Itik meong

Semesta Mendukung


“Maaf untuk kali ini kalian gak bisa ikut campur, karena ini mengenai masa depan. Sebagaimana mestinya ini menjadi urusanku, toh!!..selama ini aku gak pernah sekalipun bergantung pada kalian!!”.

begitulah kalimat yang terucap dari mulutnya sebelum ia pergi. Itulah Arman seorang pemuda yang selama 20 tahun hidupnya tidak pernah merasakan hangatnya sentuhan dari kedua orang tua, kehangatan sebuah keluarga ia peroleh dari sang kakek yang mengurusnya sedari kecil, dan malam ini akan menjadi malam bersejarah baginya, sebab ini ada merupakan awal dari perjalanan hidupnya untuk meraih masa depan. Ia memilih ibukota sebagai ladang tabungan masa depan.

Arman berpamitan pada sang kakek, ia meminta doa agar pada sang kakek agar bisa selamat sampai tujuan dan bisa mewujudkan apa yang menjadi harapannya selama ini. perjalanan arman kali ini di temani dengan bintang dan bulan yang seakan menerangi jalannya menuju ibukota, begitu indah sampai ia terhanyut dalam kedalam mimpi yang indah.

Setelah beberapa jam terlelap, Akhirnya ia telah sampai di ibukota kota metropolitan dengan jajaran beton yang menjulang tinggi serta dihiasi lampu jalan yang begitu indah. Namun arman belum mengetahui ada hal apa di balik keindahan kota yang ia dambakan ini.

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, dan bulan berganti tahun. Telah arman lalui, tak mudah baginya menuju harapannya itu ternyata, aktifitas monoton yang membosankan menjadi runititas yang harus ia jalani, kadang membuat ia kesal. Maka dari itu ia selalu bergonta ganti tempat kerja alih alih mendapat suasana baru, namun itupun tak membuahkan hasil. Sampai pada akhirnya semesta mengirimkan seorang bidadari penyemangat untuk arman. ia adalah saras seorang wanita penjaga toko baju sebrang toko bunga tempat arman bekerja, saras adalah wanita paling ramah yang selalu menyapa semua orang dengan senyum manis nan menawan membuat siapapun yang melihat menjadi senang.

Itulah mengapa arman jatuh hati kepadanya?, senyuman itu selalu terbayang di pikirannya bahkan menjadi pemanis mimpi di setiap malamnya.

Saat arman sedang merapikan bunga bunganya, tiba tiba ada suara lonceng tanda pengunjung datang. betapa kaget arman kala itu, sebab yang datang adalah sang puan yang menawan, yupp...benar sekali ia adalah saras gadis manis dengan senyum yang memabukkan membuat arman salah tingkah sampai tak bisa berkata kata.

“permisi mas, bisa pesan mawar merahnya?” tanyanya. arman diam terpaku melihatnya dari dekat. “mas...halo..mas”ucapnya sambil mengibaskan tangan di depan wajahnya “ eh iya kak maaf mau pesan bunga apa?”. “bouquet mawarnya 1 ya mas,” saras menahan tawa melihat tingkah konyol arman yang menurutnya menjadi sebuah hiburan. “maaf kak boleh ditunggu yaa”.

Begitulah awal mula percakapan mereka, saat sedang bebincang dengan saras. Arman tak mampu menatap matanya, ia begitu gugup bahkan ia merasa seperti ada kupu kupu yang berterbangan dalam perutnya. Begitu menggelitik, hingga senyumnya terus tercanpar. Menyiratkan perasaan cinta, sejak hari itu ia dan saras mulai dekat. Dan berujung pada pengikatan tali cinta.

Setelah dua tahun menjalin hubungan mereka memutuskan untuk menuju jenjang yang lebih serius atau yang biasa disebut dengan pernikahan, namun proses mereka menuju kesana sangatlah tidak mudah banyak rintangan yang membuat hubungan mereka sempat berada dinujung jurang, tapi semesta terus menyatukan mereka. Hingga hari itu datang kepada mereka ijab yang terucap seakan menjadi jembatan untuk mereka melangkah menuju fase sebuah ikatan yang sesungguhnya, arman memang tidak dapat menjajikan apapun pada saras, namun kesungguhan armanlah yang menjadi keyakinan untuk saras melebihi janji manis kebahagiaan.

Dan sepertinya memang semesta sedang baik kepadanya, usaha ia kali ini membuahkan hasil yang baik. Harapan ia terkabul, kini arman memiliki toko tanaman bersama saras dan ia juga tak lupa memberitahu sang kakek akan kesuksesannya saat ini, pada saat ia pulang ke kampung halaman untuk memberitahu kabar gembira ini. ia justru mendapat kabar kalau sang kakek meninggal dunia karena sakit dan selama itu pula arman tak tau akan kondisi sang kakek sebab setiap kali berkomunikasi dengan sang kakek beliau terdengar sangat sehat, hal ini sangat membuat arman terguncang, beliau menulis surat untuknya. Dalam suratnya sang kakek berpesan agar arman tidak boleh menyalahkan diri sendiri, sebab ini semua sudah takdir dan bukan salah siapapun. Beliau juga menulis kalau ia selalu bangga pada arman apapun yang ia lakukan.

Arman mengunjungi makam kakeknya dan berkata

” kek maafin arman yaa karena tidak bisa bantu banyak buat kakek sekarang arman sudah sukses dan bisa buktikan pada ibu dan bapak, makasi sudah bangga pada arman, arman juga bangga punya kakek, arman pamit ya kek. kalo kakek kangen mampir ke mimpi arman ya kek”. Ucapnya airmatanya mengiringi doa untuk sang kakek.

ia juga mengunjungi rumah orang tuanya dan meminta maaf pada mereka, begitu pula dengan mereka yang juga meminta maaf pada arman. yang sempat tidak memberi restu padanya, orangtua arman berpesan agar arman menjadi imam yang baik buat saras. arman senang mendengar perkataan orang tuanya, begitu hangat bak sebuah mimpi indah. Tak menyangka akhir kisahnya akan seperti ini, ia akan berusaha menjadi pemimpin yang untuk keluarganya, bersama saras ia amat yakin akan masa depan yang indah.

Tangisan Tengah Malam


sebelumnya perkenalkan namaku Adhisty Wiratama, umurku 20 tahun. Aku tinggal di daerah pusat kota. Kebetulan rumah ku ini agak unik sebab ia terletak di ujung jalan di tengah pertigaan jalan atau yang biasa disebut dengan rumah tusuk sate, rumahku ini diisi oleh 5 kepala keluarga dan masing masing kepala memiliki 1 kamar. Di sana hanya ada 1 dapur dan 1kamar mandi yang otomatis pemakaiannya harus bergantian. Sejak kecil aku belum pernah merasakan hal hal spiritual. Namun entah mengapa pada malam itu aku mengalami kejadian spiritual. Kejadiannya bermula saat aku sepulang habis bekerja. saat itu seperti biasa aku melakukan rutinitas sebelum yakni membersihkan diri dan beristirahat sejenak di ruang tamu sambil memainkan ponsel, malam itu tiba tiba hujan deras namun selang beberapa menit hujan itu berhenti tak lama setelah itu aku mendengar suara tetanggaku berbincang, mungkin dikarenakan rumahku ini cukup terbuka dan dekat jalan jadi suara dari luar rumah sedikit terdengar ke dalam, itulah mengapa aku dapat mendengar suara mereka. Awalnya saat suara tangisan itu terdengar aku berpikir bahwa salah satu dari merekalah sumber tangisan tersebut, tapi beberapa saat suara itu terus terdengar dan mulai menggangu, meski sudah ku tutup telingaku menggunakan bantal suara itu tetap tidak hilang. akupun mulai ketakutan dan membaca ayat suci, berpikir suara itu akan hilang, tapi aku salah suara itu tetap terdengar dan semakin jelas masuk kedalam pikiran. tanpa pikir panjang aku lari terbirit birit hingga tak terasa menuju area belakang dan disana sudah ada om yang sedang menemani tanteku menyuci pakaian. dengan tubuh yang gemetar aku bertanya kepada mereka.

“Tadi denger suara orang nangis gak” “Engga tuh, kan tadi tante baru dari sana buat nyalain pompa air”. “Kok tadi suara jelas banget dari luar”. “beneran engga denger apa-apa, tadi cuma liat kamu lagi main hp aja”.

karena merasa tidak mendapat jawaban yang menenangkan dari mereka, akupun menenangkan diri dan berusaha untuk tidur, setidaknya jika aku tertidur aku bisa sedikit melupakan kejadian malam itu.

TANGISAN TENGAH MALAM


sebelumnya perkenalkan namaku Adhisty Wiratama, umurku 20 tahun. Aku tinggal di daerah pusat kota. Kebetulan rumah ku ini agak unik sebab ia terletak di ujung jalan di tengah pertigaan jalan atau yang biasa disebut dengan rumah tusuk sate, rumahku ini diisi oleh 5 kepala keluarga dan masing masing kepala memiliki 1 kamar. Di sana hanya ada 1 dapur dan 1kamar mandi yang otomatis pemakaiannya harus bergantian. Sejak kecil aku belum pernah merasakan hal hal spiritual. Namun entah mengapa pada malam itu aku mengalami kejadian spiritual. Kejadiannya bermula saat aku sepulang habis bekerja. saat itu seperti biasa aku melakukan rutinitas sebelum yakni membersihkan diri dan beristirahat sejenak di ruang tamu sambil memainkan ponsel, malam itu tiba tiba hujan deras namun selang beberapa menit hujan itu berhenti tak lama setelah itu aku mendengar suara tetanggaku berbincang, mungkin dikarenakan rumahku ini cukup terbuka dan dekat jalan jadi suara dari luar rumah sedikit terdengar ke dalam, itulah mengapa aku dapat mendengar suara mereka. Awalnya saat suara tangisan itu terdengar aku berpikir bahwa salah satu dari merekalah sumber tangisan tersebut, tapi beberapa saat suara itu terus terdengar dan mulai menggangu, meski sudah ku tutup telingaku menggunakan bantal suara itu tetap tidak hilang. akupun mulai ketakutan dan membaca ayat suci, berpikir suara itu akan hilang, tapi aku salah suara itu tetap terdengar dan semakin jelas masuk kedalam pikiran. tanpa pikir panjang aku lari terbirit birit hingga tak terasa menuju area belakang dan disana sudah ada om yang sedang menemani tanteku menyuci pakaian. dengan tubuh yang gemetar aku bertanya kepada mereka.

“Tadi denger suara orang nangis gak” “Engga tuh, kan tadi tante baru dari sana buat nyalain pompa air”. “Kok tadi suara jelas banget dari luar”. “beneran engga denger apa-apa, tadi cuma liat kamu lagi main hp aja”.

karena merasa tidak mendapat jawaban yang menenangkan dari mereka, akupun menenangkan diri dan berusaha untuk tidur, setidaknya jika aku tertidur aku bisa sedikit melupakan kejadian malam itu.