Kias


Apa yang bisa diharapkan dari hubungan cinta antara kedua lelaki? Tak ada, semuanya seperti bom waktu yang menunggu meledak dan menghancurkanmu hingga kau tak lagi percaya bahwa cinta yang berbeda itu nyata.

Hidup di Negara yang menjunjung tinggi norma dan etika di masyarakat, dimana hanya ada lelaki dan perempuan yang pantas mendapat persetujuan hingga jenjang pernikahan, tak ada negosiasi dan penolakan.

Memangnya apa yang bisa dilakukan? selain menyimpan hubungan rapat-rapat seperti sebuah aib. Menyembunyikannya pada dunia bahwa kau berbeda, bahwa kau tak akan bisa memberi tahu pada dunia betapa kau mencintai dan mendamba walau sesama lelaki, tidak, dunia tidak sebaik itu.

Lalu bagaimana dengan mereka yang berbeda? Apakah mereka percaya pada secercah cahaya yang tak pasti itu? Apakah mereka mempercayai bahwa hubungan mereka akan berhasil layaknya sepasang kekasih yang akan menua bersama? Sepertinya mereka percaya pada cahaya fana itu, mereka pegang dan percayai untuk menghibur diri. Menghibur diri dari kepastian akhir, bahwa hubungan itu tak akan berhasil.

Lantas langkah mereka berhenti di ujung lorong yang gelap dan dingin, bahwa takdir membisikkan kalau perpisahan sudah ada didepan mata, bahwa mulai sekarang langkah mereka sekarang saling berlawanan tak lagi saling beriringan.

Bagaimana dengan semua kisah dan memori yang pernah tercipta? Semua kisah itu berhenti ditempat, ia tertinggal jauh dibelakang seperti polaroid usang, hingga akhirnya mereka saling melepaskan dan meninggalkan.


Meta POV

Tentang janji kita dan selamanya.

Tentang semua tawa dan duka yang pernah kita lalui bersama membuatku percaya bahwa abadi itu nyata.

Namun secara perlahan mereka berbisik kepadaku bahwa ketidakpastian itu benar adanya, meski sejak awal aku percaya bahwa kita tak akan pernah terpisahkan, namun karaguan itu mulai hinggap di benakku.

Dan aku mulai sadar dan melihat semuanya bahwa senyum dan tawa itu tak hanya untuk kita, bahwa duka itu tak lagi kita bagi bersama.

Lalu aku bertanya pada diriku sendiri “sampai kapan hubungan ini akan terus berlanjut? kemana hubungan ini akan berlabuh? Bukankah sejak awal harusnya aku tahu bahwa tak ada masa depan untuk hubungan seperti ini?”

Hingga kita sampai ke persimpangan jalan, dimana aku harus berbalik dan berjalan berlawanan darimu, dan dari situ aku belajar melepasmu, meski berat, meski aku tak pernah menginginkannya namun aku harus karena aku tak memiliki pilihan lain.

Dan aku teringat, sebelum aku melangkahkan kaki untuk pergi, aku berbisik padamu “bisakah kau terus mengingatku?” dalam perihnya hati aku terus berharap kalau suatu hari di kehidupanku selanjutnya mungkin cinta akan berpihak kepadaku.

Jika kalian berfikir mengapa aku melakukan ini, aku akan menjawab, memangnya apa yang bisa di harapkan? Tak ada kawan, aku melakukan ini untuk kebaikannya, bukankah ia harus menikah? Dan pastinya bukan denganku yang berlagak baik didepan keluarganya namun dibelakang aku mencintainya.

Mentari terbit dari timur menuju ufuk barat tiap harinya, dari pagi, siang dan malam, musim dan tahun berganti.

Sama dengan musim dan tahun yang terus berganti, kita tak lagi ada, janji kita sudah tertinggal dibelakang sana.