Evermore 7

diambil dari ingatan Winara Cahaya Senja.

Disinilah kami berkumpul merayakan ulang tahunku, tak mewah memang, hanya sebuah makan malam sederhana bersama orang-orang terdekatku, bahkan aku mengajak Bian untuk bergabung denganku di malam yang spesial ini.

Satu persatu dari adik, ibu bahkan Awan memberikan kado padaku, tak terkecuali juga Bian yang mengeluarkan sebuah kado yang dibungkus cantik dengan pita yang mengikat diatasnya.

“selamat ulang tahun Ara, terimakasih untuk semuanya yang sudah kamu lakukan padaku, aku hanya punya ini sebagai hadiah ulang tahunmu”

Ia memberikannya padaku, dan aku membukanya.

“astaga Biannnnn, kamu membelikanku ini? Terimakasih banyakkk” Aku memeluknya erat-erat, berterimaksih untuk kado kecil yang sangat berarti padaku ini.

“ehemmmm” Awan berdehem, aku paham apa maksudnya dan langsung melepaskan pelukanku.

“terimkasih sekali lagi Bian”

“iya Ara, aku juga berterimakasih sudah diundang di acara makan malam yang sangat hangat disini, terimakasih ibu”

Ia berterimakasih pada ibuku, sungguh Bian, kamu sudah berubah dan menjadi pribadi yang hangat saat ini.

“aku rasa makan dengan tangan kiri bukanlah budaya yang baik, bukankah begitu?”

Ini Awan, aku bahkan tak percaya kalau kalimat itu keluar dari mulutnya.

“maksud kamu apa Wan?”

Tanyaku menatapnya tajam, mengapa ia kasar dan tak sopan sekali dengan mengatakannya di depan Bian.

“bukan apa-apa, hanya saja kamu perlu memegang garpu dan pisau dengan kedua tanganmu untuk makan steak ini”

Aku melotot padanya, sungguh aku tak percaya dengan apa yang ia ucapkan.

“kamu kenapa sih Wan? show him a little respect

“Ara, gapapa Ra, lagi pula dia benar kalau tanganku memang hanya tinggal satu kan?” Bian tertawa getir dan menunduk.

“gak Bii, aku yang akan jadi tanganmu sekarang, mari aku akan menyuapimu”

“gak perlu Ara, aku bisa sendiri” ia masih mencoba untuk menolak. “tak ada penolakan, ini kan hari spesialku jadi kamu harus nurut ya?”

Aku memotongkan steak itu dan aku suapkan padanya.

BRUKKK

Awan membanting garpu dan pisaunya diatas meja.

“Awan kenapa sih? Kaget tau”

“*I’m done, kamu pacaran saja sama lelaki buntung ini”

PLAKKKKK

Aku menamparnya, ia sangat tak sopan mengatakan hal itu di depa Bian, aku tak terima dengan caranya merendahkan Bian dengan menghina kekurangannya, sungguh cara manusia dengan otak dangkal yang melakukannya.

how dare you Wan berani-beraninya kamu bilang kaya gitu?”

Ia tak menjawab dan berjalan menuju pintu keluar.

we are done kita selesai”

Ada 365 hari dalam satu tahun dan ia memilih untuk menghancurkannya di hari ulang tahunku, terimakasih Awan.

diambil dari ingatan Winara Cahaya Senja