Bad sign

***

Andai hidup seindah dongeng Namun ia bukan. Andai hidup hanya ada bahagia Namun ia fana. Selalu ada tangis bahagia dan tangis duka. Selalu ada kemarau dan penghujan Pun tak selamanya kemarau Dan tak selamanya penghujan Sama seperti hidup Tak selamanya bahagia Akan ada masa duka yang menyambangi kita di waktu yang tak pernah kalian prediksi sebelumnya.

***

Semarang, 25 Desember 2019 08:10 Pm

Win sudah ada disini, didepan rumah yang tak ia tahu, ia diajak oleh Puim, tentu juga ada Siwi dan Love yang akan ikut merayakan natal bersama.

Sebagai anak rantau kesempatan menghabiskan waktu bersama keluarga adalah waktu yang sangat langka, apalagi saat natal seperti ini.

“puim ini rumah siapa sih?” Tanya win pada puim yang baru saja keluar mobil.

“udah yuk ikut aja, pasti lo seneng deh, soalnya ada yang kangen sama lo didalam”

Win menaikkan satu alisnya, siapa memangnya? Dalam benaknya ia bertanya-tanya.

“yuk masuk”

Mereka berempat masuk dalam rumah itu, begitu pintu dibuka ada anak kecil yang lari kearah mereka.

“kak puimmmmmm, kak winnnnnnn”

Win familiar dengan suara itu, itu suara irene, anak kecil yang saat itu bertemu dengannya di florist. Anak kecil yang membuat hatinya menghangat karena melihat manisnya interaksinya dengan Bright saat itu.

Win memeluk bocah itu, sama-sama dengan senyum mengembang.

“halo ireneee, gimana kabarnya? Wahhh gak nyangka ya kita ketemu lagi”

Irene tak menjawab, ia asik bergelayutan di pelukan win.

“yuk masuk”

Ajak puim, dan mereka semua masuk, seperti halnya natal, banyak hiasan khas natal yang membuat mereka serasa dirumah sendiri. Pohon natal dengan bola lampu yang menyala, beberapa hiasan halloween dan permen juga beberapa bakery yang membuat mereka berempat serasa nostalgia kemasa kecil mereka.

Disana ada sebuah bunga yang ia kenali, itu si cattleya yang pernah Bright belikan untuk irene, ia masih berbunga dan terlihat cantik.

ingatannya dipaksa untuk menampilkan semua kenangan manisnya dengan bright, dan itu menyakiti dirinya sendiri.

'ia cantik dan seperti memang cocok berada disana, terimakasih mas' batin win dalam hati.

***

Ruang tamu, 09:05 Pm

Mereka semua sedang duduk di ruang tamu, tante anisah benar-benar menjamu tamu mahasiswa nya dengan baik, berbagai gula-gula, bakery hingga makanan berat disediakan untuk mereka semua.

“makasih ya tante, maaf kami semua ngerepotin disini” Ucap win menerima bakery yang baru saja matang dari oven.

“ahh enggak nak win, kalian semua udah kayak anak tante sendiri, tuh lihat irene aja senang banget main sama kalian, sering-sering main kesini yaa”

Win tersenyum.

“kalau senggang pasti main lagi tante” jawab siwi.

“tante, cake nya enak, kenapa gak buka toko aja tan?” Win memuji cake buatan mama irene.

“wahhh nak win ini, suka banget muji-muji gitu ahahahha tante gak bisa bikin porse besar win, udah ini buat kalian aja dihabisin ya”

Dan mereka asik memakan kue hangat itu hingga...

“loh.... Nak win, kok pak Bright gak ikut datang? Kemana?”

Makanan di tenggorokan win serasa menjadi batu, tak bisa ia telan, sudah payah ia kemari untuk membuat lupa akan bright kini malah di ingatkan.

“eum....anu tante.... Gimana ya...”

Puim mencoba menjawab namun ia sama bingungnya.

Win baru saja akan bersuara setelah setengah mati ia menelan kue yang serasa menjadi batu yang mengganjal tenggorokannya namun ada pesan yang masuk dari ponselnya.

***

Andai hidup seindah dongeng Namun ia bukan. Andai hidup hanya ada bahagia Namun ia fana. Selalu ada tangis bahagia dan tangis duka. Selalu ada kemarau dan penghujan Pun tak selamanya kemarau Dan tak selamanya penghujan Sama seperti hidup Tak selamanya bahagia Akan ada masa duka yang menyambangi kita di waktu yang tak pernah kalian prediksi sebelumnya.

***

Semarang, 25 Desember 2019