Bright dan Afi Semarang 14 desember

Ada dua mobil yang sama-sama menembus derasnya hujan malam itu, ada Bright yang membanting stir mobil langsung ke kediaman Winata da nada Afi yang langsung menuju ke condonya untuk membawa winata pulang bersamanya.

Suasana malam menjadi semakin mencekam dengan hawa dingin dan kabut tipis yang turun dari Bukit Gombel yang mereka lewati, winata tak bisa berhenti berairmata disana, meski pandangannya ia buang ke arah kaca dan melihat embun yang seolah mengejeknya, nyatanya Afi paham tanpa harus ada sepatah kata yang terucap.

Winata menangis dalam diam, tahukah kalian jika menangis dalam diam jauh lebih sakit dan lebih perih, air mata itu jatuh dengan sedirinya sebagai bukti kalau Winata tak lagi bisa berpura-pura kuat.

***

Bright sampai di pelataran Graha Estetika, langsung disambut oleh seorang Satpam yang sudah ia kenal karena sering berbincang ketika ia menunggu Winata untuk keluar dan menemuinya.

“Selamat malam mas Bright, ada perlu apa ya mas malam-malam begini?”

Tanya Security itu dengan ramah

“malam pak, saya ada perlu sama Winata, boleh saya masuk?”

“loh? Kan tadi dek winata keluar, Lha wong tadi dia nunggu Grab sama saya disini, katanya mau ketemuan sama mas toh? Dan sampai sekarang belum balek kok mas”

Jawab bapak satpam dengan logat jawanya yang kental Bright termenung disana, mendengar jawaban itu membuat pikirannya kalut tentan dimana winata berada, terlebih lagi dengan keadaan hujan deras seperti ini ia khawatirn dengan keadaan mahasiswanya itu.

“yasudah pak, saya pamit undur diri, tolong nanti kalau winata sudah pulang, bapak bisa kabari saya atau sampaikan ke win untuk segera menghubungi saya ya pak”

Jelas Bright pada orang di depannya.

“baik mas, nanti saya WA sampeyan atau nanti saya sampaikan ke dek Win buat WA sampeyan”

Lagi, logat jawa itu sangat kental pada bapak Satpam ini.

“matur suwun pak”

Dengan begitu Bright kembali untuk pulang, sepanjang jalan pikirannya kalut, ia di dera rasa bersalah dari segala arah, bagaimana ia akan meminta maaf pada winata sekarang? Meski ia tak sepenuhnya sengaja meninggalkan winata di kafe namun tetap saja ia didera rasa bersalah itu, rasa-rasanya ia butuh Gawin untuk meluruskan kesalahpahaman ini, untuk menceritakan yang sebenarnya terjadi siang hingga malam tadi.

***

“win lo mandi dulu deh, pake air anget aja, takut kalo lo kena demam” Ucap Afi ketika mereka baru saja masuk dalam ruangan yang sudah tak asing bagi winata, ia kerap menghabiskan waktu disini bersama siwi dan Afi walau hanya sekedar membahas tugas kuliah dan tukar pikiran dan pengalaman.

“makasih Fi, btw boleh minta tolong? Ponsel gue lowbat nih, tolong di cas ya”

Win memberikan ponselnya yang sudah kehabisan daya itu pada Afi, terasa basah di beberapa bagian karena memang seluruh tubuh winata kini basah oleh tangis langit semarang itu.

Afi hanya tersenyum dan langsung mencari charger ponselnya, sementara winata langsung mandi untuk membersihkan tubuhnya yang basah kuyup.

Winata menghabiskan waktu yang lumayan lama untuk mandi samapai Afi khawatir kalau win tertidur di bath tub atau malah dibawah guyuran Shower, namun kenyataannya winata menangis disana, perihnya ia rasakan sendiri dan ia akrabi sendiri tak ada orang lain yang datang menyembuhkannya, bukan Day, bukan Bright dan bukan keduanya.

Tok tok tok

“win? Lo gapapa kan? Lo ketiduran di dalem? Udah setengah jam ini lo belom keluar”

Suara Afi diluar pintu kamar mandi, terdengar cemas. Membuyarkan lamunan dan tangis winata didalam sana.

“e….enggak Fi, ini mau selesai. Pi…pinjem pakaian lo ya?”

Jawab winata terbata-bata karena nyatanya ia terisak sekarang, dan Afi menyadari hal itu ketika mendengar jawaban winata, ia tahu kalau win tengah menangis didalam sana.

“iya, pake pakaian gue dulu aja”

***

Mereka berdua sudah diatas ranjang, tidur saling bersisian. Winata sudah lelap tertidur menjemput mimpinya, matanya sembab karena lelah menangis.

Namun disana ada Afi yang belum tertidur, ia berguling ke arah winata, membuat tangan kiri nya sebagai tumpuan dan tangan kanannya membelai rambut hitam winata.

Dipandangnya lekat-lekat wajah winata, wajah orang yang sudah lama ia sukai, sudah lama menyimpan rasa namun ia sadar kalau ia bukanlah orang yang baik dan pantang untuk winata yang rapuh ini, ia sadar kalau dirinya dan winata bagai magnet yang saling menolak satu sama lain, ia besebrangan dengan winata yang ia suka.

Afi hanya ingin orang yang pantas untuk bersanding dengan karibnya ini, dan baginya yang jelas bukan Bright, sewaktu dulu ia menyanggupi pinta Bright untuk menghabiskan malam bersamanya, sebenarnya Afi ragu, apakah itu benar orang yang selalu muncul di IG story winata ? apakah orang yang sama dengan orang yang selau winata ceritakan? Dan ekspektasinya dibanting hancur ketika memang benar orang yang mengajaknya One Night Stand itu adalah Bright.

Baginya nasi sudah menjadi bubur, ia juga tak bisa menolak pesona Bright yang begitu memabukkan malam itu, ada sebuah rasa bersalah di lubuk hati Afi, mungkin suatu hari nanti jika sudah waktunya ia akan menjelaskannya pada winata.

“dia gak pantes buat lo win”

Bisik Afi yang masih membelai rambut winata.

“dia bajingan sama kayak gue, lo pantes dapet yang lebih baik dari dia”

Belaian itu turun ke pipi winata.

“sorry win, sorry for everything, entah gue pantes dapat maaf dari lo apa engga”

Lanjut afi berbisik, ia sudah yakin kalau win sudah terlelap, namun ia tak sadar kalau win belum sepenuhnya larut dalam lenanya mimpi.

CUP

Afi mengecup kening winata, memberinya kecupan selamat tidur.

“good night win”

Setelahnya ia ikut terlelap, menjemput mimpi masing-masing dengan suara hujan yang mengantarkan mereka untuk tidur.

***

Minggu 15 desember 2019 06:30 Am

Win terbangun terlebih dulu, samar-samar cahaya matahari masuk dari jendela dan menyapa dirinya yang kini mencoba mengumpulkan kesadarannya. Ia teringat perkataan Afi semalam, tepat ketika Afi mengira dirinya sudah terlelap, ada apa dengan Afi dan Bright? Mengapa Afi menganggap kalau Bright itu brengsek? Mengapa Afi menganggap dirinya sama brengseknya dengan Bright, hal itu menjadi sebuah tanda tanya di kepala winata yang mungkin saja suatu hari nanti akan ia tanyakan.

“fi, bangun fi, udah pagi”

Win mengguncang-guncang badan orang disebelahnya.

“eeenngghhhh apaan sih win, ini hari minggu. Bangun siangan aja aaaahhhhhh”

Afi menguap, rasa kantuknya masih bersarang disana.

“tapi gue mau pulang fi, anterin bentar ya?”

“emmmmhh iya iya, wait lima menit lagi deh”

Dan afi kembali terlelap, winata tak lagi mengganggu afi yang tengah tertidur, ia turun dari ranjang dan mengambil ponselnya yang sudah penuh baterainya.

Ketika dihidupkan puluhan notifikasi masuk dari Bright, banyak pesan dan banyak panggilan tak terjawab, membuat win sedih tentang bagaimana ia akan menghadapi Bright kedepannya.

“fi gue mandi dulu ya, setelah itu anterin gue pulang”

Ucap win yang segera masuk kamar mandi dan menghilang disana, sedangkan Afi hanya memberi jempol dan mencoba bangun dan mengumpulkan kesadarannya.

Minggu 15 desember 2019 06:35 Am