One Sweet Day

“Oh, ayolah. Aku ingin melangkah dengan sekeren mungkin. Jadi, relakan aku pergi ya?”

Hingar bingar peperangan seketika dilahap senyap. Segala kebisingan dari pasukan titan, riuh persiapan pasukan aliansi. Sedikit pun tak ada yang menyentuh gendang telinganya. Hanya Hange dan suara altonya yang terdengar menyayat hati.

Levi berusaha keras untuk tidak menghambur dan memeluk Hange. Ia tidak boleh. Itu hanya akan membuat Hange ragu. Dan ia akan menyesali pengorbanan yang ia lakukan.

Dengan sebuah kepalan tangan di dada, Levi melepas kepergian teman hidupnya.

Hange melepas sebuah tawa penuh kepiluan. Levi tak dapat memungkiri perasaan kalut yang meliputi.

Hange harus pergi.

Jika kondisinya berbeda, lebih baik Levi sendiri yang pergi daripada kembali melihat kepergian orang yang ia percaya. Kembali terjatuh pada jurang bernama kehilangan. Menambah satu lagi luka yang mengoyak jiwa.

Terlalu banyak luka karena kehilangan. Dan hari ini, Hange lah yang pergi dari hidupnya.

“Sampai jumpa, Hange.”

Butuh berapa tahun hingga kalimat itu terucap dari mulutnya? Sewindu? Tidak. Satu dekade. Atau mungkin lebih? Levi sama sekali tak bisa menghitung waktu kebersamaan mereka.

Terlalu sulit untuk dipahami. Tiada air mata, tapi napasnya terasa berat. Tak ada penyesalan, tapi akalnya tak jua dapat mengerti. Apakah ini yang disebut kehampaan?

Senyumnya yang terlampau lebar kala melihat titan, tak akan pernah lagi dilihatnya. Inilah perpisahan sesungguhnya. Setidaknya untuk kehidupan saat ini.

Mungkin seharusnya kita hanya perlu tinggal bersama di sini. Bukan begitu, Levi?

Ego dalam diri Levi sangat ingin merealisasikan impian terpendamnya. Ia ingin berhenti mempertaruhkan nyawa. Berhenti berjuang untuk umat manusia. Dan mulai menjalani hidup untuk sesuatu yang bernama cinta dan bahagia.

Namun, ia tahu itu mustahil. Hange tidak akan pernah bisa berhenti untuk berjuang. Itulah jalan hidupnya. Begitu pula bagi Levi.

Levi pikir, mereka akan berjuang bersama dan meraih keberhasilan. Membebaskan umat manusia. Ia sempat terlena dengan takdir yang membiarkan mereka bersama bertahun-tahun lamanya.

Suara alto itu, kalimat yang membawanya kembali dari ambang kematian. Kini hanya sebuah kilasan dalam memori. Tak akan pernah terwujud. Tak akan pernah terucap kembali.

Tak ada yang dapat Levi hadiahkan kecuali sebuah kerelaan. Membiarkannya pergi. Dan mengenang sisa kehadirannya di dalam jiwa.

Tidak berselang lama, harap-harap yang dulu mereka anggap kosong dan mustahil akhirnya terwujud.

Umat manusia terbebas. Kutukan titan telah lenyap. Tak ada lagi kekuatan raksasa penghancur yang sempat menjadi momok bagi umat manusia.

Sayap kebebasan telah mengepak lebar. Membumbung tinggi menembus cakrawala. Membawa serta jiwa-jiwa yang terbebaskan dari rantai hidup yang mengerikan. Mencipta embusan napas lega dari tiap pejuang yang masih bertahan di medan tempur.

“Kau lihat ini, Hange?”

Levi yakin, ia dapat melihat kawan seperjuangannya tersenyum di suatu tempat yang penuh kedamaian.

“Kalian melihatnya kan?”

Sebelah mata Levi dapat menangkap sebuah senyum dan tatap penuh haru yang ditujukan padanya. Hange melihatnya. Jauh di tempat yang tak dapat dijangkau. Bersama banyak kawan mereka yang telah gugur dalam perjuangan ini.

Levi menarik sudut bibirnya dalam sebuah senyuman, “Ini adalah buah dari tiap tetes darah dan peluh pengorbanan kalian.”

Setitik air mata lolos dari mata kirinya. Antara haru dan bahagia.

Setidaknya, tak ada nyawa yang terbuang sia-sia.

“Yang perlu kulakukan hanyalah bersabar,” gumam Levi kala bayangan kawan-kawannya memudar, “sampai aku dapat bergabung denganmu di sana.”

Euforia pasca perang membuncah di sekitarnya. Syukur dan kumandang kemenangan. Juga tangis yang melepas kepergian kawan seperjuangan.

Kehidupan manusia banyak berubah setelahnya. Dan Levi tetap teguh meyakini satu hal;

“Aku akan menunggu sampai aku dapat melihatmu lagi suatu hari nanti, Hange.”

Tetap hidup adalah satu-satunya cara untuk menghargai jerih payah para pejuang. Dan senantiasa menanti perjumpaan kembali adalah perwujudan setia yang ia punya.[]