#FN2

Encycoffedia.

Mereka berdua sudah sampai, baik Luke dan Win langsung turun dari motor.

“yuk masuk, aku udah pesan meja nomor 7”

“okay, mana sini lepas dulu helmnya”

Luke langsung mendekat dan mencoba melepaskan helm yang dikenakan Win, tangannya sesekali menyentuh pipi Winata, entah disengaja atau tidak.

“ummm... Luke? Aku bisa sendiri”

its okay, let me help you Win lagi pula tanganmu bawa tas sama buku kan?”

Tanyanya dengan wajah yang semakin mendekat, Win reflek memundurkan wajahnya.

“sorry kalau harus maju-maju gini, agak susah nih pengaitnya”

KLEKK

“nah udah”

Luke mangambil helm dan ia letakkan di motornya.

“yuk”

Ujarnya memberikan tangan kanannya.

“he? Apa?”

Win bingung dengan apa yang dimaksud oleh Luke dengan memberikan tangan kanannya.

“gak mau pegangan?”

“ahahahaha gak lah, yuk masuk”

Winata berjalan duluan meninggalkan Luke yang mendengus kesal karena usahanya gagal, ia berniat memamerkan Win pada Day juga pada Earth di dalam sana.


“Win kesana yuk, aku kenalin ke temenku”

Ajak Luke yang langsung menggandeng Winata ke meja ujung nomor 12, disana mata Winata langsung membundar melihat Day dan juga Earth yang asik mengobrol, belum sadar akan keberadaannya.

“woy bro.... Udah lama?”

Sapa Luke yang langsung menyalami Earth juga Day, setelahnya mereka berdua juga heran kenapa Luke datang kemari dengan Winata.

“gak juga....”

Day melirik seseorang yang digandeng oleh Luke, lebih tepatnya melirik gandengan tangan mereka.

Winata yang sadar kalau ditatap sedemikian oleh Day langsung melerai gandengan tangannya dengan Luke.

'plis, jangan salah faham, aku sama Luke gak ada apa-apa'

Batin Win dalam hati.

“kesini sama Win nih?”

“loh? Kalian udah saling kenal?”

Kini Luke yang dibuat bingung.

“iyalah kenal, Win itu dulunya mantan awwwww”

Earth menjerit ketika kakinya di injak tiba-tiba oleh Day.

“hah? Win mantanmu Day?”

“gakkk....enggak kok, dia dulu tuh mantan tetangga gw, gak nyangka bisa ketemu disini”

“ohhh”

“kalian udah pesen? Pesen aja gih”

“bener?”

Day mengangguk.

“kamu mau apa Win? Beer mau gak?”

Tawar Luke seraya memegang pundak Winata.

“Win gak bisa minum kayak gituan, dia sukanya milkshake kalau nongkrong disini”

Ini Day, ia masih ingat betul apa-apa saja jika mengenai Winata.

“iya kah?”

Win mengangguk saja, tak mau susah-susah mendebatnya.

“Luke... boleh gw pinjem Win bentar? Ada sesuatu yang harus gw omongin nih”

Day melihat Winata lekat-lekat.

Sedangkan Luke melihat ke arah Winata, memberinya pengertian apakah tak apa? Dan Win lagi-lagi mengangguk.

“oke, jangan lama-lama”

Luke langsung duduk dan bergabung dengan Luke, sedangkan Day langsung berdiri dan membawa Winata ke area outdoor, disana sepi tak ada orang karena memang area ini akan ramai hanya pada malam hari.

“mau ngomong apa?”

Win tak mau basa-basi kali ini.

“aku harap kamu gak lupa kalau kamu punya Bright kan?”

my godd, Day... I'm not a cheater dan kalaupun ada cheater disini bukankah sebaiknya kamu melihat dirimu sendiri?”

Win membalikkan keadaan sekaligus, memutarnya pada Day yang melakukan penghianatan pada dirinya beberapa tahun silam.

i know aku memang salah Win, tapi kalau kamu punya dendam denganku... Sebaiknya jangan bawa Bright dalam hal ini”

“kamu ini ngomongin apa sih? Dendam apa? Mas Bright? Aku gak pernah mikir buat ninggalin dia Day, gak pernah sedetikpun... Plis jangan rusak mood belajar gw disini”

“itu? Luke?”

“Dayy... Aku berani bersumpah dia gak ada apa-apa denganku, dan aku rasa dia baik kok..... Jadi, jangan suka mikir negatif tentang aku juga tenyang Luke”

Win mulai meninggikan suaranya, pertanda ia kesal di curigai.

“bukan.... Bukan gitu Win maksudku.... Hanya saja, aku gak suka kamu dekat dengan dia, bisa jadi dia bukan orang baik, tau kan dia disini pun belum ada sebulan, kamu belum kenal dia sebaik kamu kenal Bright”

Day mengatakannya, bukan untuk menjelekkan Luke di hadapan Win, namun ia tahu persis orang-orang yang bekerja di beberapa lembaganya saat ini, juga tempo hari soal perkataan Luke tentang Gebetan juga orang berseragam sudah bisa membuat darah Day mendidih ketika tahu orang itu adalah Winata.

“plisss jangan bandingkan Luke dengan mas Bright, memangnya kenapa sih? Mau aku main sama Luke mau sama siapapun itu bukan urusan kamu Day, bukann”

Win menunjuk nunjuk dada Day dengan telunjuknya, ia kesal sekali dengan semua asumsi Day yang mengarah pada bibit-bibit penghianatannya pada Bright.

Day terlihat terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Win sesaat tadi.

“oke... Terserah kamu aja Win, udah aku peringatkan, udah aku kasih tahu.... Mungkin aku bukan saudara terbaik yang pantas di elu-elukan, tapi kalau sampai entah itu Luke ataupun kamu sendiri yang nyakitin Bright.... Kamu terima sendiri balasannya”

“udah aku bilang berapa kali? Aku gak akan ninggalin mas Bright, dan Luke? Dia cuma temen Day.... Cuma temen”

“okayy.... Udah... Jangan diperpanjang, aku cuma mau kamu tahu batasannya, aku juga yakin kamu udah dewasa kan? Tahu mana baik mana buruk dan juga batasan dalam berteman”

“gak perlu dikasih tau, thanks”

Win langsung meninggalkan Day di ruang outdoor dan Langsung menuju barista untuk memesan minum juga camilannya sendiri.

Day hanya terdiam, ia merenungkan apa yang barusan ia katakan pada Winata, namun ia harus jujur pada hati kecilnya, bahwa ia tak suka Winata berteman dekat dengan Luke, juga firasat buruknya tentang hal ini.