Gumption

Tags: Hard, Dirty talk, Degrading kink, Erotic Humiliation, Rimming, Dosen & Asdos.

***

hai, ini JeJe. sebelum kalian membaca, aku mau ngasih tahu kalau ini adalah gabungan dari Gumption 1 dan Gumption 2 teridiri dari 8810 kata, aku jadikan satu agar kalian nyaman bacanya gak pindah-pindah privatter, so gausah banyak-banyak, selamat membaca dan berimajinasi.

***

Introduction:

-Bright Vachirawit -Dosen Muda Fakultas Psikologi -Kepala Laboratiorium Fakultas

-Metawin -Asdos yang diam-diam menjadi kekasih Bright

***

Fotocopy-an Fakultas Psikologi 04:30 Pm

Berkas-berkas itu ada ditangan metawin, banyak yang harus ia koreksi dengan beberapa berkas ditangan, menjadi asisten dosen bukanlah yang menyenangkan bagi sebagian orang, namun bagi metawin? baginya menjadi asdos adalah hal yang menyenangkan walau harus pintar membagi waktu dengan tugas mata kuliahnya sendiri.

Ia menghambuskan nafas, membuang oksigen yang ia tampung banyak-banyak di paru-paru untuk ia keluarkan bersama semua beban yang ia rasakan dipundaknya.

Win duduk di kursi tempat fotocopy-an di gedung fakultasnya, disini suasana ramai dengan mahasiswa yang sibuk mengurus berkas-berkas tugas.

Mesin fotocopy asik memuntahkan kertas-kertas dari perutnya, menandakan kalau metawin tak akan berlama-lama disini karena barkasnya sudah selesai di copy.

“kak win? Kok udah sore masih disini kak?”

Ucap seorang mahasiswi adik tingkat metawin yang cantik dan nampak selalu ceria itu.

“hai love, iya nih lagi ngecopy beberapa berkas, sama tadi abis ngasdos”

“woahhhh enak banget yang dapet asdos kak win ya, mau bimbingan sampe sore pun bisa huhuhuhu asdosnya love galak kakkkk”

“ahahahahaha, it’s okay, apapun prosesnya jalani aja ya? Jangan pernah berhenti, kamu gak tau kan kalau bisa aja garis finish udah ada didepan mata, jadi jangan nyerah ya kalau ada revisian banyak”

Metawin memberikan sedikit nasihatnya pada Love, tentu dengan senyum yang merekah manis di bibirnya.

“aaaaa makasih kak, yaudah Love tinggal dulu ya kak, mau ke koperasi beli jajan hehehehhe kak win mau? Yuk kesana sama love”

“enggak love, makasih, tadi kak win abis makan kok dikantin”

“ahhhh yaudah ya kak, love duluan”

Win mengangguk dan memberika senyuman.

Langit semarang sepertinya akan murka malam ini, masih sore namun dari jauh mendung hitam sudah terlihat seperti pertanda akan datangnya hujan. Ditengah lamunannya, pundaknya di tepuk oleh seseorang dan membuatnya terkejut.

Orang itu berdiri disampingnya dan memberikan senyuman padanya.

“pak bright? Belom pulang?”

tanya win basa basi, jika di tempat umum sudah pasti ia akan memanggilnya dengan pangilan yang layaknya seorang mahasiswa berikan pada dosennya.

Bright mengernyitkan alisnya, senyumnya masih belum pudar karena sore ini ia mendapati metawin masih di lingkungan kampus.

“pak?....”

Bright merendahkan tubuhnya dan berbisik di telinga metawin.

“mas dong sayang, kayak biasanya kalau di condo kamu kan?”

Mendengar itu, win melotot dan langsung mencubit paha Bright keras-keras dengan gerakan memutar, pasti akan meninggalkan bekas kemerahan disana.

Dicubit sedemikian rupa membuat Bright ingin berteriak namun ia tahan dengan menutup mulutnya dengan tangan kanannya. Raut kesal sangat nampak diwajah metawin, bisa-bisanya Bright menggodanya disaat seperti ini, saat banyak mahasiswa kampus yang memenuhi fotocopy-an ini.

“diem gakkkkk” desis win galak.

Ya, begitulah metawin, terlihat galak dan ganas namun Bright selalu sukses menjinakkannya ketika diranjang.

“galak amat sih win”

“biarinnnnn, udah diemmmm” ucap metawin dengan lirih

“wah pak Bright mau ambil pesanannya ya pak? Sebentar ya pak saya ambilkan dulu”

“iya mas, saya tunggu ya disini”

Ada perasaan was-was dibenak metawin, ia takut jika ada mahasiswa lain yang mendengarkan perkataan Bright tadi.

“pak Bright fotocopy apaan?”

Metawin masih menggunakan penggilan itu, sebagaimana mahasiswa memanggil dosennya.

“ini win, berkas laboran nih, agak pusing juga terlalu banyak kerjaan”

Ujar Bright dengan menghela nafas, seakan memang sedang menghadapi ramainya mahasiswa yang melakukan penelitian dan analisa hasil penelitian di laboratorium sehingga jadwal orang-orang lab sangat padat bulan ini.

“mau bantuin gak?” tawar Bright pada metawin.

Alis metawim berkerut sebelah, dalam benaknya mengapa ia harus membantu? Disaat Bright memiliki beberapa asisten laboratorium, sedangkan dirinya? Hanya asisten mata kuliah saja, tentu metawin tak proper dengan barang dan benda-benda laboran.

“imbalannya?”

Metawin menengadahkan satu tangannya di depan Bright, berlagak seolah ia meminta imbalan untuk pekerjaan yang belum ia lakukan.

Kini gantian alis Bright yang mengernyit, dan sedetik kemudian ia paham dan bisa menjadikan ini menjadi sebuah kesempatan, karena nyatanya hari ini laboratorium dan ruang audio visual sedang kosong yang berarti tak ada seorang pun yang ada disana, hanya akan ada dirinya dan metawin seorang.

Bright membungkuk sedikit dan berbisik ditelinga metawin.

“mas ajarin beberapa hal yang belum pernah kamu dapetin di kelas”

Setelahnya Bright menegakkan dirinya kembali, sadar sebelum win mencubit pahanya lagi.

“itu doang? Ajarin kisi-kisi responsi boleh gak?”

“boleh, nanti malam ya di lab jam 8….”

Bright agak membungkuk lagi untuk menyamakan tingginya dengan metawin yang duduk disebelahnya.

“ketemu mas disana” bisik Bright pelan.

Metawin memberikan anggukan sebagai jawaban.

“ini pak Bright pesanan fotocopy-annya”

“makasih ya mas, mari”

Sebelum pergi, Bright menepuk pundak metawin dan meremasnya pelan dan setelanya hilang dari jangkauan mata metawin yang masih terduduk disana.

***

Ruang Dosen 19:45

Diluar sedang hujan, awan hitam yang tadi sore ada di langit kini menumpahkan semua air yang ia bawa dari ujung samudera, membuat seisi kota basah dan menjadi dingin, bahkan rasa-rasa Bright tak memerlukan pendingin ruangan saat ini karena hanya akan membuat suhu di ruang dosen menjadi lebih rendah dari biasanya.

Ia duduk di kursinya, sudah tak ada Dosen di ruang ini karena beberapa sudah pulang dan beberapa ada yang mengajar kelas malam. Dihembuskannya nafas yang serasa melelahkan dari pekerjaan yang ia jalani seharian.

Bright membuka lacinya, disana ada dua buah benda yang sudah lama ia simpan dan sudah lama ia ingin pakai pada metawin, kekasih yang merangkap menjadi asdosnya.

Sebuah lubricant dan sebuah tali kain panjang hitam polos, mungkin saja Bright akan menggunakannya nanti di laboratorium dengan metawin, ia akan mencoba peruntungannya disana.

Ia mengambil dua benda itu untuk ia masukkan kedalam handbag miliknya dan menutupnya rapat-rapat, dengan sesegera mungkin ia berdiri dan segera menuju lift untuk membawanya dimana ruang laboratorium berada.

***

Laboratorium Fakultas Psikologi 08:00 Pm

Lima belas menit berlalu, hujan belum menunjukkan tanda-tanda reda, dilaboratorium juga hanya tinggal Bright seorang, ia menunggu kedatangan kekasihnya, kekasih yang selama ini merangkap menjadi asdosnya dan selama ini juga mereka menyembunyikan hubungan mereka.

Tak ada tanda-tanda metawin akan datang disini, masih tersisa sepi dan suara gemercik air yang jatuh dari langit menuju tanah. Membuat Bright ragu sendiri apakah win akan datang atau sudah tertidur lelap di condo sekarang?

Sepuluh menit lagi Bright bertahan, namun masih juga tak ada tanda-tanda seseorang akan datang kemari, jadilah Bright membereskan laboratorium dan berencana pulang, ia pun mengerti bisa saja win tak datang karena derasnya hujan. Baru saja ia akan mematikan lampu laborat tiba-tiba suara pintu terbuka

“hufftttt….ahhhh..haahhhhh belum terlambat kan pak?”

Tanya win nafasnya memburu karena ia berlari dari lift menuju laboran.

Bright yang menyadari kedatangan metawin tersenyum senang dan menggeleng.

“enggak win, jangan disini yuk, udah di beresin mas, ke ruang AV aja”

Ajak Bright untuk berpindah keruang Audio Visual, dimana ruangan itu adalah ruangan kedap suara, Bright benar-benar cerdik kali ini.

“Audio Visual? Kenapa gak dikelas aja mas?”

Ujar metawin seraya terus mengekor dibelakang Bright menuju ruang AV yang bersebelahan dengan laboratorium.

“gapapa, lebih nyaman aja gak sih? Bisa rebahan juga kan?”

Win diam dan hanya mengangguk. Didepan pintu, Bright mencoba mencari kunci ruang AV yang ia simpan dalam handbag, bercampur dengan lubricant dan tali kain hitam polos yang ia bawa, mencoba mencari seteliti mungkin agar win tak melihat isi di dalam handbag yang ia bawa.

“nyariin kunci ya mas? Kok lama?”

“sshhhhhh diem sayang, jangan berisik nanti ada yang denger”

“ih apaan sih mas kan win cuma nanya nyariin kunci apa gimana hufff”

Bright baru sadar kalau win sudah mengubah sebutan untuk dirinya, win sudah menggunakan kata “mas” yang sedikit banyak diartikan Bright kalau win merasa aman privasi mereka berdua di tempat yang sepi seperti ini. Seulas senyum terukir di bibir Bright.

“iya nih win, bentar ya”

Win menyipitkan matanya mencoba melihat apa yang ada didalam handbag sang dosen, hanya ingin memuaskan keingintahuannya saja namun saat pandangannya hampir menilik dalam handbag itu, Bright sudah menemukan kuncinya.

“nah ini dia”

CEKLEKKKK

“yuk masuk win” ajaknya mempersilahkan win masuk.

Yang lebih muda menurut saja, ia masuk terlebih dahulu dan langsung duduk di sebuah meja dengan dua kursi yang berhadap-hadapan, tanpa ia sadar kalau Bright telah mengunci pintu itu dari dalam, yang berarti tak akan ada satu orang pun yang akan mendengar percakapan mereka karena ruang AV adalah ruang kedap suara dan tak akan ada orang yang mengganggu mereka dari luar karena telah ia kunci dari dalam.

Bright dengan cepat menghidupkan lampu dan langsung memupus kegelapan di ruang kedap suara ini, tak lupa ia menyalakan AC dan langsung menurunkan suhunya menjadi 18 derajat, jauh dibawah suhu ruangan, ia melakukannya bukan tanpa tujuan, karena ia berencana memanaskan ruangan ini sebentar lagi, jika ia berhasil dengan peruntungannya.

Setelah menghidupkan lampu, Bright langsung duduk berhadap-hadapan didepan metawin, hanya meja yang memisahkan jarak mereka, di ruangan ini benar-benar kedap suara, di ujung ruanga ada kasur lantai dan beberapa bantal empuk karena memang ruangan ini sering digunakan beberapa dosen untuk bersantai dan beristirahat terlebih ruangan ini jauh lebih nyaman daripada ruangan terapis untuk para dosen.

“win ga bantuin apa-apa nih mas jadinya? Kan lab udah di beresin mas tadi”

Ia mengeluarkan sebuah bolpoint dan memutar-mutarnya diatas meja.

“iya win, gausah bantuin gapapa, jadikan mau mas kasih kisi-kisinya?”

“jadi doonggg” jawab win bersemangat

“keluarin catatan kamu sayang” perintah Bright yang langsung dituruti metawin.

Mata mereka saling memandang satu sama lain, mata sayu metawin nyatanya menjadi suatu candu tersendiri bagi Bright, baginya hal terindah dari metawin adalah matanya, meski ia tahu tak sejengkal pun bagian dari metawin yang tak indah, namun bagian mata dan tatapan sayu itu adalah sumber kelemahan sekaligus candu terbesarnya.

“nomer satu….” Bright mengambil jeda, mulai merasakan suhu ruangan ini turun drastic dan menusuk kulitnya, ia tahu kalau win juga merasakan yang sama.

“sebutkan fase dalam teori psikoseksual”

ucap Bright mulai menyebutkan soal pertama, bukan lagi sebuah kisi-kisi yang ia berikan namun langsung soal responsi yang ia katakan tadi.

Win mulai menulis soal itu, belum selesai ia menulisnya bright berucap.

“jawab secara lisan coba, mas pengen tahu kamu bisa jawab gak?”

“okay, ada lima fase dalam teori psikoseksual, fase oral, fase anal, fase phalic, fase latent dan fase genital”

“lalu kira-kira kamu ada difase mana?” tanya bright dengan senyum menggodanya, ia memberikan pertanyaan jebakan pada orang di depannya.

“aku? Ummmm ada di fase…..” win berfikir sejenak.

“eh ga ada deh mas, kan terakhir fase Genital itu dimulai usia 12 tahun sampai awal masa puber sekitar 18 tahunan, iyakan?”

“yakin? Kamu kan bayinya mas, masih kecil kamu tuh hahahah”

Bright tertawa sambil mengacak rambut metawin yang agak basah, mungkin saja terkena air hujan diluar.

“ihhh mas, berantakan nih rambut win” ia mencoba menghindari acakan tangan bright pada rambutnya.

“mas beneran tanya ke kamu, kita ini ada di fase yang mana kalau didalam teori psikoseksual?”

“ihhh win ga tau, kan di fase itu berhenti di usia 18 tahun mas, win kan usia 20 tahun, fase apa dong? Yang deket sih fase genital kan?”

“yakin hmmm?” bright memberikan seringai jahilnya dan win mengangguk dengan mantap dengan jawaban yang ia berikan.

“setahu mas selama ini…..” ia menggantung kalimatnya

“iya?” tanya win

“selama ini kita selalu ada di fase oral dan anal”

Jawab bright terkekeh dengan pikiran kotornya sekarang, dibawah sana miliknya sudah mengeras sejak ia duduk dan menatap mata indah itu. Sadar kalau Bright sedang menggodanya, win melotot galak.

“apaan sih mas, jorok ih. Kan bahas materi kuliah kok sampai sana sih”

“hahahahah mau coba sekarang?”

“apa?”

“oral dan anal”

“masssss”

win kesal sendiri selalu digoda seperti ini, dan sekarang win baru sadar kalau mereka ada dalam ruangan yang kedap suara membuat win paham mengapa Bright berani sekali menggodanya terang-terangan seperti ini. Ternyata ruang AV inilah alasannya.

“ahahaha kali aja kamu mau”

tangan bright menyebrang meja dan menggenggam tangan metawin, meremasnya pelan, dari hal itu bright memberikan isyarat yang seharusnya dimengerti metawin, namun win masih bisa mengendalikan dirinya untuk tidak tersesat berdua dalam bright dalam lembah nafsu yang akan menyesatkan mereka lebih jauh.

“lanjut mas, pertanyaan kedua apa?”

Bright melepas genggaman tangannya, ia berdiri dari duduknya, ia sengaja berdiri untuk memperlihatkan pada metawin kalau sesuatu didalam celanaya kini telah mengeras dan menggembungkan celana kain hitam yang ia pakai, dan pancingan itu berhasil, mata metawin mau tak mau langsung melihat hal itu dan setelahnya win menunduk melihat kertas di hadapannya.

Setelah berdiri, kini bright berjalan menuju samping meja dan duduk diatasnya, tepat disebelah kertas yang metawin gunakan untuk mencatat, bright benar-benar berniat menggoda metawin disini, membuat win bingung akan menatap kertas putih didepannya atau selangkangan bright yang sedang menggembung dan mencetak bentuk penis keras dan panjang itu di sebelahnya.

Ia membelai lembut rambut metawin menegakkan sedikit wajah si manis lalu ia bawa keatas untuk saling menatap dengan wajahnya, disana seringai bright terlihat mengintimidasi metawin.

“sebutkan dinamika kepribadian dari Sigmund Freud”

Win mulai menulis jawabannya, terkadang matanya mencuri-curi pandang dengan isi celana Bright yang sedang menggembung disebelahnya, bright benar-benar sukses membuat metawin merasa dilema dengan dirinya sendiri.

Dengan gerakan sensual, bright sengaja memposisikan dirinya sedemikian rupa sehingga tonjolan dalam celananya benar-benar terekspose oleh mata metawin yang terkadang melirik kearah selangkangannya, bright tahu kalau win juga sudah mulai kehilangan fokus dalam mengerjakan soal.

“jawab lisan sayang” bright berucap dengan suara baritonnya yang terdengar berat, terdengar sexy dan sangat sensual untuk metawin dengarkan.

“ummmm…..a…ada id, ego dan super ego” jawab metawin agak terbata

“then…..can u explain to me bunny?”

Jelas sudah, win selalu tahu disaat bright menggunakan panggilan itu berarti si sang dosen sedang ingin melakukannya, namun yang tak ia sangka adalah mengapa bright menggodanya ditempat seperti ini, di ruang audio visual fakultas yang tak seharusnya mereka lakukan disini, setengah mati win menahan libidonya yang perlahan meningkat.

“ummm…..”

“look at me”

Bright menarik dagu metawin dan membawa mata sayu itu menatap mata elangnya, tergambar dengan jelas kalau metawin sedang gugup dan seperti sedang menahan dirinya.

“bisa jawab pertanyaan mas?”

“bi…bisa mas”

Bright memamerkan senyumnya, ia mendapati metawinnya sedang gugup dan suhu tubuhnya sudah meningkat, ia berhasil memancing libido kekasihnya dengan instan.

“tunggu apa lagi hmm?”

“anu….ummmm konsep sederhana dari psikoanalisis Sigmund Freud itu kayak gunung es mas….”

“uhummmm…terus?” bright membelai rambut win lagi dengan lembut dan penuh kasih sayang.

“gunung es itu dibagi menjadi tiga bagian, yang paling bawah itu namanya id, dia bekerja dalam alam bawah sadar dan berorientasi pada kesenangan dan kebutuhan dasar, kayak makan minum dan sex……”

Win behenti sejenak, baru saja ia menyinggung sesuatu yang harusnya tak ia ucapkan saat ini, menyinggung tentang kebutuhan dasar manusia dan ada sex didalamnya.

“kenapa berhenti?”

bright masih memainkan rambut metawin, namun metawin menunduk sedikit, ia kebingungan harus berbuat apa, bright benar-benar menguji akal sehatnya, dalam posisi seperti ini metawin terus-terusan mencuri pandang pada selangkangan Bright yang menggembung di sampingnya.

“e…enggak mas, yang kedua namanya ego, dia ini ada ditengah-tengah antara id dan superego, ego ini berurusan dengan realita yang ada disekitar individu, gimana caranya kebutuhan dari id itu bisa terpenuhi namun juga diterima oleh lingkungan sosial disekitarnya….co…..contohnya misal win lagi haus, tapi diatas meja juga ada minumnya mas, bisa aja kan win langsung minum minuman mas dan itu gak sopan, jadi win milih nunggu pelayan buat isi ulang gelas win yang udah kosong, nah pengandalian itu namanya ego, gimana ia bisa memenuhi id namun juga bisa diterima sama lingkungan sosialnya”

“pinter….satu lagi sayang, nanti mas kasih hadiah”

Mendengar itu win jadi semangat, siapa yang tak suka hadiah? Bahkan seorang mahasiswa seperti win juga menyukainya.

“yang terakhir namanya superego, ini hubungannya dengan moral atau aturan”

“kalau gitu sama aja dong ego dan superego, coba perbedaan spesifik tentang ego dan superego itu apa sayang?”

Bright lebih nakal kali ini, selain menyebut win dengan panggilan sayang, tangannya sudah menggerayangi leher jenjang metawin, membuat win meremang ditempat, darahnya berdesir karena ulah sang dosen yang tengah birahi di atas mejanya.

“eummm…massshhhh…ini…ini tangannya jangan gini, win gak bisa konsen”

“jawab aja sayang”

“pe….perbedaannya supergo itu bekerja berdasarkan nilai-nilai moral tapi kalau ego bekerja berdasarkan pada apa yang akan dipikirkan orang lain kalau ia mengambil suatu tindakan”

win menghenbuskan nafasnya, mencoba mengendalikan dirinya yang perlahan mulai dibakar nafsu, sialnya suhu dingin di ruangan ini sangat menunjang untuk melakukannya, sial, sial sekali pikir metawin.

“pinter bunny nya mas, harus di kasih hadiah nih”

Bright mengambil handbagnya dan mengeluarkan sebuah permen dengan rasa mint didalamnya, ia membuka bungkus permen itu.

“mau permen?”

Win mengangguk.

“buka mulutnya”

Bright memasukkan permen itu dalam mulut metawin, namun sebelum win kembali menghadap kertasnya, bright menarik dagu win keatas dan mencumbunya, memberinya ciuman dan menyesapi permen didalam mulut metawin untuk mereka nikmati bersama.

Bright menyesapi setiap relief bibir metawin, mengecup dan terkadang menyedotnya pelan, hingga ia mencoba menyebrangkan lidahnya dan mencari lidah metawin disana, tak ia sangka kalau lidahnya disambut dengan liar oleh metawin, mahasiswa manis itu sudah tak lagi menuruti egonya ternyata, untuk kali ini ia akan membiarkan id dalam alam bawah sadarnya untuk menguasai dirinya.

Mereka bercumbu dengan lidah, menyebrangkan permen itu bergantian dari mulut metawin ke mulut bright, begitu terus berbagi manis dan sejuknya sensasi mint dari bibir ke bibir.

Ditengah cumbuan mereka berdua yang semakin dalam, tangan metawin kini sudah tak lagi menggenggam pen, tangan itu asik menggerayangi penis Bright dari luar celana, meremas dan mengurutnya pelan, terasa berdenyut dan hangat walaupun dari luar celana, membuat win tak bisa berhenti untuk sekedar menyentuh dan meremasnya.

Bright mencoba melerai dan memegang tangah metawin yang terus bergerak liar di selangkangannya yang semakin mengeras dan menggembung disana, namun win tak mau melepaskannya begitu saja, tanagannya ingin terus meremas dan mengurut penis kesukaannya itu. Bright tahu kalau win sudah tak bisa bersabar lagi, kali ini ia akan membuat win tersiksa dengan permainan yang berbeda dari malam-malam sebelumnya.

PWAHHHHHH

“ahhhh….hahhh”

win terengah-engah, tangannya masih memegang penis bright yang menggembung disana. Permen yang mereka bagi berdua sudah habis bersama saliva yang mereka nikmati berdua.

“siapa bilang kamu boleh pegang kontol mas?”

Bright memandang metawin tajam, berakting seperti dosen yang sedang marah ketika dalam sesi perkuliahan, nadanya pun sama. Membuat win kebingungan, bukankah seharusnya bright suka jika penisnya dimanjakan dengan tangannya? Kenapa kali ini malah marah? Win sepertinya paham kalau bright sedang ingin bermain-main dan mengujinya saat ini.

“ma….mas”

Win gugup sendiri, nada bicara bright meninggi seperti sedang marah membuat win takut.

“kan hadiahnya Cuma permen tadi, kenapa kamu grepe kontol mas hmm? Mau permen yang ini kamu win?” ia menggenggam tangan win dan langsung menggenggamkan tangan metawin ke penisnya, mengguncang-guncangkan tangan itu keatas dan kebawah seperti gerakan mengocok penisnya.

“mau permen yang ini kamu hmmm?” tanya bright dengan nada songong dan membanggakan dirinya.

Win menggigit bibir bawahnya sendiri sebelum menjawab.

“ma….mas”

PLAKKKKK

Bright menampar pipi metawin, pelan memang, namun tetap saja membuat win terkejut, bright tak pernah menamparnya sebelum ini, ada perasaan marah dalam diri metawin.

“HAHAHAHAHAHA….siapa kamu mau kontol mas? Mahasiswa binal kayak kamu gak pantes dapetin kontol mas HAHAHAHA”

Perasaan win campur aduk, ia merasakan marah dan bernafsu sekaligus, semakin Bright merendahkannya mengapa ia semakin suka? Mengapa ia semakin terangsang disebut dengan hal hal rendah tadi? Aneh memang, ini pertama kalinya bright melakukan ini sebelum mereka melakukan percintaan dan anehnya metawin menyukainya.

Dengan lancang metawin kembali meremas penis itu, membuat bright menyeringai puas mendapati win sedang menginginkannya.

“jawab pertanyaan mas, dan jika benar, mas kasih apa yang kamu mau…..”

Kata bright yang tak di perhatikan oleh metawin, ia asik membasahi bibirnya sambil sesekali menggigiti bibir bawahnya seraya meremasi penis bright disana.

Merasa perkataannya tak didengarkan, Bright langsung membelai rambut belakang metawin pelan dan selanjutnya ia tarik kebelakang hingga wajah metawin mendongak keatas.

“aakkkhhhhh….mas sakithhh”

“listen to me slut, denger gak tadi mas bilang apa?”

“de…denger mas”

Jawab win terbata, kepalanya agak sakit karena rambutnya sedang dijambak kebelakang hingga kepalanya mendongak dan menatap mata tajam milik Bright.

“don’t touch my cock without my permission, understand?”

“yes dad….dy”

“good boy, sekarang lanjutin soalnya ya”

Win menagngguk dan Bright melepaskan remasannya pada rambut metawin.

“tapi sebelum itu sini dulu”

Metawin lansgung ditarik dari duduknya, ia dipaksa naik dalam pangkuan bright diatas meja, ia dipangku dengan keadaan dirinya membelakangi bright, ia duduk tepat diatas penis Bright yang serasa mengganjal dirinya dibawah sana.

Tangan Bright pun tinggal diam, ia meremas dada metawin dari belakang, membuat win kegelian dan tak nyaman duduk dalam keadaan penis bright yang ereksi di bawahnya dan dadanya yang terus digerayangi oleh bright.

“mashhhhhh….please stop it”

“you like it, don’t you?”

“ye…yes, but not like this daddy”

Bright mengecup leher win dari belakang, menyedotya kuat-kuat hingga meninggalkan bekas kemerahan yang tak mungkin bisa win sembunyikan disana.

“jangannhhhh, jangan dicupang mashh”

“sssshhhhhhh watch your mouth slut, gak suka kok keenakan hmm? Binal kamu win”

bright meremas dada win keras, ada sensasi sakit bercampur nikmat yang metawin rasakan, entah semakin dirinya direndahkan mengapa dirinya semakin bernafsu.

“now answer my question…..”

Bright menyentakkan pinggulnya keatas, membuat penisnya yang sedang ereksi dank eras itu menyentak ke pantat metawin yang tengah duduk diatasnya, ada sensasi ngilu dan nikmat disaat yang sama.

“eeenghhhhhh”

Erang win yang agak terkejut dan merasakan penis bright benar-benar mengganjal duduknya.

“be quiet as you can bunny, don’t make me to do it”

Ancam bright yang memasukkan satu jarinya dalam mulut metawin, tentu win menyambut jari itu untuk ia mainkan dengan lidahnya dan menghisapnya.

“slut…hahahhaha” ejek bright

Sudah kepalang tanggung, win harus mengakui kalau ia suka diperlakukan seperti ini oleh Bright, jadilah ia menggerakkan pinggulnya perlahan kekan dan kekiri membuat efek gesekan pantatnya dengan penis Bright yang sedang mengeras dan ereksi dibawah sana.

“ummmm…..ummhhhhh….pwahhhh….ummmhhhh”

“you needy whore win, yes you are”

Win tak bisa diam, kontrolnya sudah hilang membuat dirinya asik menghisap jadi dan memainkan pinggulnya diatas penis bright yang sedang ia duduki.

“sshhh diem sayang, lanjutin soalnya ya?”

tanya bright, namun yang ia lakukan sungguh bertolak belakang, ia menambahkan satu jari lagi sehingga ada dua jari yang sedan dihisap dalam mulut metawin, membuat win tak bisa menjawab perkataan Bright.

“uuummmm”

Hanya gumaman yang keluar dari mulut metawin sambil mengangguk untuk memberi isyarat kalau ia paham dengan perkataan bright.

“apa yang terjadi kalau id pada manusia lebih mendominasi daripada ego dan superegonya sayang? Jawab”

Bright membisikkan soal itu di telinga metawin dengan suara baritonnya yang terdengar sensual dan membuat libido win semakin menjadi-jadi.

“mmmhhhh….emmmhhhhh” win tak bisa menjawab disaat dua jari bright masih menyumpal mulutnya, gumaman lirih itu membuat Bright tambah bernafsu untuk mengerjai asdos yang merangkap menjadi kekasihnya ini.

“mas gak denger sayang, gak bisa jawah huh?”

“emmmhhhhhh”

“gak bisa jawab harus dihukum”

Tangan kiri bright yang terbebas kini mencoba melucuti celana metawin, mulai dari membuka sabuk yang win kenakan, setelah berhasil ia menurunkan celana itu namun tak bisa ia campakkan karena metawin masih menggunakan sepatu yang menghalangi celana untuk dilucuti bright dengan sempurna, terekspose sudah paha putih win.

PWAHHHHHHH

“ahhhh hahhhhh win….win tau jawabannya mas, jangan di hukum ahhh..hahhh”

“too late bitch”

bisik bright tepat di telinga win, kedua tangan bright kini asik menggerayangi kedua paha kekasihnya, sentuhan-sentuhan itu membuat win menggelinjang keenakan di pangkuan bright, membuat win menggeliat yang tak langsung juga memberikan kenikmatan pada penis bright yang ereksi karena diduduki oleh si manis.

“masshhhhh geli ahhhhhh”

“baru diginiin udah tolol gak bisa jawab soal kamu win, apalagi mas sumpel kontol, tolol beneran kamu sayang”

“wi….win bisa jawab…..AHHHHH”

Jerit win karena saat ini tangan Bright bergerak di putingnya dan memilinnya dari luar kemeja, hal itu memeberikan sensasi perih namun nikmat disaat yang sama.

“coba kalau posisi ini bisa jawab gak kamu sayang”

Bright langsung menggendong win dan membawanya kedepan ruangan, disana ada papan whiteboard dan win langsung diturunkan, mereka saling berhadap-hadapan, namun sekarang ini salah satu diantara mereka sedang setengah telanjang karena celananya sudah turun sampai matakaki, iya, metawin orangnya.

“berlutut sayang”

ucap bright seraya mengacak rambut metawin, ia pandangi wajah manis itu sebelum ia kacaukan sebentar lagi.

“ma-mas” win masih ragu dengan apa yang akan dilakukan oleh bright, padahal harusnya ia tahu kalau sesuatu yang dari tadi mengganjal duduknya ketika di pangkuan bright itu telah mengeras dan ereksi siap untuk melakukan kebangsatan di babak selanjutnya.

“on your knees bunny”

Win langsung di dudukkan di lantai, ia terhimpit oleh tembok dan badan bright, lebih tepatnya selangkangan bright yang menggembung sudaha ada tepat didepan badannya.

Ia melihat bright menurunkan resleting celananya dan mengeluarkan penisnya sehingga terekspos sempurnya di depan mata metawin, bagaimana kerasnya penis itu dengan urat yang menambah kesan gagah pada kejantanan bright. Ia baru saja akan menggenggam penis dominannya namun ketika tangannya akan menggenggam ia ditepis oleh Bright.

“siapa bilang kamu boleh pegang kontol mas huh? Jawab pertanyaan mas dulu”

“ka…kalau id lebih mendominasi daripada superego individu itu aka…ghhokkk”

Bright memasukkan penisnya kedalam mulut win tanpa aba-aba tanpa peringatan, membuat win tersedak karena tak siap menerimanya, bright menyeringai senang melihat win yang terlihat kepayahan menerima ukuran penisnya yang terus ia coba hujamkan kedalam mulut kekasihnya yang sedang belutut di bawahnya.

“HAHAHAHA apa win mas gak denger”

Sang dominan tertawa keras melihat submisivenya sedang ia sumpal dengan penisnya, mengingat ini ruangan kedap suara membuat bright bebas mengekspresikan dirinya saat ini.

“mmmm…emmmmm”

“hahahahah emang pantesnya disumpel kontol aja mulutmu sayang”

“ggghhekkkkk”

Bright menyodokkan terlalu keras hingga kepala penisnya menghujam tenggorokan metawin, membuat win kewalahan.

“enak kan? Enak disumpel kontol mas huh? Mahasiswa binal kayak kamu emang harusnya suka kontol dosen kan sayang? Hahahahahah”

ia menertawai dengan nada mengejek win yang sedang sibuk memberikan oral sex pada penisnya.

“selain pinter mata kuliah, sayangnya mas harus pinter nyepong juga, iyakan sayang….AHHHHH”

Kaki bright bergetar ketika ia memompakan penisnya keras sekali dan melesak masuk ke pangkal tenggorokan win, win mau tak mau menerima penis bright yang masuk hingga pangkal penisnya.

“bajingannnnnn…..kenapa enak banget mulutmu sayang, mulut asdos kayak kamu emang tugasnya nyepong kontol dosen win…..ahhh fuckkkkk”

PWAHHHHHHHH

“gimana sayang huh? Suka nyepong kontol kan?”

“ahhhh….hahhhh…..mas….hahhhhh”

Nafas win tersegal-segal, ia mencoba menetralkan pernafasannya karena sejenak oksigen seperti meninggalkan paru-parunya.

“lihat dia sayang, gede kan? Suka kan?”

Perkataan bright membuat win melihat penis yang tegak di depan mukanya, masih ada liurnya disana dan terlihat mengkilat karena cahaya lampu, kepala penisnya berwana merah muda itu nampak sangat ingin win kulum, juga batang penis kokoh dan keras itu, terasa hangat dan berdenyut denyut dalam mulutnya. Harus win akui penis bright memang sangat perkasa melebihi mantan-mantannya terdahulu, menjadi penis yang akan membuat win kecanduan untuk memuaskannya.

Win mengangguk sebagai jawaban pertanyaan sang dosen yang tengah berdiri gagah didepannya.

“can i suck it sir?”

Persetan pikir metawin, mereka sudah sejauh ini maka ia juga akan ikut andil dan membawa permainan mereka semakin panas.

“bon appetite baby, layani kontol mas win”

Lagi-lagi bright men-spesialkan penisnya di depan metawin.

Sadar telah mendapat izin dari bright, win langsung menggenggam penis itu dengan kedua tangannya, meski bright masih menggunakan pakaian lengkap dan hanya penisnya yang menyembul keluar keatas menantang metawin, justru hal itu memancing libido metawin untuk terus meledak saat ini, ia suka bright menyetubuhinya dengan masih menggunakan seragam dosennya.

“auummmm….mmmmmm….slurrpppp”

Win mulai kegiatan mengulum, menjilat dan menghisap penis bright, kepalanya maju mundur untuk memberikan kenikmatan pada kejantanan sang dominan yang sedang ereksi maksimal di dalam mulutnya.

“ahhhhh…masih fase oral ya sayang, nanti kita naik ke fase anal, itu kan tadi yang kita bahas? Huh?”

“ummmm…..emmhhhh…slurpppphhhh”

Plakk Plakkkk Plakkkk

Bright menampar win kanan kiri bergantian dengan pelan, ada kepuasan tersendiri melakukan hal itu pada submisive nya yang mulutnya sibuk mengulum penisnya.

“kalau udah di kasih kontol suka jadi tolol ya kamu hmmm? Mas tanya apa tadi? Malah asik nyepong kontol”

Win tak mau melepaskan penis yang ada di mulutnya saat ini, biarlah bright mengeluarkan semua sumpah serapahnya karena saat ini penis besar dank eras yang ada di mulutnya jauh lebih menarik perhatian metawin.

Menyadari win yang sudah tak peduli dengan yang ia katakan, bright melucuti celananya hingga tercampakan dan hanya menggunakan kemeja saat ini, membiarkan win menikmati penisnya untuk sang kekasih nikmati dalam mulutnya yang lembab dan hangat.

“my balls, suck it” perintah bright

Win langsung mengabulkan perintah dominannya, dipermainkan dua bola testis itu dalam mulutnya secara bergantian, memberikan nikmat baru bagi bright.

“fuckkkk….enak banget ternyata, emang bener tugas asdos yang sebenernya buat hal kaya gini win, apalagi mahasiswa binal kayak kamu ahhhhhhh….anjinggg enak bangethhhhhh”

Bright sampai mendongakkan kepala dan memejamkan matanya karena rasa nikmat yang amat sangat tengah merambat keseluruh badannya karena ulah metawin pada penisnya.

PPWAHHHHHHH

Win mengeluarkan penis Bright, percumnya sudah keluar bercampur dengan liur miliknya sendiri, menandakan kalau kejantanan bright sudah siap bertempur lebih jauh.

“udah? Gitu doang bisamu?”

“ahhhh…hahhhh….bentar mashhh ahhhh”

Bright langsung agak memposisikan dirinya agak membungkuk dan langsung menjambak rambut win kebelakang hingga kepalanya mendongak ke atas.

“aaakkkhhhhh mas sakit perih ini mas” Air mata win mulai keluar, bukan karena jambakan yang dilakukan oleh bright, melainkan karena penis bright yang tadi menyumpal tenggorokannya merangsang airmata nya untuk menumpuk di pelupuk mata, dan saat ini air mata itu jatuh sudah.

Tak win sangka yang dilakukan bright selanjutnya adalah menjilat air matanya yang membasahi pipinya, degub jantung win berpacu lebih cepat saat ini.

“you like my present? I mean my big dick?”

“ye…yes sir, I like that”

“yeah, you better like my dick, because I’ll destroy you fucking ass”

“try me mas”

Win menantang, ia tak mau kalah dan terus direndahkan dalam permainan ini.

“okay”

Bright melepaskan jambakan di rambut win, membiarkan win kacau di lantai, sedangkan ia menuju meja dosen di sudut ruangan dan mengambil dua benda yang sudah ia persiapkan, sebuah lubricant dan tali kain hitam yang ia masukkan di kantong kemejanya.

“udah di rencanain huh?”

Win merasa dibodohi saat ini, ternyata itu isi dari handbag bright, sebuah lubricant yang ia lihat, win belum tahu kalau bright membawa sebuah tali kain yang dimasukkan dalam saku kemejanya. Bright tersenyum licik, setelah ia kembali kedepan metawin ia langsung memberikan perintahnya.

“stand up”

“hmmm? Mas?”

“stand up slut!”

Win menurut dan langsung berdiri, mereka saling berhadap-hadapan saat ini namun bright langsung memutar badan win dan memojokkannya di whiteboard, win kira bright akan memasuki dirinya sebentar lagi namun ia salah yang terjadi selanjutnya adalah bright membantu win mencopot sepatunya dan melepas celananya yang tadi tak bisa ia campakan, sama lah mereka masih menggunakan kemeja namun sudah polos tubuh bagian bawahnya.

Yang selanjutnya dilakukan bright membuat win langsung memejamkan matanya, tubuhnya merinding dan kakinya gemetar ketika lidah bright menyapu lubangnya, bright melakukan rimming, sungguh gila sekali rasanya ternyata bisa senikmat ini pikir metawin.

“ma-massshhhhh…….ennngghhhhhhhh”

“sluuurpphhh…mmmmhhhhhhh”

“mashhhh udahhhh……ahhhhh win pengen di masukinnnn…..seka…ranghhhhhhh”

Win semakin mengerang-erang tak sanggup dengan rimming yang diberikan bright, sangat nikmat memang dan berhasil membuatnya mengerang dan meminta bright untuk segera menyetubuhinya.

Permintaan win tak didengarkan oleh bright, ia masih asik menenggelamkan wajahnya di tengah pantat mulus milik kekasihnya, menjilat dan menyapukan lidahnya disana, kini tangannya mengeluarkan lubricant yang ia bawa dan mengoleskannya pada penisnya sendiri hingga ia kira cukup untuk memudahkan penisnya masuk dalam diri metawin.

“gimana sayang enak gak?”

“hahhh…ahh enak masshhhh… please fuck me, win gak kuat lagi”

Pinta win lagi. Setelahnya bright berdiri dan menghimpit win pada whiteboard, membuat penisnya yang sudah terlumuri lubricant kini menempel pada pantat metawin.

“mau dientot kamu? Dientot kontol dosen hmmm?”

“i-iya mas, win mau emmmhhhh”

Win menggigit bibir bawahnya sendiri menahan libidonya yang sudah mencapai puncaknya untuk dipuaskan.

“kenapa pantatnya mundur-mundur hmm? Gak sabar banget dimasukin kontol, minta dulu sama mas, minta yang jorok baru mas entotin kamu”

“please mashhhhh...win udah gak ku….AATTTHHHHHHH AHHHHH”

Win menjerit ketika bright memasukkan penisnya langsung sekali hentak menumbuk prostatnya dan membuat win menggelinjang di tempat.

“eenngghhhh…..ma….mashhhhh”

“kenapa? Inikan yang kamu mau? Dimasukin kontol mas huh? Needy slut”

PLAKKKKK

“aaarghhhhhhh”

Bright menampar pantat win keras, membuat win mengetatkan cengkramanya pada penis bright dan membuat bright merasakan enak yang lebih-lebih lagi, jadilah bright menggila untuk terus menampar pantat win hingga berubah kemerahan, bright melakukan spank pada metawin saat ini.

PLAKKKK

“aaaahhhhhhhh ma——mashhhhhhh”

PLAKKK

PLAKKKK

“AARRGHHHH U…UDAHH…AHHH PERIH MASHHHHH”

Bright berhenti menampar pantat win dan membiarkan penisnya masuk didalam sana, ia tak melakukan apa-apa, tak bergerak sedikitpun, hanya menyumpalkan penisnya dalam pantat si manis.

“sekarang kerjakan soal terakhir sayang, dengerin mas baik-baik”

“win…..win gamau ngerjain soal lagi…ahhhh….maunya di kerjain mas aja sekarang”

“sshhhhhh iya asdosnya mas yang binal ini gak sabaran amat mau di entot hmmm, satu soal lagi ya?”

“eemhhhhh….i-iya……”

“listen to me carefully win”

Bright mengambil spidol yang tersedia di sebelah win dan memberikannya ke tangan si manis.

“gambarkan piramida kebutuhan maslow dan sebutkan urutannya….emmhhhh njingggg jangan di ketatin sayang, lets pretend like we’re in class okay?”

Win menganngguk dan mulai menggambarkan piramida itu di papan tulis dan mengisi tiap ruang kosong dalam piramida hingga terisi semua.

“u….udah massshhhhh ahhh gerakin kontol mas please….ahhhhhh”

“no, explain it to me, then I’ll fuck you untill you can’t even remember your name”

“ti..tingkatan per….tama….”

Win terengah-engah, ia menagan nafsunya yang semakin naik, ia ingin dipompa sekarang juga dengan penis bright yang sudah memenuhi dirinya.

“ke…kebutuhan….ahhh…..hahhhhh….fis….siologishhhh….ahhhhhh” Bright menghentakkan penisnya, cukup sekali hentakkan membuat metawin tersentak karena rasa nikmat juga ngilu langsung menumbuk prostatnya.

“ma-masshhhhhh…..pleaseee fuck me mmmhhhhhhh”

CLOK

CLOK

CLOK

“NGAHHH….AHHHH MASHHHHH”

“emang mahasiswa bangsat kamu win! Suka dirojok kontol ginikan? Slut! Needy slut!”

“yeshhhh….mmhhhhh, win sukahhh….ahhhh iya mashhhh terushhh”

“ahhhhh….”

“ahhhh…..yeahhhh terus mashhhhhh”

Badan win terlonjak-lonjak karena kerasnya hujaman yang diberikan bright padanya dari belakang.

“you want me to keep going? Such a slut for me, aren’t you?”

“uhhhhh…huhhh….ahhhh yeshh, I’m your slut…fuckkkkkk harderhhhhhh”

Win terus meracau, dia sudah tak peduli lagi dengan sebutan-sebutan nakal itu, tangannya meremas spidol yang ada di tangannya sampai kukunya memutih untuk melampiaskan rasa nikmat yang semakin membakar tubuhnya.

“hardeh huh? GINI? KAYAK GINI HAHHH SHITTT”

“NGAHHHHHHH……..I-YA ….right there mashhh….yeshhh so goodddd ahhhh”

“bangsat kamu win…ahhh…..hahhhh binal bangsatnya mas…asdos mesumnya mashhhhh cuppp”

Bright mengecup tengkuk win seraya masih menghujamkan penisnya dari belakang, tak ada jeda tak ada ampun, ia menikmati tiap sodokan yang ia berikan pada win, terasa nikmat dan memijat penisnya dengan ketat.

“eummmm yeahhhhh…..keep going…..ahhh fuck me harderhhhh”

“shhh lemme stop right here, jawab tingkatan yang kedua sayanghhhh…ahhh hahhhh”

bright masih berusaha mengerjai metawin ternyata, padahal dirinya sudah tak kuat lagi menahan untuk bergerak dan berpacu bagai kuda liar.

“pleaseee….don’t stop mashhh, yes I’m your slut…..i’am….ahhh…hahh enough don’t play with me…hahhhh…..just fuck my ass….harderhhhh”

“oh gini? Metawin yang katanya pinter kok jadi tolol? Tolol gara-gara kontol kamu huh? RASAIN NIH BITCHHHH”

“AHHHHHH……yeshhh like thathhhhhh…. Fas…terhhhhhh”

Bright sudah tak peduli dengan pertanyaan yang ia berikan, ia akan fokus dalam percintaannya kali ini, ia memasukkan penisnya dengan kasar dan cepat, membuat lutut win bergetar dan lemas.

“mau di entot mas kenceng kan sayang? Mas pinjem tangannya sini”

Bright menyatukan tangan win yang tadi memegang spidol dan yang satunya bertumpuan, kini ia bawa kebelakang dan ia tali dengan kain hitam yang ia bawa, pengganti borgol yang fleksibel ia bawa kemanapun.

“mas diapain?”

“biar kamu enak sayang, biar kamu gak banyak gerak”

“ummmhhhh”

“tahan ya sayang, ayo kita selesaikan”

Sang dominan mulai bergerak, lambat namun semakin lama semakin mempercepat temponya, membuat win kualahan karena hanya bisa mendesah dan mengerang keenakan sedangkan tangannya tak bisa bebas.

“yeahhhh…ahhhh mashhhhh……so good…fuckkkk ahhhhhhh”

“enak huh…shittttt enak banget sayanggghhh jepit win…jepit yang kerashhhhh”

Win mencoba sebaik yang ia bisa di sisa-sisa tenaganya.

“fuckkkkk yeahhh gini…enak bangethhhhh anjinggggggg!! Mas kasih nilai A besok sayanghhhh”

“AHHHHH MASHHH PELAN DIKITHHHH…win kepenuhannnnnnn ahhh…..mau sampaiii……”

“bareng win…sabarrr”

Bright menambah kecapatannya berpacu dalam nafsu bersama metawin, mereka tak lagi menahan apa yang dari tadi mereka tahan, saat ini mereka luapkan untuk bersama-sama mencapai satu titik putih bersama.

“ma-mashhhhhh….win….winn keluarhhhhhhh AHHHHH”

“mas juga sayangghhhh, mas keluar di dalem AHHHHH SHIITTTT”

“ahhhh….hahhh mashhhh”

Mereka berdua hampir saja ambruk dilantai kalau saja bright tak langsung sadar dan membawa win keatas meja untuk merebahkan si manis yang sudah kewalahan.

“enak win?”

Win hanya mengangguk.

“yuk beresin abis ini mas antar pulang ya, nih diminum dulu”

Bright menyerahkan sebuah botol mineral pada win, tanpa win tahu kalau segel minuman itu telah dibuka dan bright memasukkan serbuk obat didalamnya, bagaimana mungkin bright akan puas dengan satu ronde saja? Tentu tidak.

Bright membopong win keatas meja, ia membiarkan win terlelap terlebih dahulu karena ia paham permaian mereka tadi panas sekali dan menguras banyak tenaga. Bright memakai pakaiannya terlebih dahulu, merapikan semua bekas kekacauan dan kenikmatan mereka berdua agar tak meningalkan jejak sedikitpun.

Setelah memakai pakaiannya, Bright bergegas memunguti pakaian win yang berserakan dilantai.

Sebelum memakaikannya, Bright terlebih dahulu mengeluarkan sebuah alat yang memiliki kendali remot dari dalam handbag, ia mengangkat satu kaki win di pundaknya dan ia masukkan alat itu kedalam tubuh win. Membuat metawin yang tertidur mengerang seketika.

“eeemmhhhhh...... Masshhhhh.... Itu..... Itu apaahhhhh ahhhh”

“yang bikin kamu keenakan nanti sayang, pakai ya....”

Setelahnya Bright memakaikan pakaian itu pada metawin, mengabaikan sebuah vibrator yang menyumpal lubang bawah metawin.

“ayo bangun sayang, udah mas pakaikan celananya, yuk”

Bright menarik win berdiri, setelahnya ia memeluk dan mencium keningnya.

“nanti kemaleman sayang, bangun dulu ya, nanti boleh tidur di mobil” lanjut bright.

Sedangkan win? Ia gelisah dalam duduknya, sesuatu yang menyumpalnya dari bawah mulai bergetar pelan, membuat dirinya tak nyaman dan gelisah.

“masshhhhh ahhh.... Can i take it off..... Please... Mmmhhhhhh”

“yuk jalan”

Bright berakting seolah tak mendengar rengekan win tentang vibrator itu, tak cukup rupanya ia mempermaiankan metawin, bahkan saat ini ia memberikan obat perangsang dan menyumpalkan vibrator pada win.

Pelahan win melangkah bersama Bright meninggalkan ruang audio visual, mereka menuju lift untuk membawa mereka ke lantai dasar, didalam lift Bright memulai aksinya, mempermainkan win dengan remot kontrol yang ada ditangannya, ia menaikkan frekuensi getaran pada vibrator itu, win yang terkejut hampir saja ambruk di lantai karena lututnya sudah terlalu lemas untuk dipermainkan seperti ini, jika saja ia tak berpegangan pada lengan kekar bright, win sudah jatuh dilantai lift.

“massshhhhh...... Pleasee... Ini.... Ini..... Ahhhh”

Win terus meminta pada bright untuk menghentikan kejahilannya, sedangkan bright tersenyum licik karena permainan yang sebenarnya baru saja akan dimulai, hanya menunggu waktu saja hingga obat itu meresap dan mengubah kekasihnya yang terlihat polos akan menjadi binal seketika.

Didalam lift Win terus memegang lengan Bright, ia takut jatuh kelantai karena bright mempermainkannya hingga dirinya berkeringat dingin, sesuatu yang mengganjal dirinya terus bergetar dengann frekuensi yang berfariasi, terkadang pelan namun terkadang bright mengubah frekuensinya menjadi cepat membuat win lemas dan lututnya bergetar hebat, sungguh win tengah dikejai bright saat ini.

“mas bright….mmhhhh…..please….ahhhh”

Win mendesah ketika dirasa perlahan ia masuk kedalam permainan, ketika dirinya perlahan merasakan nikmat itu merasuki dirinya.

“kenapa? Mau makan malem abis ini win?”

Lagi-lagi bright mengabaikan kalau win baru saja membahas tentang vibrator yang ia pasangkan, malah ia membahas topik lain.

“ini….ini geli mashhhh”

“hmmm? Kamu digigit apaan kok geli? Digigit nyamuk ya?”

“mashhhh…” win hilang akal sudah, ia siap melucuti pakaian dan celananya dan hal itu membuat bright terkejut.

“eh…mau apa? Kenapa kok mau buka celana hmm?”

“win….win gak kuathhh…..masukin sekaranghh…..mau….mau disini aja”

Bright terkekeh mendengarnya, padahal ini baru pengaruh dari vibrator, belum pegaruh dari obat perangsang yang ia masukkan dalam minuman win tadi, namun sudah bisa merubah image win menjadi binal seperti ini, bright tak bisa membayangkan ketika obat itu mulai bekerja, akan jadi seliar apa kira-kira.

“shhhh ngomong apa sih win? Kan tadi udah mas kasih kan? Gitu aja kamu udah lemes, udah yuk pulang jangan aneh-aneh, ini masih di lift”

“maasssss pleaseeee”

Win sampai mengguncang-guncang tangan bright seperti merengek untuk menuruti permintaannya.

“enggak win, enggak”

TINGGGG

Pintu lift terbuka, menandakan mereka sudah sampai di lantai dasar, samar-samar bright mendengar suaran hujan yang belum kunjung reda.

“yuk sayang”

Bright menggandeng tangan win dan meremasnya pelan, membawanya berjalan berdampingan namun ia sadar kalau win berjalan agak lambat karena pengaruh dari vibrator yang ia pasangkan tadi.

Dengan susah payah win berjalan menuju parkiran gedung fakultas psikologi, sepanjang jalan lututnya serasa lemas karena bright lagi-lagi menaikkan frekuensi getaran yang membuatnya ingin mendesah dan melampiaskan semuanya, namun mati-matian win tahan hingga mereka sampai dalam mobil dan duduk bersebalahan.

“mas bright, boleh dilepas gak? Ini gak nyaman banget duduknya…ya? Pleaseee”

“pakai seat bealt nya sayang”

Setelah berucap demikian, Bright mengatur pendingin ruangan mobil, ia mengatur sampai ke suhu paling rendah, beginilah rencananya akan dimulai.

Hujan yang semakin deras diluar gedung parkir membuat win gelisah, dengan keadaan gedung parkir yang sepi dan dirinya yang tak tahan dengan rangsangan demi rangsangan dari vibrator membuat win ingin melakukannya disini. Saat ini juga.

Bright yang akan menginjak pedal gas dibuat terkejut karena tiba-tiba win mencondongkan dirinya pada bright, tangannya langsung mencari bagian selangkangan sang dosen, sedangkan jarak diantara mereka sudah terkikis, win mencium bright, Bright membiarkan submisive nya bermain-main sebentar, namun tetap saja tak akan ia berikan semuanya saat ini juga.

“mmmmm..... Ummm”

Win menggumam disela-sela ciuman panas mereka, tangannya tak bisa diam, terus – terusan meremas dan mengurut penis bright dari luar celana, mencoba merangsang agar penis sang dominan mengalami ereksi lagi.

PWAHHHH

Ciuman mereka tak terlerai karena salah satu diantara mereka kehabisan nafas, namun bright menjambak rambut win dan menariknya kebelakang, membuat win mendongak keatas, bright memamerkan muka bengisnya, ia senang dan puas memperlakukan win yang terlihat manis diluar menjadi binal dan haus akan sentuhannya.

“sabar sayang, mau dihajar kontol mas lagi kan? Nanti sampai condo mas kasih, sekarang jadi bunny-nya mas yang penurut ya hmmm?”

Bright berkata sambil tangan kanannya meraih sebuah remot dan menekan sebuah tombol disana, hal itu langsung membuat win kesetanan, kaki dan pahanya tak bisa diam, ia merasakan geli dan nikmat yang berlomba-lomba meledakkan libidonya saat ini juga, pun bright yang sangat kontras sekali antara perkataan dan tindakannya, ia ingin win menuruti apa yang ia mau namun disaat yang sama ia juga yang menyiksa win menggunakan vibrator.

“win mau sekaranghhh….please mashhh win udah basahhhh……ya mashhh”

Bright menggeleng.

“duduk yang bener sana, mas gak tanggung-tanggung ngasih hukuman kalau kamu gak nurut sama mas”

Bright mendorong win menjauh darinya, mengambalikan win ketempat duduknya.

“nurut sama mas, jangan jadi bunny yang bandel, okay?”

Win hanya bisa diam, bukan, ia tak marah namun ia menahan getaran vibrator itu yang serasa semakin cepat, bright tersenyum puas, ia senang bisa mengerjai win hingga seperti ini, tak ia sangka rasanya sangat menyenangkan melihat berubah 180 derajat dari mahasiswa kalem menjadi mahasiswa binal seperti jalang yang haus akan sentuhan.

Mobil mulai berjalan, menembus derasnya hujan mulai meninggalkan kampus, sepanjang jalan bright sengaja tak mengajak ngobrol metawin, ia membiarkan win kewalahan menghadapi nagfsunya sendiri, win pun kini meremasi celananya sendiri, mencoba menahan libido yang semakin memuncak, namun aneh ia rasa, ditengah libidonya yang memuncak ia merasakan pusing dan badannya terasa panas, rasanya ia ingin melucuti pakaiannya sekarang juga, dan libidonya kini naik berkali-kali lipat, membuat nafas metawin tersegal-segal menahan nafsunya sendiri.

“eemmhhh……engghhh..ma…mashhhhh”

Bright tersenyum licik, bukannya menurunkan frekuensi getaran namun ia malah menambah frekuensinya menjadi maksimal, membuat kaki win ikut bergetar hebat karena rangsangan yang maha nikmat baru saja ia rasakan, win meremas celananya erat-erat, ia menggigit bibit bawahnya sendiri untuk menahan erangannya, namun juga tak berhasil, selalu ada erangan dan desahan tertaham keluar dari mulutnya.

“emmmhhhhh……hahhh….ahhhh……emmmhhhhh”

Bright masih tak mau peduli dengan keadaan win yang sudah mulai dibakar nafsu, ia masih fokus dengan jalanan yang mulai berkabut dan menutupi jarak pandang, jalanan malam ini pun tak ramai, hanya ada satu dua mobil saja yang berpapasan dengan mobil mereka.

“kenapa hmmm?”

Tanya bright pura-pura bodoh.

“win gak kuathhhh….please take it off mashhhh”

“siapa bilang boleh dilepas? Biarin, pake!” bentak bright garang sekali.

“emmhh…win….win..kel…..luarh….AHHHHH MASHHHHH”

Win mengerang hebat ketika dirasa dirinya sudah tak bisa menerima rangsangan itu lebih banyak, ia menyerah juga akhirnya dengan mendapatkan klimaksnya tanpa penetrasi saat ini.

“gitu aja keluar? Lemah ck” ledek bright.

Win hanya memejamkan matanya mencoba mengontrol hafasnya yang tadi memburu, tangannya masih mencengkram celananya sendiri namun tak sekencang tadi.

“katanya mau dihajar sama mas di condo? Mana? gitu aja udah keluar ahahahah”

Lagi, bright meledek win, membuat win tersulut sendiri.

“diem gakkkk hahhh….ahhhh”

“kenapa? Mau apa hmmm?” tanya bright ketika didapati win mendekat kearahnya.

“can i take the vibrator off, win udah gak kuat sampe win keluar sendiri tadi, boleh ya mas, ya?”

“gak, gak boleh soalnya kamu berisik banget tadi”

bright memperhatikan jalanan yang sudah sangat sepi, tidak ada satupun mobil yang melewati mereka, hujan deras ini juga menurunkan kabut membuat jarak pandang berkurang, suasana dalam mobil yang dingin membuat win terus-terusan menggoda bright untuk melakukannya disini, didalam mobil, namun bright berencana menuntaskan ‘hidangan’ malamnya dicondo.

Bright kembali menekan tombol on pada remot yang berada disakunya, membuat win terlonjak merasakan getaran itu yang menyumpal lubangnya.

“ma..mashhh….u-udah..ahhh”

“kan kamu berisik lagi, udah sana duduk yang bener, masih agak jauh nih kalau sampai condo”

“mas se-sendiri ya-yang…sshhhh…..bikin win…ka-kayak ginihhhh…emmppphhh”

“BRISIK KAMU JALANG!!!” Bright berakting membentak win, seolah ia sedang marah.

“sini…” ia menjambak kepala win dan langsung ia arahkan pada selangkangannya yang sudah menggembung.

“buka dan isep kontol mas…biar bacot kamu gak brisik, enaknya emang disumpel kontol mulutmu win”

Yang lebih muda baru saja akan membuka resleting itu dengan giginya namun…

“pakai tangan aja biar cepet, mas gak mau repot-repot bantuin kamu ngeluarin kontol, mas mau fokus nyetir” perintah bright.

Tentu win dengan senang hati melakukannya, dengan libidonya yang serasa berkobar dan bright memberinya kemudahan untuk bermain dengan penis kesukaannya itu, win langsung membuka ikat pinggang yang dikenakan bright, setelahnya ia membuka kait celana dan menurunkan resleting sang dominan, didalam sebuah kain fibic tipis itu ada sesuatu yang menggembung besar, panas dan berdenyut-denyut.

Win langsung mengeluarkan penis bright dari kungkungan CD yang menjadi penghalangnya, kini penis itu menyembul keluar dengan gagahnya menghadap keatas dan menantang dirinya.

diperhatikannya penis bright sang dominan, ada urat-urat yang menghiasi batang penis keras itu, terlihat gagah dan ia tak sabar memasukkannya kedalam mulut, bahkan saat ini mulut metawin memproduksi liur lebih banyak, tanda kalau ia benar-benar ingin melakukannya.

Win meremas dan menggenggam penis bright yang keras dan terasa hangat di tangannya, rasanya penuh sekali dalam genggaman tangan metawin, ia masih asik meremasi dan mengurut penis bright dari kepala penis hingga ke pangkalnya, ia lakukan itu berkali-kali seperti gerakan mengocok namun pelan, lebih tepatnya mengurut dengan memberinya tekananan lebih, membuat bright membenarkan posisi duduknya, seperti memberi tanda untuk win memulai, bright mencari posisi terbaik agar penisnya yang tengah ereksi bisa terekspos sempurna didepan metawin.

“sshhhh win….gausah dikocok gitu, pake mulutmu sayang”

Tangan kiri bright yang semula memegang kendali mobil kini membelai rambut win lembut, sangat kontras sekali dengan perlakuan kasar dan semena-mena nya tadi, win menurut dan mulai mencondongkan wajahnya ke penis bright yang sudah menantangnya, win seperti sedang menungging saat ini, badannya menyebrang dari kursi sebelah menuju kursi kemudi mobil, lebih tepatnya menuju penis bright.

“masukin…semua kalau bisa”

“ummm….slurrpppp….ahhh….eummmmm”

Win mulai menjilat dan menghisap penis bright, ia memulai dengan menjulurkan lidahnya dan menjilat kepala penis sang dominan, dikepala penis itu ada cairan semen lengket yang berwarna bening, menandakan kalau bright memang sudah terangsang dan win menjilat cairan itu, ia menelannya.

“shiitttt……kenapa yang slow gini malah enak bangettthhh….fuckkkk”

Mendengar bright yang sedang menggerutu membuat win senang, menandakan permaianan lidahnya memang bukan sembarangan hingga membuat sang dosen seperti itu.

Kini win menjilat dari kepala penis menuju batang dan ia teruskan sampai kepangkalnya, ia lakukan berulang kali menjilati batang penis bright yang keras dan berurat itu, tak puas sampai disitu, win kini akan melakukan hal yang membut bright keenakan, ia akan menghisap bagian terlemah dari tubuh dominannya itu.

Win memasukkan kepala penis bright, hanya bagian kepalanya saja untuk ia hisap dan ia mainkan dengan lidah didalam mulutnya, menyapunya dengan lidah dan kadang memutar-mutarnya memberikan sensasi nikmat dan geli disaat yang sama untuk bright.

“ss-shiitttt…..jalang! win..jalang kamu win…jalangnya mas….ahhhhh”

Selanjutnya win menjilat bagian antara kepala penis dan batang keras itu, itulah titik paling sensitive bagi bright, yang umumnya menjadi titik sensitive semua lelaki, win menjilat bagian itu berkali-kali membuat bright berkali-kali menggelinjang membenarkan duduknya karena nikmat itu sudah ia rasa sampai ubun-ubun.

Bright yang sudah ditutupi kabut nafsu langsung membating stirnya kekanan, ia menepi dipinggir jalan, baginya tak ada waktu lagi, ia akan malakukanya disini, didalam mobil dengan hujan deras yang masih mengguyur semarang.

Mesin ia matikan, ia tersenyum melihat win yang terlihat lahap sekali menjilat dan menghisap penisnya, bahkan menelan semua precumnya. Bright masih mencoba sabar, ia mengeluarkan remot itu dan menekannya lagi dengan frekuensi paling tinggi.

“emmmmhhh…ummmmm”

Suara win yang mengerang namun tertahan karena sumpalan penis sang dominan.

“enak kan sayang? Lobangnya dimainin gini sambil disumpel kontol enak huh…masukin…telan semau kontol mas”

“ghhoookkkkk……eeemmmmpppphhhh”

win mencoba berteriak namun tak bisa kepalanya di tekan oleh kedua tangan kekar bright, penis itu masuk hingga ke tenggorokan, ia merasakan keras dan hangat mengisi rongga mulut hingga kerongkonganya, hidungnya sampai menyentuh testis bright, menandakan bright benar-benar menekan kepala win hinga kepangkal tanpa ampun.

“tahan winhhh…..enak banget”

PWAHHHHH

Bright melepas cengkramannya pada kepala win, memberikan win sedikit waktu untuk bernafas.

“hahhh…ahhhh….glek..ahhh”

Win menelan liurnya yang bercampur dengan cairan semen jantan milik sang dosen.

“buka kemeja sama celananya, mas mau kasih kamu rimming sayang”

Win semangat sekali, ia langsung membuka sendiri kemeja dan celananya, membuat dirinya polos didepan bright.

“nungging ngadep kaca pintu keluar sayang”

Lagi, win menuruti perintah bright, kini ia membelakangi bright dengan posisi menungging dengan memamerkan bulatan pantatnya pada sang dosen, dilubang analnya masih disumpal oleh vibrator laknat yang membuat win kesetanan seperti tadi, sebenarnya itu juga pengaruh obat perangsang dari bright namun win tak menyadarinya.

“mashhh…keluarin dulu vibratornya, ganjal bangethhh”

“iya mas keluarin, kamu diem nikmatin aja”

Setelahnya bright mencabut vibrator itu, menatiknya keluar membuat win merasakan lega karena ia terus merasa tersiksa dengan mengganjalnya vibrator itu

SLUURPPPPHHHH

“ahhhh….emmmhhhhh…mashhhh”

Bright memulai rimmingnya, ia menjilat dan kadang menggingit kecil membuat win geli luar biasa, titik sensitifnya dimainkan oleh bright, tangan bright juga tak diam, ia langsung memegang penis milik win dan mengurutnya dengan gerakan konstan namun pelan, saat ini win sedang didera dua kenikmatan sekaligus, di penisnya dan di analnya, membuatnya memejamkan mata dan mengerang-erang.

“mas brighttt….ahhh enak mas..enak bangetthhhh”

“ahhh…terus mash…pake…pake lidah please…hufttt”

Nafasnya memburu dirundung nikmat yang berbodong-bondong meledakkan libidonya hingga ke ubun-ubun.

Bright menuruti pinta win, ia menggunakan lidahnya menyusuri anal sang submisive, tak lupa ia masih mengocok milik win, membuat win terus mengerang-erang meminta lebih dan lebih.

“emhh terush kak…enak bangethhh…iya disitu..ahhh…hahh geli…enak”

SLURPPHHH

Bright makin beringas, ia memainkan lidahnya masuk keluar di lubang anal metawin, membuat win memejamkan matanya dan meleguh heboh

“AHHHH…YEAHHHH…..SO GOODDDHHHHH….FUCKKKK”

Win sampai mengumpat karena kombinasi rimming yang diberikan bright dan rangsangan di penisnya benar-benar membuatnya gila.

“yeshhh…ahh…fuckkk….so good masshhh…win..win bisa sampe kalau gini…ahhhh”

Mendengar itu bright langsung menghentikan kegiatannya, membiarkan win terengah-engah menata nafas, sedangkan bright melucuti pakaiannya sendiri, mereka polos didalam mobil.

“mas mau masuk ya win”

Izin bright memastikan win sudah siap menerima ukurannya.

“bentar..”

Win menahan bright.

“kenapa hmm?”

“pakai pelumas dulu lah mas”

“gausah, masih basah liur kamu tadi win, makin seret makin enak juga kan sayang”

“tapi…tapi jangan…AHHHHHHHH”

“SSSHHHHH be a good boy bunny”

Bright menghujamkan penisnya dalam-dalam, langsung menubruk tubuh win hingga win terhuyung ke kaca mobil, bright langsung menutup mulut win dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya mencengkram pantat win kuat-kuat, rasa-rasanya akan meninggalkan bekas kemerahan jika cengkraman itu dilepaskan.

“ummmm……ummmhhhhh”

Win menjerit namun tertahan, ia merasakan penis bright masuk dan langsung menyentuh prostatnya, bahkan win bisa saja keluar tanpa bright menggerakkan penisnya.

“sebenarnya ada satu materi lagi yang lupa mas kasih tau ke kamu sayang”

Bright mendiamkan penisnya didalam win, ia tak bergerak dan tak melakukan apapun, selanjutnya ia juga melepas bekapan tangannya dari mulut di manis, win langsung mengatur nafasnya.

“hufttt..ahhh….”

“mau tau sayang materi apa?”

Bisa-bisanya bright membahas materi responsi disaat seperti ini, mereka sudah melakukan hal seperti ini sebelumnya tadi diruang AV, namun sepertinya materi ini benar-benar disukai oleh bright hingga memutuskan untuk memberikannya ditengah dirinya sedang bercinta dengan win saat ini.

“emmmhhh….yeah” jawab win lirih, ia sudah tak tahan dengan penis bright yang mengganjal analnya, ia ingin menggerakkan pinggulnya maju mundur agar penis sang dominan menyentuh dan mengurut prostatnya berkali-kali membuatnya kepayahan sendiri.

“shhhh siapa yang kasih izin kamu buat gerak? Diem !”

“win mau…mau dientot mas…please mas..win gak kuat banegthhh”

“nanti! Sekarang jawab pertanyaan mas dulu, jelasin inti teori dari Skinner tentang teori behavior, cepat jawab jalang!”

PLAKKKK

“AARRGGHHHHH”

Bright menampar pantat win, membuat win mentetatkan analnya dan itu membuat cengkraman pada kejantanan bright semakin bertambah, bright kewalahan sendiri merasakan betapa nikmatnya lubang anal asdos tersayangnya ini.

“te-teori behaviorisme ….ski….skinner ….ahhh …mashhh please fuck me harderrhhhh”

“AHAHAHHAHA JALANG!...”

PLAKKKKKK

Lagi, bright menampar pantat win

“jawab pertanyaan mas dulu, baru mas entot kamu sampe gabisa jalan, paham?”

“i-iya mashhh….intinya ada di reward sama punishment..sshhhhhhiiiiitttt”

PLAKKKK

PLAKKK

PLAKKK

Pantat win sudah memerah saat ini, Bright asik sekali memperlakukan win seperti jalang yang haus akan sentuhan.

“lalu…kamu mau yang mana hmmm? Mau reward atau mau punishment huh?”

“ma-mau hadiah…iya win mau hadiah…ahhhh…hahh”

“good boy, sekarang diem ya, mas kasih kamu hadiah paling enak”

“yes please….hurry….AHHHHH…FUCKKKK”

Bright memasukkan miliknya lebih cepat, ia berpacu dengan derasnya hujan yang semakin deras diluar mobil mereka.

“ahh iya mash….disitu..harderhhh….fasterhhhh”

“GINI KAN? HUH GINI”

CLOK

CLOK

CLOK

Bright benar-benar memberikan peforma terbaiknya saat ini, memompa win tanpa jeda agar mereka berdua bisa mencapai klimaks bersama.

“iya mashhh….enak…ahhh..mas brightttt…”

“iya sayang….tahan ya….keluar barengann…fuckkk yeshhh”

Gerakan bright semakin cepat, membuat win terlonjak-lonjak didepan kaca pintu mobil, hujaman itu juga keras membuat pelepasan mereka semakin dekat.

“mas….win keluarhhhh……ahhhhh”

“iya sayangh keluarinnnhhhhhh…..”

Bright masih belum sampai puncaknya, ia terus bergerak seiring win yang mulai lemas.

“mashhh…udah..win …ngiluu”

“bentar…bentar lagi sayang…tahan ya”

Semakin cepat, semakin nikmat. Bright terus bergerak dibelakang metawin mencari nikmatnya sendiri.

“sayang…..mas…mas …..AHHHHHHH”

Bright keluar juga, win yang sudah lemas kini hanya bisa tertunduk lesu menyudahi permainan panas mereka dikala hujan. Malam semakin larut, kabut semakin tebal, pun hujan yang semakin deras tak menghentikan mereka memanaskan suhu dimobil mereka.

Konten kotor jeje 2020