Taksi Online

“Ayah nggak jelas banget sumpah. Akhir-akhir ini intensitas ngomelnya meningkat hampir dua kali lipat. Lagi ada masalah di kantor apa gimana sih? Apa lagi patah hati kali ya? Capek banget aku. Ngatur-ngaturnya itu loh. Masa aku make uang saku sendiri ga boleh? Kan aneh.”

Falco cuma manggut-manggut, mendengarkan ocehan Gabi tanpa berkomentar sedikitpun. Ia sedang menunggu kedatangan taksi online yang dipesan.

“Ini nanti kita patungan aja ya bayarnya. Nggak enak aku kalo kamu yang bayar semuanya. Tarifnya lebih tinggi kan kalo jam segini?”

“Udah gampang itu mah.”

Falco nggak bilang kalau Levi sudah mengirim uang virtual untuk mereka pulang naik taksi online. Dan Gabi memang nggak tahu kalau dari tadi ayahnya chatting-an sama Falco.

“Liatin hape mulu sih dari tadi? Kamu diem-diem punya gebetan nih?” ujar Gabi meledek teman kecilnya itu.

“Mana ada. Ini aku ngeliatin Abang drivernya udah sampe mana,” elak Falco sambil menunjukkan layar ponselnya.

“Iya deh, iya. Tapi kalo beneran punya pacar kamu harus cerita loh sama aku.”

“Buat apa coba?”

“Ih, aku kan sahabat kamu dari kecil! Masa gitu aja nanya sih?”

“Nggak. Maksudnya buat apa punya pacar?”

Gabi ber'oh' kecil. Ia sendiri juga belum tahu apa manfaatnya punya pacar. Yang ada ayahnya malah makin cerewet melarangnya ini itu. Mending nggak usah aja sekalian daripada repot.

“Eh, itu taksi onlennya.”

Mereka pun masuk ke taksi yang sudah dipesan dan meluncur pulang melalui kemacetan kota.[]

-tbc