalan mengikuti Levi. Mereka berjalan menyusuri lorong kamar para wali asrama.

Levi mengomel soal keran air kamar mandinya yang belum dibetulkan. Jean pikir mereka dihukum untuk memperbaiki keran malam itu juga. Nyatanya Levi hanya menukar pakaian di kamar. Kemudian kembali menyusuri lorong dan berbelok ke area belakang asrama.

Nasib buruk pasti menantu Jean dan Eren di suatu tempat. Terlebih saat mereka berhenti di depan kolam ikan.

“Pak, Bapak nggak ngantuk, Pak? Udah lewat tengah malem loh ini,” ujar Jean berusaha menghindar dari hal buruk yang sudah menyambutnya.

Eren ikut menimpali, “Saya nggak salah kan, Pak? Tadinya saya yang mau dijadikan korban sama Jean.”

“Iya dan karena kecerobohan dia jadinya malah saya yang kena.”

“Berarti saya nggak dihukum kan, Pak?”

Levi tidak menjawab. Ia berjalan ke sisi kolam yang jauh dari bangunan asrama. Meminta Jean berdiri di tepinya.

“Saya dihukum nguras kolam jam segini, Pak?” tanya Jean sambil memelas.

“Nggak lah,” sahut Levi cepat.

Namun, detik berikutnya Jean sudah tercebur ke air.

“Silakan berenang sampe ujung sana,” titah Levi sembari menunjuk sisi kolam dekat gedung asrama.

Sontak Eren langsung tertawa puas. Ia meledek kesialan Jean akibat ingin mengerjainya.

Jean merutuki nasibnya. Padahal ia yakin hanya ada mereka berdua di toilet tadi. Kenapa pula keran toilet di kamar wali asrama bisa rusak? Benar-benar sial!

Saking asyiknya tertawa, Eren sampai tidak sadar saat Levi berjalan mendekat. Ia pun ikut didorong hingga terjatuh ke kolam.

Eren berseru tidak terima. Airnya benar-benar dingin. Lagipula ia kan tidak melakukan kesalahan?

“Kalau besok kita berdua sakit gimana, Pak?” Protes Eren tak terima.

Levi tidak menggubris. Ia berjalan ke arah asrama meninggalkan mereka berdua.

“Gara-gara elu sih, Yan!” seru Eren sambil berjalan di dalam kolam. Untung saja kedalaman kolam hanya sebatas dadanya.

“Ya mana gua tau kalo ada Pak Levi di toilet?” sanggah Jean yang sudah hampir tiba di ujung kolam.

“Heh, Yan. Tungguin gua!”

Jean malah makin mempercepat langkah dan segera keluar dari air. Ia bergidik karena udara malam membuatnya semakin kedinginan.

“Cepetan, woy! Gua udah mau beku ini,” seru Jean yang sudah gemetaran.

Mereka kembali ke kamar dengan tubuh basah kuyup. Saat melepas atasan dan memerasnya di pinggir lapangan, sang wali asrama mendekat dari arah kamar siswa tingkat satu.

Tampaknya Levi baru saja ke kamar mereka. Pria itu berjalan melewati dua murid yang hanya memakai celana basah.

“Saya cuma nyeburin kamu. Kenapa kamu malah ikut berenang, Eren?”

“Hah?” Eren hanya melongo mendengarnya.

Levi mendengus kecil. Terdengar seperti sebuah tawa. Ia menepuk pundak Eren dan berkata, “Jangan lupa pagi ini post-test Fisika.”

Jean dan Eren hanya terdiam melihat Levi berjalan ke kamar wali asrama.

“Demi apa hari ini ada post-test?” Eren berseru tak percaya.

Jean berjalan ke kamar tanpa memedulikan Eren.

Di depan kamar, Armin telah menyiapkan handuk dan pakaian ganti untuk mereka.

“Baik banget Pak Levi nyuruh elu bantuin kita,” ungkap Jean takjub.

“Iya. Sama ngabarin jadwal Fisika di tuker sama Sejarah jadi jam pertama.”

“Demi apa?!” seru tiga orang penghuni kamar sekaligus.

Connie yang berada di ranjang atas menambahi, “Buset, kok lu pada bau amis sih? Abis nguras kolam lele?”

“Bacot lu,” sergah Eren.

Jean melengos ke kamar mandi setelah mengambil baju ganti yang disiapkan Armin.

“Bala banget hari ini gara-gara ultah si Eren.”

“Lah kok gua? Yang akalnya bulus kan elu!”

Yah, keduanya akan terus beradu mulut hingga waktu yang tak ditentukan.[]