Explanation

Senin 26 september 2019 Ruang konseling-13:00 Pm.

Sepeninggal Gawin di lantai 7 menyisakan kecanggungan yang luar biasa diantara ketiganya, Bright berniat menemui dan menjelaskan pada Gawin di ruang konseling, sedangkan Winata harus masuk kelas karena masih ada satu sks yang harus ia selesaikan hari ini.

Rasa bersalah karena lepas kontrol itu terus menghantui pikirannya, Bright sudah berdiri di depan ruang konseling, tahu kalau Gawin sudah ada disana menunggunya untuk memberikan penjelasan terkait kejadian di luar kendali dirinya barusan.

“masuk Bright, gue tahu lo ada di depan pintu” suara gawin samar-samar terdengar dari luar pintu, ternyata Gawin sadar kehadiran Bright disini.

Ia menarik nafas panjang, mengisi seluruh paru-parunya dengan oksigen sebanyak mungkin ia bisa hirup, setelahnya ia keluarkan nafas itu membuang seluruh keraguan dan kecanggungan yang baru saja terjadi.

Dibukanya pintu dan melangkah kedalam ruangan konseling, ruangan yang sarat dengan tawa hingga tangis klien ketika melakukan sesi konseling, siapa sangka hari ini ialah yang akan duduk di kursi klien dengan Gawin sebagi konselornya.

“duduk sini Bright, gausah canggung santai aja sama gue” ucap gawin dengan tatapan mengintimidasi.

Bright duduk di kursi itu dan berhadap-hadapan dengan Gawin, hanya ada meja dan air putih saja diatasnya, tak ada benda-benda penting apalagi benda tajam karena itu bisa membahayakan klien ketika melakukan sesi konsultasi.

“gue dengerin dulu pembelaan lo gimana”

ujar gawin ketika Bright baru saja duduk dan menarik nafasnya dalam-dalam, ia tak tahu mulai menjelaskan dari mana.

“gue ga mau ngelakuin pembelaan, yahhh, gue akui gue salah. Gue lepas kontrol tadi sama win”

“bisa gitu ya? Lepas kontrol tapi dua-duanya? Itu lepas kontrol atau emang kalian udah rencanain jauh-jauh hari? Bisa pinter ya nyari tempat di lantai 7, di laborat yang sepi”

Gawin benar-benar mengintimidasi Bright, itulah Gawin, ia pintar membaca suasana dan meruntut kan kejadian demi kejadian menjadi sebuah hipotesis yang akan ia uji kebenarannya pada Bright.

“gawin please, iya gue sama winata salah, tapi gue yang mulai semuanya, gue yang minta win lakuin itu, gue yang salah dalam hal ini dan gue akui itu, gue ga akan ngelak apalagi buat pembenaran”

Bright mengetuk-ngetukkan kukunya di meja, tanpa sadar kalau Gawin adalah seorang Psikolog Klinis sama dengan Michelle rekannya di London, semakin Bright memperlihatkan gelagat kegugupan, semakin Gawin mencari dan mengorek informasi darinya.

“so….bisa lo jelasin kemana aja lo selama ini? Seminar gak dateng, rapat internal laborat gak dateng juga, kok kayanya sibuk banget ya? Sibuk ya Bright? Iya?”

Gawin sangat sarkas saat ini, pasalnya ia sudah tahu kalau Bright pergi menghabiskan waktunya dengan Winata, namun tetap saja rasa kesal atas ketidak-profesionalan Bright masih tersisa disana.

Bright menarik nafasnya dan menundukkan wajahnya, ia tahu dan paham kalau ia sudah melewatkan banyak kegiatan akademis demi bisa menghabiskan waktu dengan winata.

“I know, its my fault, you can blame it on me”

“No, Bright, gue ga nyalahin lo, kita udah sama-sama dewasa, yang harus kita lakuin itu nyari solusi, solusi gimana biar lo sadar kalau lo udah tergantung sama winata, solusi buat ningkatin kinerja lo yang semakin hari semakin buruk”

benar, itulah yang harusnya dilakukan oleh dua orang dewasa yang sedang menyelesaikan masalah, bukan saling menyalahkan, namun mencari solusi atas kekacauan yang sudah terjadi.

“gue sebenernya bisa memaklumi kalau lo lagi suka-sukanya sama Winata, tapi gue ga bisa toleransi perbuatan lo barusan, lo lakuin itu di gedung fakultas, bisa lo banyangin kalau yang lihat bukan gue? Tapi mahasiswa atau dosen lain disini? Gue gak yakin bisa tutup mulut dan tutup mata seperti yang gue lakuin sebulan terakhir”

Jelas Gawin, walau ia muak namun ia memilih untuk diam dan menjaga semuanya hingga hari ini.

“thank you, gue makasih banget lo udah ngertiin gue, dan ya… gue minta maaf karena kejadian tadi dan soal satu bulan terakh……..wait..”

Bright sadar ada yang tidak tepat dalam pembicaraan ini.

“satu bulan terakhir? Emangnya ada apa sama satu bulan lalu? Gue sama winata juga deket baru-baru ini kok”

tanya Bright yang menyadari adanya kejanggalan dengan percakapan mereka berdua.

“yakin? Masa baru deket sebulan lalu udah bikin video panas sih? Its like u tryin’ to foolin me Bright, im not born yesterday”

jawab gawin sambil menunjukkan jari telunjuknya di otaknya, seolah ia bisa berfikir dan menyambungkan semua cerita menjadi sebuah hipotesis.

“hah? Gimana ? video apaan? Gue ga paham beneran nih”

“yakin? Udah bikin 10 video dan ratusan foto panas dan lo masih ga paham? Emang ya, cinta bisa bikin orang sepinter lo jadi kaya gini”

Ucapan gawin langsung menohok di ulu hati Bright, ia tak ingin percaya apa yang baru saja ia dengar, ia tak ingin menduga-duga kalau saja Gawin sudah melihat isi kartu memori yang berada di laci mejanya bersama dengan laporan laborat hari itu, namun sebanyak apapun pikirannya mencoba untuk menolaknya, selalu saja dugaan itu semakin kuat muncul di perkmukaan.

“ma….maksud lo gimana, gu….gue agak bingung, tapi gue kayanya nangkap arah pembicaraan lo kali ini”

respon Bright, jika benar itu yang dibicarakan Gawin, maka ia siap menjelaskan semuanya hingga tak ada lagi kesalah pahaman diantara mereka berdua.

“then….explain this” Gawin mengeluarkan Handphone dan sebuah card reader disana, setelah card reader itu terbaca di Handphone, hal yang selanjutnya dilakukan Gawin adalah menunjukkan dua folder yang ia copy dari kartu memori Bright.

Mata bright terbelalak melihat dua folder yang sebulan lalu sudah ia lenyapkan di kloset kamar mandi dosen, bagaimana dua folder itu bisa berpindah di tangan gawin saat ini.

“wa….wait, lo pasti nge-copy file dari memory card yang ada di laci gue kan?” tanya Bright memastikan.

“right, dan gimana? Lo bisa jelasin? Jelas-jelas itu muka lo sama winata, masih mau bilang kalau kalian baru pendekatan sebulan terakhir?” hardik Gawin langsung tepat di muka Bright dengan ponselnya.

“no, you don’t understand, lemme explain it….”

“bagian mana yang gak gue pahami Bright, gue aja shook kalau itu lo sama Win”

“wait a sec, lemme show you something” ujar bright seraya mengeluarkan ponselnya.

“nih lo liat sendiri, itu bukan gue, tapi itu Day kembaran gue”

Bright memperlihatkan akun instagram milik Day, dan itu membuat mata Gawin terbelalak karena memang sangat identik dengan Bright, benar-benar hampir sama.

“jadi Winata itu dulu mantannya Day, dan adek gue ini mau nikah tanggal 12 oktober bulan depan, dia tahu kalau gue mau deketin win jadi dia kasih semua file itu ke gue buat dia lupain winata, beneran itu bukan gue sama winata yang ada di video itu” jelas Bright runtut.

Sedangkan Gawin masih mencoba memproses satu persatu informasi yang ia dapatkan, tentang semua hipotesisnya yang ternyata beralaskan alasan yang tak mendasar pada Bright.

Gawin terlalu bingung dengan situasi ini, tentang Bright yang memiliki kembaran, tentang winata mantan adiknya Bright dan tentang video itu, gawin membeku disana.

“ja, jadi itu bukan lo sama winata?” tanya Gawin canggung, semua tuduhannya pada Bright ternyata salah dan tak mendasar.

“bukan, lo lihat sendiri kan kalau gue punya kembaran, dan ya maaf gak pernah cerita ke kalian semua soal ini”

Gawin menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya, ia membuang semua stigma negatif dan buruk tentang bright kawan sejawatnya, ia buang semua pikiran dan tuduhan tak mendasar itu bersama nafas yang serasa berat.

“gue minta maaf bright……” Gawin tercekat disana, ia berhutang banyak maaf atas hal yang telah ia lakukan.

“gue minta maaf karena gue udah lancang ambil memory card punya lo di laci, gue juga minta maaf dengan lancang gue copy file itu karena gue pikir itu lo sama winata jadi gue akan keep ini buat diselesaikan tapi ternyata gue salah bright….”

“gue, gue minta maaf karena stigma gue yang buruk soal lo satu bulan terkahir ini, sorry bright”

ada wajah penyesalan disana, dimuka Gawin tentang betapa lancangnya dia meng-copy dan menyimpan file yang seharusnya tak ia simpan.

“its ok gawin, kalau gini kan enak, semuanya udah clear kan? So, gue minta kalau file itu di hapus boleh?” bright bertanya seraya menunjuk ponsel milik Gawin.

“tentu, nih gue serahin ke lo aja, lo sendiri yang ngehapus filenya”

Gawin memberikan ponselnya ke tangan Bright, yang selanjutnya Bright menghapus dua folder penuh foto dan video panas itu.

“thanks win, makasih udah mau bicarain ini baik-baik sama gue, gue ga tau kalau bukan lo yang pegang file ini, gak bisa bayangin, makasih udah milih diam sebulan terakhir, gue janji gue bakal perbaiki kinerja gue disini” ucap Bright sungguh-sungguh.

“sama-sama, gue juga minta maaf, tapi soal kinerja lo itu gue beneran, lo harus fokus Bright, posisi lo di fakultas tuh salah satu posisi vital, ada kalanya winata jadi prioritas lo dan ada kalanya kerjaan lo yang jadi prioritas” repon Gawin tak kalah serius dengan ucapannya.

“yeah, I’ll try” jawab bright singkat dan mengembalikan ponsel milik Gawin.

“so? Winata udah tahu kalau lo ada kembaran, I mean, kembaran lo kan mantannya dia, gimana ya Bright jelasinnya, pasti gak mudah buat winata nerima lo disaat lo itu kakak dari mantannya dia dan spekulasiku mereka pisah gak baik-baik soalnya sampai salah satu pihak nyimpen video dan foto itu kan?” tebak Gawin

Raut wajah Bright langsung berubah ketika Gawin menyinggung hal itu, pasalnya ia belum sama sekali menceritakan pada winata tentang siapa dirinya, bahwa dirinya adalah kakak dari Day.

“belom sih, gue masih bingung buat ngasih tahunya, gue takut aja kalau dari awal dia tahu malah ngasih jarak ke gue, dan ini udah masuk satu bulan gue gak ngasih tahu dia”

jawab Bright dengan raut muka agak murung, wajah kebingungan ada disana, ia takut jika memberi tahu Winata tentang siapa ia sebenarnya akan menciptakan jarak yang sangat jauh disaat mereka sudah berhasil mendekatkan diri satu sama lain.

“lah, pokoknya lo harus segera kasih tau winata. Entah lo mau pake cara apapun itu intinya cepet kalian diskusiin ini berdua atau semuanya akan terlambat sih” saran Gawin.

“thanks bro, gue udah ada cara ngasih tahu dia kok”

“yakin? Perlu gue bantuin gak?” tawar Gawin.

“no, don’t need to, just trying be nice to him, pasti dia bakal malu dan canggung banget kalau ketemu lo nanti soal yang tadi di balkon”

“ahh, I see ok”

Ada kelegaan disana, di hati Bright dan di benak Gawin, tentang file dan video sudah benar-benar lenyap dan soal kesalahpahaman itu kini sudah diluruskan.

Ruang Konseling Psikologi Senin, 26 September 2019-13:30 Pm