Divide Us

***

Tuhan mengirimkan pertanda, tinggal bagaimana kepekaan makhluknya untuk membacanya. Tuhan pasti memberi tahu, tinggal bagaimana kita menanggapi dan mempercayai. Namun juga terkadang manusia yang tak mengerti. Manusia yang tak peka. Atau manusia yang tak mau mempercayainya. Hingga tanda itu menjadi nyata. Dan sesal hanyalah sebuah kata percuma.

***

Aku melihatnya disana, diantara kerumunan orang di mall ini.

Aneh, ia melihatku tapi mengapa ia seperti tak mengenaliku, padahal aku masih sama, aku winata yang ia cinta.

Sesegera mungkin aku menghabiskan jus alpukat digelasku, aku akan menemuinya disana. Mengapa ia jalan-jalan sendiri ke mall? Bukannya ia bisa mengajakku keluar berdua? Bukankah begitu hal yang sering kami lakukan 3 bulan terakhir ini?

Aku berjalan menuju arahnya, ia melihatku, mataku dan matanya saling memandang, namun aneh, tatapan matanya terasa dingin dan asing, rasanya seperti ia menatap seorang 'stranger'. Aku sangsi sendiri, benarkah itu dirinya atau orang lain? Namun aku sangat yakin bahwa itu adalah dirinya, ia adalah mas bright.

Aku semakin dekat dan aku memutuskan untuk duduk tepat didepan mejanya.

“mas bright kesini sendiri?” Tanyaku padanya.

Lagi – lagi aneh, ia seperti tak mengerti bahwa aku sedang mengajaknya berbicara.

“mas? Halooo, mas bright?”

“ah iya? Kamu bicara sama saya? Kok kamu tau nama saya?”

Hah? Jawaban macam apa itu, tentu aku tahu dirinya sebanyak aku mengenal diriku sendiri, ia sudah menjadi bagian dari diriku saat ini.

“mas ngomong apa sih, ini aku win, winata”

“winata?” ia seperti kebingungan, dan mencoba mengingat sesuatu tapi aku tak tahu apa itu.

Aku mengangguk.

“maaf saya tak mengingatnya, sepertinya kamu salah orang”

Jawaban macam apa itu? Tentu ia mengingatnya, bagaimana bisa ia lupa?

“ahahahha apaan sih mas, gak lucu tau”

Aku mengedarkan pandanganku keseluruh mall, kemana orang-orang, kenapa tak ada seorang pun disini? Hanya ada aku dan mas bright disini.

“iya beneran, maaf ya, mungkin kamu salah orang”

“enggak mas, ini win, masak mas bright lupa sih?” Jawab ku ngotot

“tapi saya gak merasa kenal sama kamu” Ia berdiri dan akan melangkah pergi. Namun aku memegang pergelangan tangannya.

“mas gak lucu tau, ini win mas, dan mas mau kemana? Disini aja nemenin win”

“maaf ya, pertama saya gak kenal sama kamu, kedua saya harus pergi karena memang saya mau pergi, maaf”

Ia melepaskan genggaman tanganku. Setelahnya ia berlalu pergi.

“MASSSSSS INI WIN MASS”

Jeritku dengan terisak, bagaimana bisa ia lupa? Bagaimana bisa ia tak ingat Setelah semua perjalanan yang pernah kami lalui? Aku tak bisa menerimanya.

Namun semakin aku memanggilnya, semakin ia jauh, semakin ia mengabur dalam pandanganku, entah karena dirinya yang menghilang atau karena aku yang menangis, aku tak tahu, aku tak bisa membedakannya.

Aku ingin meneriakkan namanya hingga ia kembali disini, disisiku.

“maaasssssss”

Ia terus berjalan

“MAAAAS BRIGHT”

ia tak menoleh sedikitpum

“MAAAAAASSSSS BRIGHT, INI AKU WINATA MASSSS.... HIKSSS”

Dan ia menghilang.

“MAAAASSSS”

Aku mendapati diriku terbangun dengan nafas terengah-engah, apa yang baru saja terjadi, apa tadi? Dan aku menyadari kalau tadi hanyalah sebuah mimpi, hanya bunga tidur saja.

Kulihat jam didinding, masih pukul 3 pagi, kupandangai wajahnya, sangat damai dalam tidurnya, aku yakin hari esok semuanya akan baik-baik saja, semuanya akan kembali seperti semula.

“tidur yang nyenyak mas, win gak pergi, win disini sama mas”

Aku membelai rambutnya yang mulai panjang, aku mendekati wajahnya dan mengecup dahinya.

“maafin win saat itu ya mas, cepat bangun, win nunggu mas disini”

Setelahnya aku pergi kekamar mandi untuk mencuci muka, kudapati diriku yang telah jatuh padanya, meski dengan jalan yang berliku, namun aku mau.

***

Tuhan mengirimkan pertanda, tinggal bagaimana kepekaan makhluknya untuk membacanya. Tuhan pasti memberi tahu, tinggal bagaimana kita menanggapi dan mempercayai. Namun juga terkadang manusia yang tak mengerti. Manusia yang tak peka. Atau manusia yang tak mau mempercayainya. Hingga tanda itu menjadi nyata. Dan sesal hanyalah sebuah kata percuma.

***

RS Elizabeth 03:10 Am