Dejavu

Semarang – slawi.

Mereka berangkat dari Semarang menuju Slawi, seperti biasa, dua jam perjalanan tak akan terasa lama bagi mereka berdua, karena mereka habiskan untuk mengobrol banyak hal.

Winata terlihat tampan kali ini, dengan tuxedo putih membuat dirinya semakin bersinar dan menjadi pusat perhatian, pun dimata bright yang selalu curi-curi pandang.

Sepanjang perjalanan mereka penuh canda tawa dan senyum yang terus mengembang.

“kamu manis banget win pagi ini” ujar bright ketika lampu lalulintas sedang memerahkan warnanya.

Win tersenyum dan tersipu malu.

“apasih massss” win mencubit paha bright yang selanjutnya bright berakting seolah mengaduh sakit.

“awww sakit winn aww” ia membuat ekspresi kesakitan semeyakinkan mungkin, membuat win yang tadinya tersipu malu kini langsung panik.

“eh.. Maaf mas huhuhu maaf, ini ya yang sakit? Iya mas?” tanya winata seraya mengusap usap paha insan di sebelahnya.

Bright menggenggam tangan Winata yang sibuk mengusap pahanya agar diam disana.

“nah sekarang udah gak sakit” ucap bright menahan senyum jahilnya.

“ihhhhh dikerjain lagi ihh, sebel nih rasian rasainnn” Win mencubit paha itu berkali kali untuk meluapkan rasa kesal dan gelinya karena dikerjai terus – terusan

“ahahhahha ampun win ahaha ampunnn”

Bright tertawa lepas disana, di lampu merah itu terdengar tawa dua anak manusia yang tengah di mabuk cinta.

***

Mobil mereka sudah sampai disini, di tempat resepsi pernikahan. Pernikahan menggunakan gedung besar dengan warna putih polos ini membuat win sangsi sendiri karena ia pasti akan bertemu dengan ibu dari Bright.

Gugup itu kini semakin menjadi jadi, jadi yang dilakukan winata sebelum ia semakin gugup ialah pergi ke kamar mandi.

“mas, win mau ke kamar mandi dulu boleh?” tanya win pada bright yang dari tadi menggandeng tangannya.

“oh boleh win, mau mas anterin gak?” tanya Bright pada win.

“gausah mas, kamar mandinya dimana ya mas?” tanya win yang sudah berkeringat dingin.

“kamu pakai kamar mandi yang dalam aja ya? Jangan yang buat tamu, itu kamu lurus aja, sebelah kamar rias itu kamu belok kiri”

“oke makasih mas”

Setelah nya win buru – buru pergi ke kamar mandi.

***

Di dalam kamar mandi win sibuk mengatur nafasnya, mengelap keringat dinginnya dengan tissue dan kembali menggunakan parfum. Hingga suara pintu kamar mandi terbuka....

“win? Winata?”

“iya mas? Mas bright kenapa? Kok kaya bingung gitu?”

Tanya win pada orang yang ia sangka adalah bright.

Orang itu menutup pintu dan menguncinya dari dalam.

“kamu manis banget win” ujar orang itu yang semakin mendekat dam membelai rambut Winata.

“mas kan udah bilang tadi di mobil, udah ah gombalnya, eh kok ganti jas sih? Tadi kan pake hitam, kok sekarang pake abu-abu? Emang mas bawa stok jas ya di mobil?” tanya winata yang mencoba mengingat ingat apakah bright membawa jas cadangan atau tidak.

“ssshhhhhh, jangan banyak bicara win, lemme taste you” ujar orang itu seraya mengusap bibir merah muda Winata.

“ih mas bright , ini di kamar mandi loh, udah yuk ah keluar”

Win mendorong orang yang ia kira bright itu, namun yang selanjutnya terjadi adalah ia terpojok dan mereka berciuman.

Entah bagi win, rasa ciuman ini berbeda namun tak asing baginya.

Di dalam kamar mandi itu win merasakan dejavu, di dalam kamar mandi itu ada insan bernama day sedang mencium dan menikmati bibir indah Winata dengan berlindung dibalik sosok bright, kakaknya.