If this was a movie

***

Jika ini hanyalah mimpi buruk Maka ketika aku membuka mata semuanya akan baik-baik saja Jika ini hanyalah mimpi buruk Semuanya akan kembali nomal ketika aku terbangun Namun kudapati diriku tak sedang bermimpi Semuanya nyata Kekosongan itu benar adanya Bersama diriku Yang terus mendambanya

***

Lantai 7 Fakultas Psikologi 16:50 Pm

Bright merasakan perih yang luar biasa, perih yang belum pernah ia rasakan sebelumnya, ia tak pernah mencintai sehebat ini dan ia tak pernah patah hati sehancur ini sebelumnya.

Dengan sisa-sisa air mata yang ia punya, ia memunguti sisa-sisa perasaannya yang telah hancur berkeping-keping di lantai, ia memasukkan kembali cincin yang terpatri namanya dan nama winata didalamnya, sekarang memiliki winata hanyalah sebuah angan belaka, yang tak bisa lagi ia jadikan menjadi sebuah realita manis dengannya, hanya tersisa tangis dan perih yang terus ia akrabi tiap detiknya.

Dengan tertatih ia berdiri, menata hatinya yang sudah tak lagi utuh karena telah dibanting hancur dengan kenyataan yang terjadi, ia mengahapus air matanya dan memasukkan kembali cincin itu kedalam kotak dan ia kembalikan kedalam saku, tak akan bright buang, akan ia simpan sebagai bukti kalau ia pernah mencintai seseorang sehebat ini hingga ada ditahap yang menyakitkan seperti ini.

Dengan langkah gontai ia berjalan menuju lift, kembali menuju ruang dosen untuk mengambil berkas dan pulang kerumah, selama berada dalam lift bright melihat pantulan dirinya di kaca, ia merasa benci dengan dirinya sendiri tiap kali melihat dirinya di kaca, karena selama ini ia hanya akan melihat seorang pecundang yang telah menyakiti seseorang yang ia cinta, seseorang yang ingin ia jaga, dan orang di pantulan kaca itu penyebabnya, dirinyalah penyebab semuanya terjadi.

Ketika sampai diruang dosen ia bertemu Gawin yang juga bersiap-siap untuk segera pulang, melihat rekannya yang kacau dengan mata merah dan baju lusuh basah karena air mata membuat Gawin langsung mendekati Brigt dan langsung memeluknya, tanpa ada kata yang terucap gawin mengerti, tanpa ada penjelasan gawin memahaminya.

Karena selama ini Gawinlah yang dekat dengan Bright dibandingkan dengan dosen lain, bahkan Gawin rela membuat dan mengurutkan jadwal Bright dengan lengkap dan runtut, karena ia tahu mengapa ia harus bertindak demikian.

“ssshhhh it’s okay bright, gapapa lo udah berjuang sejauh ini….”

Gawin memeluk seraya menepuk-nepuk punggung bright, memberinya perhatian bahwa ia tak sendirian.

“gue tahu lo salah disini, kalaupun semuanya udah gak bisa diperbaiki, lepasin ya? Kalau suatu hari nanti win balik lagi ke pelukan lo, itu berarti dia emang tercipta buat lo bright”

“gue hancur…”

“iya….tau kok, pasti berat rasanya ya….setelah ini lo harus berubah menjadi lebih baik lagi, kita semua tahu tak ada manusia yang sempurna, tak ada manusia yang luput dari dosa, dan semoga setelah ini lo jadi pribadi yang lebih baik lagi ya”

Bright hanya diam, sudah tak terhitung ia mendengar perkataan seperti itu.

“gue mau pulang” ucap bright pelan.

“mau gue anter? Lo kayaknya lagi banyak pikiran gini”

“makasih, tapi gausah, gapapa kok”

“yaudah yok absen dulu sama gue”

Bright mengangguk dan setelahnya bergegas munuju parkiran fakultas psikologi untuk segera pulang kerumah.

***

Selama perjalanan bright hanya diam, ia ingin menangis dan meluapkan semua kesedihannya namun ia tak bisa, seperti ada sesuatu yang menggajal tenggorokannya untuk berteriak dan meluapkan semua bebannya.

traffic light sedang menunjukkan warna merahnya, mobilnya berhenti bersama lautan mobil lainnya yang berbondong-bondong untuk segera pulang setelah lelahnya bekerja.

Selama angka-angka merah itu terus berkurang tiap detiknya, ia menoleh ke kursi mobil disebelahnya, disana ini bisa melihat winata yang kadang tersipu malu ketika ia menyebrangkan tanganannya, ia bisa melihat winata yang sedang asik mengoceh menceritakan semua pengalaman dan hari-harinya, lebih dari segalanya, bright bahkan bisa mendengar suara win saat ini, sangat nyata ataukah hanya halusinasi belaka, perlahan bayang-bayang win kini berganti menjadi win yang tengah menangis dan setelahnya ia menghilang dari pandangan bright, sungguh bright sedang disergap perasaan bersalah yang teramat sangat dan kesedihan yang sangat sakit untuk ia rasakan.

“win…” panggil bright lirih, nafasnya tercekat seakan ingin menangis namun ia tak bisa.

“please don’t leave me like this…..something’s gone terribly wrong, you’re all I wanted”

“I’m haunted win….i’m haunted”

Bright akhirnya menangis di traffic light, benar jika ia terlah terhantui, ia dihantui oleh semua kesalahan yang ia buat pada winata, semua rasa sesal yang terus mengikuti dirinya kemanapun ia melangkah, kenangan buruk itu berlomba-lomba menghantui bright sampai ke titik dimana ia tak bisa menerimanya lagi.

Hatinya sakit mendapati kenyataan win tak akan lagi duduk berdampingan di sebelahnya, tak akan mendengar suaranya lagi, tak akan mendengar tawanya lagi, lebih dari segalanya, bright tak akan merasakan cinta winata lagi. Ia melamun sejenak melihat kursi kosong disebelahnya.

Tiiiiinnnnn

Bright masih diam

Tiinnnnnn

Bright tak bergeming

TINNNNNNN

Bright terkejut ternyata di depannya sudah kosong, lautan mobil tadi sudah melaju kedepan sana, dengan sigap bright menekan pedal gas dan langsung menuju arah jalan pulang, tak ia sangka kalau hidupnya akan sehancur ini sepeninggal winata.

***

Bright ada di dapur, ia sedang membuat kopi, sudah beberapa hari ini ia tak ingat kapan terakhir ia sarapan, kapan terakhir ia makan siang dan kapan terakhir kali ia makan malam, mereka sudah tak ada dalam list kegiatan rutinnya.

Ia sudah tak peduli dengan makan-makanan yang ada di lemari pendinginnya, ia tak memiliki selera untuk menyantapnya, baginya hanya kopilah yang bisa menemani kesepiannya lima hari terakhir, dalam kurun waktu itu juga bright mati-matian untuk tak melakukan kebiasaan buruknya, ia ingin berubah untuk winata, sampai sore tadi win mengatakan padanya bahwa ia harus berubah untuk dirinya sendiri, iya, bright mau mencoba berubah untuk dirinya sendiri saat ini.

Baginya hanya kopilah yang bisa membuatnya terus terjaga, ia tak mau terlelap karena ketika ia tidur hanya ada bayangan dirinya yang menyakiti winata hari itu, semuanya berubah menjadi sebuah mimpi buruk yang terus mengikuti dan menghantuinya.

Senja sudah berganti malam, terangnya digantikan oleh gelap yang menyesakkan, didapur bright melihat winata yang sedang membuatkan bubur untuknya, ia bisa melihat senyum manis mahasiswanya itu, setelahnya ia berjalan di ruang tamu, disana ia melihat dirinya tengah bersantai bersama winata malam itu, mereka sedang asik bergurau sambil makan nasi goreng yang ia pesan kala itu, kala hujan menjebak winata untuk tak pulang dan bermalam disini menemaninya, sekarang? Hanya sepi yang tertinggal disini, bright perih mendapati kenyataan bahwa peran winata sangatlah besar dalam hidupnya, bahkan rasanya tiap sudut dikota ini akan selalu mengingatkannya pada winata.

Betul kata win hari itu, bahwa tiap derit bangunan tua memiliki kisahnya, dan kali ini kisah bright dan winata ada didalamnya bersama semua memori masa lampau untuk ia simpan dan ia kenang.

Kini ia ada di ambang pintu kamarnya, disana ia bisa melihat dirinya memeluk winata ketika tidur, si manis tertidur di dadanya dan dirinya memeluk si manis dikala malam hujan saat itu, ia tersenyum kecut menertawai dirinya yang tak akan lagi merasakan cinta winata, tak akan merasakan kasih sayangnya.

Bright menghabiskan secangkir kopi hitam yang ia bawa dari dapur, setelahnya ia naik ke ranjang dan menambil ponselnya di laci bersama sebuah surat berwarna coklat diatas sana, terlihat ada sebuah sobekan disurat itu pertanda kalau telah dibaca olehnya, bright hanya mengambil ponselnya dan mengabaikan surat itu.

Ia membuka galerinya, penuh dengan foto-foto bersama winata disana.

tentang tiap pekan yang mereka habiskan untuk menyusuri semarang dan membuat memori baru, tentang sebuah kisah dimana mereka masih bersama dan saling menjaga, ia tersenyum melihat dirinya dan winata yang terlihat bahagia dan senyum yang mengembang disana, 180 derajat dengan keadaan seperti sekarang ini, sangat berbanding terbalik dengan apa yang telah mereka lalui seminggu terakhir ini, semuanya seperti terasa asing dan tak nyata untuk bright percaya.

“win…” lirihnya, tersenyum melihat kenangan-kenangan indah itu.

“jika suatu hari nanti aku akan lupa, bagiku kau satu-satunya hal yang akan ku ingat, jika bagimu suatu hari foto dan kenangan kita hanya tersisa hitam dan putih, namun bagiku mereka masih berwarna, bahkan rasanya aku ada ditengah samudera warna yang tiap warnanya mengingatkanku padamu”

Ia membuang nafas yang serasa semakin berat ia rasakan.

“I was playing back a thousand memories and thinking ‘bout everything we’ve been through, maybe I’ve been going back too much lately when time stood still and I had you”

Ia berbicara pada dirinya sendiri, bertanya dan menjawabnya sendiri. Ia mencoba mengingat semua momen indah itu, disana ia tersenyum.

“when i said ‘nothing gonna change not for me and you, then before I knew how much I had to lose’, mungkin bukan kamu yang berubah win, tapi mas yang berubah dan menyebabkan ini terjadi….bodoh memang, mas tak beryukur saat itu”

Bright terisak dalam sesaknya nafas yang ia rasakan, semua memori itu datang dan menghantuinya dan menenggelamkannya pada penyesalan tak berujung.

“if you out there, if you’re somewhere and if you moving on. I’ll be waiting for you ever since you’ve been gone…..”

“if this was a movie, you’d be here by now”

Tangsinya pecah menyadari bahwa memang selama ini winata yang membawa warna baru dalam hidupnya yang kelabu dan sekarang ia kehilangannya.

“jika memang ini jalannya…..mas akan coba win”

Disana bright berairmata, ditemani sepi yang semakin menjadi-jadi yang akan menemaninya setiap hari, nyatanya perpisahan ini membawa luka yang luar biasa hebat untuk bright adalah fakta yang tak bisa ia tepis, meski ia tahu dirinyalah pemicu mengapa semua ini bisa terjadi.

***

Jika ini sebuah mimpi buruk Maka semuanya akan hilang ketika aku terjaga Jika ini hanyalah sebuah lamunan Maka semuanya akan hilang ketika aku tersadar Perihnya Ia bukan Ini kenyataan yang harus aku terima dan rasakan.

***

if we love again i swear i'd love you right i'd go back in time and changed it but i can't i'd go back to december turn around and change my own mind i go back to december all the time

***

Semarang, 20 Desember 2019 Bright dan sesalnya