One Last

Tags: ⚠️, 🔞, bxb,Smut but make it angst, Adult Content, Brightwin, Short Oneshot, Hurt, Leaving.


Estetika Wahid Apartmen 09:10 Pm

“Tapi saya cinta sama Bian tante.....”

“Lalu kalau hanya mengandalkan cinta apakah kalian akan menikah? Apa kalian sudah gila? Apa kamu kira saya tak menginginkan keturunan?”

Win dipukul telak, semua yang dikatakan Tante Davika adalah benar adanya, cintanya pada Bian memang sangat besar namun tetap saja tak akan bisa memungkiri fakta bahwa mereka adalah dua orang lelaki yang tak akan memiliki keturunan jika hubungan mereka dilanjutkan.

Air matanya tak bisa ia kendalikan, beberapa pengunjung cafe melihat ke arah meja mereka karena ingin tahu dan menerka-nerka apa yang terjadi.

“Jangan memulai cerita sedih disini, bukankah hidupmu sudah menyedihkan dengan menjadi benalu bagi Bian?”

Win menggeleng.

“Gak tante, sa.... saya sudah bekerja”

Waiter? Kamu kira sederajat dan setimpal dengan anak saya? Sadar Win..... Ini bukan dunia dongeng, Bian pantas mendapatkan yang terbaik buat dia”

Lagi, Win di pukul telak... Selama ini memang Bian yang membantunya, bahkan ketika ia sudah bekerja ia tetap tinggal di apartemen milik Bian.

“Bukankah kamu berpikir sudah cukup menjadi benalu bagi Bian tiga tahun terakhir? Apakah kamu tak ingin membalas budi atas kebaikan anak saya?”

Win tertunduk mendengarnya, ia mati-matian menahan tangisnya yang semakin terasa perih.

“Ini.... Tinggalkan Bian secepatnya, kamu harusnya tahu diri kamu itu siapa”

Davika menyerahkan sebuah amplop coklat yang berisi uang, uang transportasi untuk Win segera pergi menjauh dari cintanya.... Cinta pertamanya yang membuat dirinya percaya kalau ia dibutuhkan di dunia ini.

“Saya gak mau.....”

“Saya tak akan melakukannya...”

“Saya tak akan meninggalkannya...”

“Bian....” Panggilnya lirih

“Biannnn” Lebih keras ia rasa

“BIAAAANNNN”

ia menjerit keras dan membuatnya membuka mata, putih itu perlahan-lahan menjadi atap apartemen mereka.

“Iya sayang? Kenapa hmm? Aku baru pulang lembur”

Jawab Bian yang datang dari dapur dengan membawa segelas air putih.

Win menggeleng, yang tadi bukanlah sebuah mimpi saja, namun memang pembicaraannya dengan Tante Davika di cafe dekat tempat kerjanya tadi siang.

Win melirik ke tas kecilnya di atas nakas, di dalam sana terdapat amplop coklat yang ia terima dari tante Davika.

“Kamu mimpi apa hmm? Bangun tidur kok nangis?”

Lagi – lagi Win menggeleng, ini pertama kalinya ia berbohong pada Bian.

“Aku kangen kamu Bi, mau peluk”

Ujar Win dengan hati remuk redam, apakah ini sebuah perpisahan? Bian memang pantas memdapatkan yang terbaik, dan itu bukanlah dirinya.

Mau kalian meneriakkan pada dunia kalau cinta mereka baik-baik saja namun nyatanya tidak, ada kesenjangan yang luar biasa antara Bian dan Winata, dari faktor ekonomi, pendidikan hingga latar belakang yang kontras, mau kalian memaksakan hubungan seperti itu pada akhirnya akan kandas di tengah jalan juga.

Karena sejatinya hubungan yang baik bukanlah tentang kamu dan dia semata, namun kamu juga harus menerima dan diterima oleh keluarganya, itulah hal yang tak mereka punya, Win tak di terima oleh keluarga Bian, tentu saja.... Ini bukan sebuah kisah dongeng yang semuanya akan berjalan mulus dan lancar hingga akhir, rasa-rasanya langit bisa runtuh kalau keluarga Bian berkata 'Ya' dan menerima Win sebagai bagian dari keluarga mereka.

Bian tersenyum dan mendekat memeluk Winata, kini ia sudah mengganti pakaiannya yang tadinya seragam kantoran menjadi menggunakan kaos tanpa lengan dan celana pendek yang membuatnya nyaman.

“Kamu manja banget, kenapa huh?”

Ujar Bian sembari membelai puncak kepala Winata yang ada di perpotongan lehernya.

“Aku..... Rindu Bii, iya aku rindu”

Aku akan rindu pelukan ini Bii, sebelum aku pergi, sebelum semua warna pergi dan hidupku menghitam lagi.

Winata terisak dalam peluk Bian.

“Ssstttt, kamu kenapa nangis hmm? Ada masalah di kerjaan?”

Tanya Bian yang langsung menangkup pipi Winata dan menatap mata indah itu. Sangat menggemaskan di mata Bian.

Lagi-lagi Winata menggeleng.

Aku tahu kamu tak suka dibohongi Bii, namun maaf kali ini aku harus berkali – kali berbohong di hadapanmu, aku janji.... Ini yang terakhir.

“Lalu kenapa nangis hmm? Aku udah ada disini loh, katanya beberapa hari lalu kamu kangen? Ini aku udah ada disini sayang”

Bian mengecup kedua mata Winata yang sudah basah oleh air mata, ia mengirimkan kasih sayangnya dari kecupan singkat penuh ketulusan itu.

“Tante Davika gak marahin kamu Bii?”

Alis Bright mengernyit mendengar pertanyaan yang terlontar dari bibir kekasihnya.

“Mama? Kamu tau gak? Ini sulit di percaya sih Taa..... Mama yang nyuruh aku kesini nemuin kamu malahan, biasanya kan gak di bolehin kan? Apa ini artinya mama udah bisa nerim kamu ya Taa”

Ujar Bright berbinar-binar menebak-nebak mengapa sang mama mengizinkannya menginap disini, padahal biasanya tak akan dibolehkan.

Winata tahu apa yang terjadi.

Iya Bii, kamu di bolehkah karena ini terakhir kali aku akan bertemu denganmu Bii, this is the last time Bii, i'm so sorry.

“Iyakah?”

Winata berpura-pura tak tahu dan memalsukan senyumnya.

“Iya sayang, ahhhh semoga saja ini menjadi pertanda baik ya Taa”

Ujarnya dengan mata berbinar-binar seakan Bian bisa melihat masa depan mereka, tanpa Bian tahu kalau harapan itu telah pupus dan mati di hati Winata.

“Bii....”

Panggil Winata lirih, jika ini perpisahan.... Maka ia akan melakukannya untuk yang terakhir kalinya.

“Iya? Kenapa sayang?”

Bian meminum segelas air yang ia bawa, beberapa tegukan dan ia memberikan sisanya pada Winata untuk menghabiskan air mineral dingin yang ia bawa dari dapur.

Make love with me tonight

“Uhuk-uhuk”

Bian sampai tersedak di buatnya, tak biasanya Winata meminta lebih dahulu, bahkan jika di ingat – ingat ini adalah pertama kali Winata meminta untuk bercinta dengannya.

Are you sure?

Win mengangguk dan mendekatkan wajahnya ke wajah Bian.

Ciuman itu terjalin begitu saja saat keduanya memejamkan mata.