Florist Senin , 20 oktober 2019 Semarang-04:30 Pm

Setelah Winata selesai kuliah dan Bright selesai mengajar perkuliahan, Bright memutuskan untuk menuruti kenginan winata, jadilah sekarang mereka dalam perjalanan menuju sebuah panti, panti yang sudah kerap win kunjungi, sebenarnya banyak panti yang winata singgahi namun sore ini ia akan menepati sebuah janjinya pada seseorang disana.

“ini mau kemana win?” Bright bertanya karena ia tak tahu panti yang mana yang akan mereka kunjungi sore hari ini.

“ke panti satu atap mas, win ada hutang sama si kembar disana?”

ucap win tersenyum kearah Bright, memperhatikan Bright yang tengah serius menyetir mobil menjadi sebuah keasikan sendiri untuk winata, tanpa ia tahu jantung Bright seperti menabuh genderang perang, perasaannya tak menentu karena jutaan kupu-kupu kini tengah singgah di perut dan paru-parunya, menyadari diperhatikan oleh insan yang ingin ia kejar cintanya adalah sebuah hal baru dirasakan Bright, rasanya tak sama dan tak akan pernah sama ketika winata yang melakukannya, ia menempati sebuah singgasana special disana, di hati Bright.

Bright tersenyum walau pandangannya masih sibuk melihat jalanan yang mulai padat merayap karena jam pulang kerja.

“si kembar?” tanya Bright begitu tersadar kalau winata mengucapkan kata demikian.

Win mengangguk, membawa pandangannya ke depan melihat jalanan sore ini, sebentar lagi mereka akan menjadi saksi semarang dilangit senja.

“iya mas, disana ada sikembar cantik, win udah janji mau jenguk mereka sejak dua minggu yang lalu tapi belom sempet terus, gapapa kan kalau win ajak mas tengok mereka?” lagi, win memandang Bright, ada senyum disana.

Bright membalas senyuman manis winata, menyebrangkan tangan kirinya dan menggenggam tangan kanan winata, digenggam dan diremas pelan.

“tentu win, tentu boleh. Mas malah seneng kamu ajak ke tempat seperti itu” jawab Bright yang langsung mengalihkan pandangannya pada jalanan yang mulai lenggang.

“makasih ya mas” win membalasa genggaman tangan Bright.

“mas yang makasih win, makasih udah maafin mas dan mau buka lembaran baru sama mas, gak ada yang lebih indah di dunia dari mendapatkan kesempatan kedua, isn’t it?”

win tersenyum

“iya mas, win pikir semua orang layak mendapatkan kesempatan kedua asal dia mau berubah, bukankah begitu mas?” tanya win yang masih memandang Bright yang sibuk dengan jalanan.

Bright tersenyum dan mengangguk, ia tak menjawab karena ia tahu kalau win dari tadi menatapnya, di remasnya pelan genggaman tangan mereka yang saling bertautan sebagai jawaban ketika kata tak lagi terdengar.

“Win mau hubungan kita berhasil mas, jadi…..kalau kedepannya ada masalah atau kesalah-pahaman diantara kita, win mohon untuk kita bicarakan berdua ya mas? Kita selesaikan berdua dan Win mau komunikasi kita lancar, win mau hubungan kita berhasil mas”

Win telah mengucapkannya, kalau secara tak langsung ia berharap hubungan mereka akan berhasil hingga akhir, kalau secara tak langsung winata telah berhenti melakukan pencariannya dan ia telah berhenti dan jatuh pada Bright.

“iya win, mas akan lakukan yang terbaik, mas juga mau hubungan kita berhasil, makasih ya win udah bersikap dewasa dan bahkan lebih dewasa dari mas, mas harusnya malu karena nyaranya mas gak lebih dari seorang bocah yang terjebak di tubuh orang dewasa, makasih udah buat mas berkaca tentang siapa diri mas yang sebenarnya, terimakasih win”

Tautan tangan mereka semakin mengetat, semakin intim menyalurkan afeksi dan kasih sayang masing-masing. Win tersenyum manis sekali saat ini seraya melihat tangannya yang berada dalam genggaman Bright.

“oh iya mas, win harus bawa sesuatu buat mereka nih mas, masa kesana kita gak bawa apa-apa sih mas”

“boleh, sikembar suka dibawain apa win?”

“ummmm….mereka suka bunga, suka boneka princess sama permen sih mas?” jawab win sambil memperlihatkan gelagat seperti berfikir dan mengingat sesuatu.

“got it”

Bright langsung menepikan mobilnya, berhenti disebuah toko bunga, disana ada beberapa florist yang memperhatikan mereka dari luar toko.

“eh, mau kemana mas? Kok nepi?”

“mau bawain bunga buat sikembar, namanya siapa?”

“rara sama lala mas”

Bright tersenyum, sudah terbayang wajah gemas dua anak kembar itu di benaknya.

“yuk, mas mau bawakan bunga buat rara sama lala” ajak bright yang segera turun untuk membukakan pintu mobil untuk winata.

“win bisa sendiri tau mas, lain kali win sendiri yang buka pintunya”

ucap win malu-malu, rasa itu masih ada disana, tidak pernah berkurang sedikitpun apalagi berpindah kelain orang.

“gapapa, mas seneng bisa lakuin ini buat kamu” ucap bright menagkap tangan winata, membawa si manis keluar dari mobil. Mereka berdua melangkah bersama menuju toko bunga, didepan sana seorang florist sudah menunggu mereka.

“selamat sore kak, ada yang bisa saya bantu untuk carikan bunga?” tanya seorang florist cantik dengan lesung pipi yang terukir indah disana.

“sore mbak, boleh saya tahu ada apa ada koleksi orchid disini?” tanya bright yang masih menggenggam tangan winata, mereka benar-benar seperti sepasang kekasih.

“ada kak, ada di kebun belakang”

“boleh saya kesana?”

“oh boleh sekali kak, orchid memang banyak dicari untuk pasangan kekasih kak, seperti kalian misalnya” ucap florist sambil tersenyum ramah.

Tanpa ia tahu kalau ucapan sederhana tadi membuat degub jantung Bright dan Winata terpacu lebih cepat.

“i….iya mbak, boleh diantar?” jawab Bright agak canggung, pasalnya sampai saat ini belum ada kata cinta atau kata pengikat untuk winata dari bibir Bright, mereka bahkan sudah dianggap seperti pasangan kekasih di mata seorang penjual bunga, pasti banyak orang diluar sana ketika melihat mereka seperti ini juga menganggap hal yang sama.

“mari kak”

Mereka mengekor dibelakang sang florist. Ditatapnya winata yang sedang bersemu merah pipinya, ia malu ternyata dan terlihat sangat menggemaskan. Bagaimana bisa ada manusia seindah dan se-menggemaskan winata? Iya, hanya winata yang bisa mengikat Bright dalam pesonanya.

“silahkan kak, dipilih saja dulu, kalau sudah bisa panggil saya kedepan ya kak”

“makasih mbak” jawab win singkat, jika diperhatikan ini kali pertama win bersuara sejak mereka datang di toko bunga ini.

Setelahnya sang florist undur diri untuk kembali kedepan dan meladeni beberapa pembeli yang mencari tanaman ataupun bunga yang dijual di toko ini.

“indah ya mas, banyak banget anggreknya, ini sama semua gak sih mas jenisnya?”

Ujar winata seraya mengedarkan pandangannya diseluruh sudut taman tersembunyi ini, taman anggrek bak surga yang bersembunyi dibalik toko bunga, sungguh sangat indah sekali.

Bright tersenyum, winata jelas tidak tahu menahu tentang jenis-jenis anggrek disini.

“tentu enggak win, semuanya beda dan punya nama masing-masing”

“eh…mas tahu? Mas tahu nama-nama anggrek disini?” tanya win ingin tahu

“tentu mas tahu win, dulu di London ketika musim semi tiba taman dibelakang rumah mas seperti ini indahnya, banyak anggrek dan kaktus yang mas sama papa rawat disana”

jawab Bright seraya mengingat masa-masa indahnya ketika masih di London, menghabiskan sebagian waktunya dengan sang papa, jika hari libur tiba mereka memilih untuk berkebun.

“waahhhhh iyakah? Bisa dong mas kenalin aku sama si cantik ini satu-satu” win menyentuh sebuah anggrek yang sedang memamerkan kecantikan bunganya.

“tentu, ayo sini mas kenalkan kamu ke mereka” bright berjalan terlebih dahulu, kali ini ialah yang akan menjadi guide tour untuk winata, setelah berkali-kali winata menjadi guide tour untuknya di kota lama.

Win tersenyum dan mengekor dibelakang bright, ini akan menjadi tour perdana dan eksklusif untuknya, karena ialah yang menjadi satu-satunya turis disini. Hanya ada Bright dan Winata dan puluhan anggrek yang sedang memamerkan pesonanya.

“yang ini namanya Dendrobium, dia cantik warna bunganya banyak dan paling banyak ditemui di Indonesia setahu mas” kata bright sambil menunjuk sebuah anggrek yang menempel di pohon.

Win hanya diam dan masih tersenyum, mendengarkan dan menyimak baik-baik perkataan sang dosen, ini seperti perkuliahan dilapangan secara langsung.

“kalau yang bunganya besar itu namanya cattleya, dia bunganya besar dan wangi, biasanya dia punya dua warna” lanjut bright.

Win masih mengekor dibelakang dan memperhatikan Bright lekat-lekat, disaat seperti ini mereka berdua dimandikan cahaya senja membuat hati winata menghangat, pesona Bright sangat sulit untuk ia abaikan saat ini, terlihat sangat tampan dan memikat.

“nahhh, win coba lihat yang disebelah sana…”

Bright menunjuk sebuah anggrek yang tidak diletakkan di pot.

“itu namanya anggrek vanda, bunganya besar dan tahan lama, ah anggrek memang tahan lama semua bunganya, tapi yang satu itu spesial win, coba mas tanya apa spesialnya?” bright memperhatikan winata lekat-lekat, senyum itu terpatri disana, mengembang indah seperti dua insan yang dimabuk cinta

“ummmm…kayanya itu deh mas, dia bisa hidup tanpa dimasukin pot mungkin?”

Jawab Win setelah menganalisa dan membandingkan dengan anggrek-anggrek yang sudah dikenalkan oleh Bright.

“itu juga salah satunya, lihat gak akar yang rimbun itu, banyak banget kan? Dia gak perlu di siram tiap hari, yang penting pencahayaan cukup dan sedikit air udah bisa bikin dia hidup” jelas Bright, sedangkan win hanya ber ohh ria.

“yuk lanjut lagi”

Mereka melanjutkan untuk melihat-lihat koleksi anggrek lainnya.

“nah coba sekarang kamu lihat yang ada di atasmu win”

Win menurut dan mendongak ke atas, ada sebuah anggrek sangat cantik berwarna ungu yang sedang berbunga rimbun.

“woahhhhh cantik banget mas”

“yang itu namanya cymbidium, cantik kan? Rimbun bunganya”

“iya mas win suka banget, wahhhhh” win sesekali memegang bunga itu, tak berani untuk menekannya karena ia takut bunga yang sangat indah itu rontok.

“yuk, kayanya tinggal satu aja nih yang belum mas kenalin ke kamu” Ajak bright menuju tamu terakhir mereka.

“nah win, yang ini namanya Phalaenopsis atau sering disebut anggrek bulan” tunjuk Bright pada anggrek yang berwana putih dan ungu di ujung sana.

“wahhh kok semuanya cantik-cantik ya mas, win sampe bingung milihnya huhuhu”

Bright tersenyum, melihat win seperti ini dimatanya terlihat menggemaskan sekali.

“ini, yang ini, pegang” Bright mengambil sebuah anggrek bulan berwarna putih.

“ini cocok buat kamu, namanya moonlight, anggrek bulan putih ini sama dengan namamu win, mulya yang berarti suci, lihat bunganya, putih dan bersih bukan? Iya seperti kamu……manis” puji Bright seraya memberikan satu pot bunga itu di genggaman winata.

Winata hanya bisa menerima dan tersenyum malu-malu hingga menundukkan kepalanya, pipinya sedang bersemu saat ini.

“bawa pulang ya nanti? Rawat dia baik-baik” ucap Bright seraya membelai rambut winata.

Sedangkan win? Iya hanya bisa mengangguk dan masih tertunduk malu disana.

“te….terus buat rara sama lala gimana mas?” tanya winata yang masih menundukkan kepalanya.

“disana masih ada satu warna ungu, itu untuk mereka” ujar Bright yang semakin dekat, memangkas jarak diantara mereka berdua, di tempat ini, di taman bunga yang tak seorang pun ada disana kecuali mereka berdua.

Win paham apa yang akan terjadi, ia hanya diam tak bergeming, semakin dekat dan semakin dekat.

Ciuman itu terjadi begitu saja, sangat lembut dan penuh perasaan, Bright sangat hati-hati memperlakukan winata seperti berlian yang akan selalu ia jaga dan ia bawa.

Win diam tak bergeming, membalas ciuman itu sebiasnya, semampunya. Sungguh ciuman ini menjadi ciuman paling romantis sepanjang perjalanan mereka, bagaimana tidak? Lelakimu memberikan ciuman di taman yang penuh bunga yang bermekaran dan dimandikan cahaya senja, siapa yang tak luluh? Winata salah satu insan yang jatuh dan luluh.

“ma adek mau bunga itu”

Mereka berdua terkejut, Bright dan Win langsung menarik diri mereka masing-masing, ada saja yang menjadi penghalang bagi mereka berdua bahkan seorang bocah sekalipun.

“ma…..mas, dia lihat kita huhuhu aku takut” ucap winata memperhatikan bocah cantik nan imut itu.

“gapapa win, Cuma anak kecil kok, dia gak akan bilang yang aneh-aneh”

“tapi….tapi tetep aja dia lihat mas huhuhu” win mengerucutkan bibirnya, terlihat sama menggemaskannya dengan sang bocah di hadapan mereka.

Bright tersenyum merespon winata yang sangsi dengan anak kecil ini. Ia berjalan dan selanjutnya jongkok dihadapan anak kecil itu, menyamakan tinggi mereka.

“halo manis, kamu mau bunga yang apa? Biar kakak yang ambilin” tanya Bright pada bocah perempuan manis itu.

Bocah itu tak menjawab, hanya mengedip-ngedipkan matanya melihat kearah Bright.

Sadar kalau si anak kecil tak menjawab pertanyaannya, Bright berdiri dan mengambil sebuah anggrek Cattleya yang sedang berbunga, diberikannya bunga itu pada sang bocah.

“mau ini ya? Nih kakak kasih, rawat baik-baik ya biar sama cantiknya kayak kamu”

Bright mencubit pipi sang bocah pelan, sungguh menggemaskan seperti winata yang masih berdiri di belakang dan memperhatikan interaksi antara Bright dan sang bocah, perasaan Win menghangat, ia merasa tak salah memilih orang untuk menjatuhkan hatinya.

“loh sayang kok disini, itu pegang bunga apa? Ayo kembalikan ke kakaknya” sang mama terlihat dari depan menuju taman ini, sadar dang anak menggengam sebuah anggrek cantik di tangannya.

“gapapa tante, saya belikan untuk adik ini, namanya siapa cantik?” tanya Bright pada anak manis itu.

“Irene kak” jawab bocah itu dengan nada anak-anaknya sungguh menggemaskan sekali.

“ah gausah nak, Irene Cuma ingin-ingin aja, namanya juga anak kecil” sang mama menolak secara halus.

“tak apa tante, saya belikan buat Irene yang cantik ini, jadi bunganya juga yang cantik kaya Irene kan? Iyakan? Sini tos dulu sama kakak”

Bright memeberikan tangannya untuk bertos ria dengan Irene, sedangkan Irene ia sampai harus berjijit menyambut tos dari Bright.

“terimakasih ya nak, ayo Irene bilang apa dulu sama kakaknya?” ujar sang mama mengajarkan tata karma pada anak cantik itu.

“makasih kakak ganteng” ujar Irene

Hal itu membuat Bright, Winata dan sang mama tertawa terbahak-bahak, bahkan anak kecil polos nan jujur itu mengakui ketampanan Bright saat ini.

“sama-sama Irene cantik, dirawat ya bunganya”

Irene mengangguk heboh, sampai win khawatir kalau leher si anak akan patah.

“yaudah yuk sama kakak kedepan sana yuk? Kita kemas bunganya dulu ya” ajak Bright pada Irene.

“yaudah mama tunggu di depan ya, sepertinya kakak-kakak disini lagi asik sama Irene, lagi nunggu momongan ya?” tanya sang mama melihat kearah Bright dan Win bergantian.

Win langsung menunduk, tak tau harus merespon seperti apa, debaran jantung itu semakin terasa, rasa itu semakin membuncah ketika sang mama dari bocah manis itu berkata demikian.

Bright juga sama terkejutnya, setelah kembali mendapatkan kesadarannya ia tersenyum pada mama dari Irene itu.

“doakan saja ya tante, semoga nanti kami bisa punya yang seperti Irene ini, iyakan manis” ujar Bright sambil melihat Irene di depannya, Irene mengangguk lagi.

“ohhhh yaudah, saya tunggu di depan ya” sang mama pamit meninggalkan anaknya pada Bright dan Winata disana.

“yuk Irene, sama kakak yuk” ajak win menggandeng tangan Irene, sedangkan Bright mengambil anggrek bulan dan Cattleya di tangan Irene agar bisa ia menggandeng tangan Irene yang satunya.

Mereka seperti sebuah keluarga bahagia yang sedang pergi membeli bunga, ada Win yang tersenyum dan memegang Moonlight disana, ada Bright yang membawa dua pot anggrek di gengamannya, ada Irene yang mereka gandeng bersama-sama menuju depan saja, dibawah langit semarang yang sedang senja.

Florist Senin, 20 Oktober 2019-05:00 Pm Bright, Irene dan Winata dibawah senja.