write.as

Kamar Karina "Kamu tuh, suka banget ngerusuh ya beb," ucap karina sambil meneliti laporan di tangannya. "Ga suka beb, cuma hobi aja hehe," jawab Minjeong asal, sembari mengetik di laptop karina. "Hhh sama aja," balas karina, tangannya masih sibuk mencoret-coret kertas di hadapannya. Suasana pun hening kembali. "Beb, bentar deh, ini kayanya ada yang salah. Coba sini." Minjeong sedikit bergeser di tempat tidur karina, yang punya kamar duduk di lantai, dia malah selonjoran ga tahu diri di kasur (untung cinta). "Mana? Hmm," Karina mengerutkan keningnya, "Coba skip deh yang itu, kamu lanjut laporan tanggal 17 aja." "Siap, komandan!" Minjeong dengan cepat menggosok kacamatanya sebelum mengenakannya kembali, maklum mata minus, kelakuan juga minus. Meskipun begitu, rasa sayangnya ke Karina selalu surplus. Sejak seminggu yang lalu, hampir setiap malam dia menemani kekasihnya itu, kadang membantu mengetik, kadang memijit pundak kalau karina kelelahan, kadang juga menyetrika baju-baju yang tidak sempat diurus oleh karina karena kesibukannya dengan tugas-tugas BEM dan kampanye. Bahkan, kadang dia jadi pelawak dadakan kalau kekasihnya itu sedang bad mood/stress. Oleh karena itu, Karina sering merasa bersalah jika dia terlalu sibuk sehingga mengabaikan minjeong. Rasanya, sudah sebulan lebih mereka tidak jalan bareng. "Beb," panggil Karina pelan sembari menaruh laporan di pangkuannya. "Sebentar beb, nanggung," Minjeong dengan cepat menyelesaikan ketikannnya. "Ya?" "Maaf ya, kita harus pacaran di kamar lagi, kalau kamu mau ikut nonton fantastic beast sama ka joy & yerim, gapapa kok." "Ih, mana seru kalau nonton tanpa kamu. Aku gapapa kok, nanti nonton film bajakan aja," ucap Minjeong sambil mengangkat kedua jempolnya. "Ya, jangan film bajakan juga dong beb," jeluh karina, "Nanti aku cari waktu ya, biar kita bisa nonton." "Duh, it's fine beb, aku ga harus nonton di bioskop. Nanti deh aku cari yang legal, janji," jawab minjeong sambil menggaruk kepalanya. Ada yang jual sharing netflix ga ya?? Batinnya. Karina menggosok hidungnya, "Nanti kalau aku terpilih jadi presiden BEM, aku bakalan lebih sibuk, kamu gapapa?" "Ya gapapa, kan sudah biasa kamu sibuk. Bahkan, dari SMP kamu sudah sibuk OSIS. Lagi pula, aku bisa gangguin yang lain kok." "Tapi beb, kan waktu SMP-SMA kita belum pacaran. Aku harusnya luangin waktu buat kamu." Minjeong menghela nafas, "Aku diem di kamar seminggu juga gapapa, asal sama kamu." "Tapi..." "Udah, ga usah overthinking, akunya happy kok.. ya meski kadang ngeluh dikit sih, maklum kebiasaan sambat," Minjeong tertawa sebelum mengambil beberapa laporan lain, "Mana lagi yang perlu diketik? Biar kamu bisa cepet istirahat." Karina terdiam, di dalam hatinya, dia bersyukur karena Minjeong menerima dirinya apa adanya. Karina sempat mendengar cerita dari beberapa teman BEM yang diputus oleh pacar masing-masing karena mereka terlalu sibuk. "Ini yang di atas meja kamu, juga perlu diketik?" Minjeng mengerutkan keningnya saat melihat beberapa catatan di kertas yang bertumpuk di meja. Minjeong berhenti memilah kertas saat dia merasakan Karina memeluknya dari belakang. "Makasi ya, beb." "Buat?" "Semuanya." "Hmm.. cuma makasi aja nih beb?" Bukan Minjeong namanya kalau tidak ngelunjak ya kan. "Kamu mau dibeliin apa?" "Ngga perlu dibeliin apa-apa kok, cium aja boleh?" Karina tertawa pelan, sebelum memutar tubuh minjeong menghadap dirinya. "Cuma itu aja?" Minjeong dengan cepat mengangguk, matanya berbinar. "Itu sih kamu ga perlu minta." Dengan sedikit membungkukkan tubuhnya, Karina pun mencium bibir Minjeong dengan lembut. Saat Minjeong membuka matanya, dia melihat pipi Karina bersemu merah. Aww. "Sekali lagi, ya?" ...Kan makin ngelunjak. Tanpa menunggu jawaban dari Karina, Minjeong pun segera melingkarkan lengannya di leher karina dan sedikit berjinjit untuk menciumnya, kali ini, lebih dalam dari sebelumnya. **