JeJeJJ

Forgive

National Palace of Raikan 09:10 am

Metawin ada di sana, melihat altar yang akan menjadi saksi bisu akhir dari kisah dan penantiannya, dilihatnya lagi seluruh kursi undangan yang telah berjajar rapi, karpet merah yang terbentang indah sangat sayang untuk di tapaki jejak kaki, semua dekorasi indah ruangan ini tak luput dari pandangan metawin, ada sebuah rasa dihatinya saat ini, rasa haru tak terbendung yang selalu membuat matanya berkaca-kaca, hari dimana hidupnya tak akan sama lagi, seperti mimpi yang menjadi nyata, orang biasa yang dipilih calon raja untuk dibawa ke pelaminan mengikat janji suci nan skaral.

Ada juga sebuah rasa sesal dan sedih, menyadari sang ibunda tak ada disini melihat hari bahagianya, menyadari sang bunda tak sempat menimang cucu pertama dari kakaknya justru membuat hati metawin perih, lamunannya terhenti ketika ada sosok yang tiba-tiba membuka pintu masuk, membuat cahaya sang surya menembus ruangan yang telah di rias demikian rupa, metawin membawa pandangannya kesana, ia kenal sosok itu, ia mengenalnya sebanyak perihnya luka lama yang terus berusaha ia obati.

Gigie berdiri disana diikuti Popa Gun, win sepertinya paham kalau Popa Gun pasti berusaha mencegah Gigie untuk masuk kedalam ruangan dan menemuinya, namun sepertinya Gigie lebih dulu membuka pintu pembatas itu, disana Gigie tersenyum, kali ini berbeda, senyumnya manis dan penuh arti.

Gun melihat metawin seakan menunggu perintah Calon Mate sang Raja ini, win yang paham hanya tersenyum memberikan jawaban, ia mengizinkan Gigie untuk masuk kedalam ruangan sakral ini, win berfikir tak mungkin gigie datang tanpa ada maksud dan tujuan.

Gigie yang paham telah diberikan izin langsung berjalan masuk dan duduk di sebelah metawin.

“hai win, long time no see, you look great, handsome as always” ujar gigie memberi pujiannya pada win.

“hai kak, kak gigie juga cantik seperti biasanya, ada apa? Maksud win, jauh-jauh dari GMM datang ke Raikan ada apa? Ada yang mau disampein ke kak brian?”

“engga win, malah ada yang mau kak gigie sampaikan ke kamu”

“iyakah?”

“iya, kak gigie datang kesini mau minta maaf atas segala kekacauan yang kak gigie buat di masa lampau, kak gigie paham dan sadar mungkin kamu sulit maafin kak gigie, tapi aku bener-bener menyesal atas perbuatan kak gigie di masa lalu win, sekarang aku sadar kalau kalian memang telah diciptakan dan di takdirkan bersama, aku sadar kalau dulu aku memang sejahat itu, sejak aku kehilangan brian, aku banyak berfikir, kenapa? Ada apa? Apa yang salah? Dan aku udah dapat jawabannya, kalau memang aku bukan ditakdirkan untuk mendampingi brian, tapi kamu win….” Gigie mengambil jeda ditengah monolognya.

Dilihatnya lekat-lekat mata metawin agar ia percaya kalau dirinya telah berubah.

“maafin kak gigie win, yahhh…..tentang maaf itu hak kamu mau maafin kak gigie atau enggak…tapi win, kak gigie menyesal, sesal sebanyak hari-hari yang kak gigie habiskan dengan rasa kesepian, jadi…hari ini kak gigie datang kesini, untuk menjadi salah satu saksi pernikahan kalian, saksi perjuanganmu dan brian untuk bisa bersama, kak gigie sudah bisa ikhlas, kak gigie udah melepaskan dan merelakan segalanya dan memilih untuk berdamai dengan diri sendiri dan masalalu, jadi win…gimana?”

Win tersenyum setelah mendengar penjelasan panjang lebar dari gigie, ia bisa merasakan ketulusan bercampur sesal disana.

“kak, win sudah maafin kak gigie sebanyak win telah berjalan untuk terus melangkah kedepan, win sudah maafin kak gigie jauh-jauh hari bahkan tanpa kak gigie datang dan memintanya kak, win juga sadar bahwa setiap kejadian dalam hidup pasti ada alasan dan hikmahnya, win belajar banyak sejak hari itu, belajar untuk mengenali diri win lebih jauh lagi, belajar untuk menghargai diri win sebelum win bisa menghargai orang lain, belajar untuk mencintai dan menyayangi diri win sendiri sebelum siap mencintai kak brian lagi…..”

diraihnya tangan gigie, di genggamnya untuk mengahantarkan banyak rasa maaf bahkan tanpa kata.

“sejak hari itu win kira hidup win sudah berakhir kak, sampai win sadar dan melihat sekeliling win, kalau dunia masih terus berputar, kalau kehidupan masih terus berjalan walau kehilangan terbesar yang kita rasakan, dititik itu win sadar dan memilih untuk memaafkan, memaafkan semuanya yang telah terjadi, merelakan semua yang telah berlalu dibelakang, win memilih berdamai dengan diri win sendiri, meski untuk menyembuhkannya nyatanya sangat lama, bahkan sampai hari ini masih terasa perihnya, but yeah…..win sudah maafin kak gigie jauh sebelum hari ini kak, win maafin kak gigie sebanyak win memaafkan diri win sendiri, sebanyak usaha win untuk bangkit dan berjuang lagi hingga bisa di titik ini”

ujar win penuh dengan perasaan, rasa yang ia hantarkan melalui ucapan dan sentuhan tangannya pada jemari gigie.

Gigie yang mendengar semua penuturan itu menangis, ia paham diantara milyaran manusia kenapa hanya win seorang yang pantas bersanding dengan brian, ia sadar kalau win memiliki jiwa yang besar, dan mengetahui kenyataan itu membuat gigie semakin menyesal atas tindakannya di masa lalu.

“kak its ok, jangan nangis nanti win ikutan nangis loh kak, katanya kak gigie datang di hari bahagia win sama kak brian kan? Udah…jangan nangis ya? Nanti win sedih lagi” win mencoba menenagkan gigie yang tengah menagis

“ka…kak gigie bahagia win…makasih udah maafin kak gigie…makasih win” gigie memeluk win erat-erat, tangisnya pecah saat memeluk insan yang berhati besar ini.

Dibiarkannya gigie memeluk tubuhnya, membiarkan putri dari GMM itu tenang dan dapat mengontrol emosinya kembali, setelah dirasa tenang win menarik dirinya, dilihatnya mata gigie yang memerah karena menangis.

“jadi…..setelah perang dengan Nadao 3 tahun lalu, sekarang Raikan tambah maju ya win” kata gigie mengalihkan pembicaraan yang sesaat tadi serasa menguras emosi.

“iya kak, papi newwie yang menjabat setelah daddy pergi, win yakin semuanya akan baik-baik saja kak”

“syukurlah win, kak gigie juga yakin kamu bisa jadi mate yang bijak, sama bijaknya seperti papi newwie”

BRUAKKKKKK

Pintu altar terbuka lebar, menampilkan Brian yang nafasnya terengah-engah disana, ia berlarikah setelah memarkirkan mobilnya menuju kemari? Brian langsung berlari menuju metawin, namun ekor matanya menangkap sosok perempuan yang tak ia suka, sosok perempuan yang menghancurkan segalanya di masa lalu.

“ngapain lo kesini? Bukannya lo gak diundang?” tanya brian ketus

“bri…aku kesini atas kemauanku sendiri, aku minta maaf ke win dan ke kamu juga soal kejadian di masa lalu, aku datang kesini mau jadi saksi pernikahan kalian, aku datang kesini sebagai gigie yang baru bukan gigie di masa lalu bri” jelas gigie.

Brian melirik win sebagai isyarat bertanya, dan win malah tersenyum manis dan memberikan anggukan, dari senyum manis itu brian paham kalau win sudah memaafkan gigie seperti win memaafkan kesalahan daddy nya di masa lalu.

“yaudah ….yuk katanya mau ketemu daddy?” ajak brian memegang tangan win dan menggenggamnya erat, seakan sedang pamer kemesraan di depan gigie.

“ah iya…kak gigie, win pergi dulu ya sama kak brian, mau ketemu daddy dulu” pamit win di tengah dirinya yang di seret brian menuju pintu keluar, meninggalkan gigie yang tersenyum senang melihat brian telah didampingi orang yang tepat.

Mereka menuju pintu keluar, berjalan mantap meninggalkan altar menuju tempat sang daddy untuk meminta restu dan persetujuan sebelum saling mengikat dalam janji suci pernikahan.

Classical Conditioning

Senin, 3 Agustus 2019 08:02 AM

“selamat pagi”

ucap bright seraya membuka pintu. Semua mata mahasiswa tertuju padanya, wajah-wajah terkejut terlihat jelas disana, suasana kelas yang sebelumnya ramai bak pasar kini sunyi seperti kuburan, wajah terkejut juga jelas terpatri di wajah Win, mimpi apa ia semalam harus satu lift dengan dosen killer perfeksionis dan sialnya Dosen muda itu masuk kedalam kelasnya.

“pa….pagi pak bright”

jawab win yang duduk di depan.

Bright masuk kedalam ruangan dan langsung menuju meja dosen.

“jadi….hari ini saya yang akan menggantikan pak Gawin mengajar, mata kuliahnya apa Mix?”

tanya bright random kepada siapun yang di litanya, sialnya Siwi (Mix) lah yang mendapat pertanyaan itu.

“modif pak” jawab mix cepat.

“modif apa? Kamu kira ini bengkel? Mau modif apa kamu di sini? Yang lengkap kalau jawab, win? Mata kuliah apa dan mau belajar apa kita pagi ini?”

seperti yang Win duga, ia akan menjadi bulan-bulanan Dosen muda ini, pasalnya Bright tahu kalau Win nyaris saja terlambat dan Bright tak suka dengan mahasiswa yang tidak on time.

“modifikasi perilaku pak, dan pagi ini presentasi materi pengkondisian klasik Pavlov” jawab win tenang walau detak jantungnya masih tak beraturan.

“ohh…….pagi ini presentasi? Yaudah disiapkan segera, siapa yang presentasi pertama?”

“sa…saya pak, maksud saya kelompok saya yang presentasi pagi ini” jawab win terbata di awal, ia tahu kalau ia salah sedikit saja maka fatal akibatnya.

“kelompokmu win? Yaudah segera disiapkan”

jawab bright seraya berdiri dari duduknya dan segera berjalan menuju kursi kosong paling belakang, begitulah Bright, ia tipe dosen yang akan membiarkan mahasiswanya untuk presentasi dan melakukan interaksi dengan audience daripada harus di depan kelas dan membuat mahasiswa terintimidasi dengan mata elangnya.

Win, Love, Puim dan Mix kini tengah sibuk mempersiapkan presentasi mereka, mulai dari laptop, proyektor hingga pengeras suara yang akan mereka gunakan.

“win win, gue moderator aja ya win” bisik love yang segera mengambil pengeras suara untuk membuka sesi presentasi.

“gue…gue yang pegang laptop aja, gue yang mindah slide” bisik Puim yang langsung menuju kursi dosen dan duduk disana menghadap laptop yang sudah di sambungkan ke layar proyektor.

“lah gimana sih….pematerinya? katanya mau dibagi rata?” bisik win pada ke tiga temannya.

“udah lo aja win, otak lo kan encer, pasti lo udah baca-baca juga kan?gue..gue notulen aja deh kalo ada yang nanya biar gue yang nulis”

jawab mix tak kalah berbisik, seakan mereka berempat memiliki dunianya sendiri di depan kelas, tanpa sadar kalau sedari tadi Bright memperhatikan mereka yang asik berbisik-bisik ria.

“asik ya bisik-bisik nya? Saya suruh kalian presentasi di depan teman-teman kalian, bukan malah bisik-bisik di depan, mau di mulai tidak?”

ucap Bright dari belakang yang langsung memecah keheningan di kelas sekaligus membuah ke empat mahasiswa ini pucat dan berkeringat dingin.

“maaf pak, saya mulai saja ya sesi pembukaannya” jawab love dengan menggunakan pengeras suara.

“gausah pake pengeras suara, audience akan diam kok, bagi audience yang kedapatan berbicara saat kalian presentasi di depan, akan saya suruh maju menggantikan kalian presentasi materi Pavlov ini”

titah Bright bagai perintah untuk semua mahasiswa yang menjadi audience agar menutup mulutnya rapat-rapat saat presentasi berlangsung.

“selamat pagi teman-teman, kami kelompok satu akan mempresentasikan materi tentang pengkondisian klasik atau classical conditioning dari tokoh Isaac Pavlov, materi akan disampaikan oleh teman kita…Winata”

ujar love membuka sesi presentasi dan mempersilahkan win sebagai pemateri untuk menjelaskan.

Win langsung maju di tengah-tengah kelas, ia tak melihat ke slide presentasi karena memang ia yang mendesain, pun disana hanya ada poin-poin yang berisi kata kunci untuk membantu metawin me-recall ingatannya tentang materi presentasi pagi ini.

“pagi teman-teman, jadi yang akan kita presentasikan kali ini tuh teori pengkondisian klasik dari tokoh Isaac Pavlov….”

“beliau di kenal dengan eksperimennya menggunakan anjing untuk membuktikan teori belajar, jadi ketika anjing diberikan suatu stimulus buatan yang dikombinasikan bersamaan dengan stimulus alami dan dilakukan secara terus-menerus maka stimulus buatan maka akan menghasilkan respon yang sama dengan stimulus alami…”

win berhenti mengambil nafas seraya melihat wajah teman-temannya yang seperti kebingungan.

“gini deh….aku sederhanain, jadi ketika anjing diberikan makanan, maka secara otomatis mulutnya akan menghasilkan liur, nah ketika ditambahkan dengan sebuah suara bel…maksudku ketika sebelum makanan tersebut diberikan, kita memberikan sebuah suara bel/lonceng, dan hal itu lakukan terus berkali-kali sehingga anjing tersebut akan belajar bahwasannya ketika ada suara bel/lonceng maka otaknya akan secara otomatis berfikir ia akan mendapatkan makanan dan mulutnya akan memproduksi liur, nah sampai di bagian akhir dari proses ini tuh….ketika kita hanya membunyikan bel tanpa memberikan makanan pada anjing…maka anjing tersebut akan memproduksi liur lebih banyak karena mengira dengan bunyi bel tersebut ia akan diberi makan….”

“sampai sini paham kan?”

tanya win pada teman-temannya di depan, penjelasan win nyatanya memang mudah di serap teman-temannya karena memang ia sederhanakan sehingga mudah di pahami.

“coba dong pak winata, bisa kasih contoh lain? Biar temen-temennya lebih paham lagi diluar kepala” ujar Bright memanggil Win seolah win adalah dosen dikelas ini.

“Gini deh…jangan Winata…Mix? Kasih contoh lain selain anjing yang memang sudah basic dipakai” perintah Bright.

Mix nampak terkejut, ia tak tahu harus menjawab apa karena ia tak paham dengan materi ini.

“eh….iya…ummmm iya pak”

jawab Mix kikuk, ia melirik win meminta pertolongan, namun apa daya audience yang diam membuat win tak bisa membisikkan sepatah kata apapun pada Mix, yang terdengar hanyalah suara AC yang berhembus membuat ruangan semakin dingin.

Dua menit sudah Mix terdiam, tak ada jawaban di otaknya untuk sekedar ia ucapkan, ia benar-benar buntu kali ini dan hal tersebut membuat Bright jengah, ia tak suka dibuat menunggu jawaban dari mahasiswanya.

“kenapa kok diam? Gak bisa jawab? Love? Puim? Jawab” perintah Dosen muda itu pada kedua anggota kelompok yang terdiam di depan.

Love dan Puim yang diberi pertanyaan lemparan itupun juga tak kalah terkejut, pikirannya blank yang ada hanya panik dan cemas.

“kok gak ada yang jawab? Gak ada yang bisa ngasih contoh? Coba audience siapa yang bisa ngasih contoh?” lempar Bright pada audience.

Tetap saja hanya sunyi dan sepi yang ada di kelas itu, tak ada audience yang berani menjawab.

“loh kok ga ada yang bisa jawab? Berarti penjelasan win tadi gak jelas dong buat kalian? Jelas gak?” tanya bright lagi yang sudah mulai naik darah

“Jelas pak” jawab mahasiswa secara serentak.

“kalau jelas harusnya kalian bisa ngasih contoh, coba siapa yang bisa ngasih contoh? Satu aja gausah banyak-banyak, ambil di kehidupan sehari-hari kalian” tanya bright pada seisi kelas.

Win tahu kalau ia tak menjawab kali ini maka habislah satu kelas akan kena amarah dari Dosen muda itu, maka dari itu ia mengacungkan tangan.

“saya pak” ucap win memecah keheningan yang sekaligus langsung menjadi pusat perhatian satu kelas.

“kamu lagi? Yaudah gapapa cepat kasih contoh”

bright menyedekapkan tangannya sambil melihat win yang ada di depan kelas.

“eummmm….kehidupan sehari-hari ya…..”

“ahh…gini….kalian pasti tahu tukang baso yang keliling pake gerobak kan? Yang ciri khasnya pake suara magkok itu, tahu kan? Nah ketika tukang baso itu lewat dengan bunyi dentingan dari suara mangkok dan suara abangnya itu sebagai stimulus alami dan stimulus buatan, apabila dilakukan dan dikombinasikan secara berkali-kali maka ketika kita hanya mendengar suara dentingan mangkok..kita akan langsung berfikir bahwa itu adalah tukang baso yang lewat, tanpa kita harus mengecek…karena itu adalah hasil dari belajar berkali-kali sehingga otak kita akan merekam dan mengingat kalau ada suara dentingan mangkok yang lewat…kita akan langsung menyimpulkannya sebagai tukang bakso…”

“kira-kira seperti itu…” tutup win.

Audience hanya diam menyimak apa yang win jelaskan barusan, sedangkan Bright hanya mengangguk-anggguk.

“boleh juga…tapi masih ada yang kurang tepat sedikit, hati-hati membedakan antara UCS (unconditional stimulus) dan CS (conditional stimulus) tapi saya suka contohnya karena benar dari kehidupan sehari-hari kita. Yasudah presentasi ditutup”

perintah Bright yang langsun di respon Love sebagai moderator.

“baik teman-teman, sekian presentasi dari kami, presentasi kami tutup. Terimakasih”

tutup Love yang langsung membereskan perlengkapan presentasi di meja dosen dan kembali ke kursi masing-masing bersama Win, Mix dan Puim.

“Oke….sedikitnya seperti itu tentang teori Pavlov, coba siapa yang bisa menyimpulkan? Win?”

Bright langsung menghardik Win, ia tak mau membuang-buang waktu pada mahasiswa yang kiranya tak bisa menjawab pertanyaannya, jadi ia langsung menunjuk Win agar menyimpulkan presentasi pagi ini.

“ah..iya pak, eummm kesimpulan dari teori belajar Pavlov ini tuh sederhananya bahwa semua pembelajaran itu terjadi melalui interaksi individu dengan lingkungan dan lingkunganlah yang membentuk perilaku individu”

jawab win mencoba menyimpulkan materi presentasinya.

“exactly….jadi temen-temen tolong di inget apa yang dikatakan Winata, kalau perlu di catat, nah sekarang kumpulkan laporan yang pak Gawin suruh buat minggu lalu, akan saya koreksi sekarang” kata Bright.

Hal tersebut membuat satu kelas tercengang, pasalnya Bright adalah Dosen yang perfeksionis dan sangat teliti akan tata tulis, bahkan hanya salah satu titik saja tak akan di-acc oleh dosen muda itu.

Mau tak mau satu persatu mahasiswa maju kedepan untuk mengumpulkan laporan yang akan menjadi ajang coret mencoret bagi Bright.

Good Morning

Bright yang sengaja mengulur-ulur waktu untuk masuk dalam kelas, kini sudah bersiap-siap untuk bergegas, dengan kemeja putih dan kacamata yang tersimpan rapi di kantong kemeja membuat Dosen muda ini tampak lebih stylish.

Harusnya hari ini dia mengajar pukul 10:00, namun karena Gawin rekan sejawatnya sedang berhalangan datang dan meminta untuk menggantikannya mengajar, Bright tak memiliki alasan lain untuk menolak.

Ia keluar dari ruang Dosen untuk segera naik ke lantai 3 dimana para mahasiswa sudah berada di dalam ruangan untuk melakukan kegiatan perkuliahan, suasana kampus sudah sepi karena mahasiswa kelas pagi biasanya sudah masuk kedalam kelas 15 menit sebelum perkulaiahan dimulai.

Bright masuk kedalam lift, tombol angka 3 sudah ia tekan, pintu lift mulai bergerak menutup hingga 1 tangan asing masuk dan otomatis membuka pintu lift kembali ke posisi semula.

Seorang mahasiswa yang sebenarnya sudah Bright sering lihat karena ia tak sengaja beberapa kali berpapasan dengannya di ruang Asdos.

“pagi pak Bright, maaf ya pak saya ikutan naik lift ini”

ujar mahasiswa itu seraya kembali menekan tombol agar pintu lift segera tertutup dan membawa mereka di lantai yang sama.

“pagi win, ke lantai 3 juga?”

“iya nih pak, mata kuliah pak Gawin, takut kalau sampai terlambat”

jawab win tenang seraya melihat kearah pintu, sebenarnya ia merasa canggung karena harus satu lift dengan dosen.

Bright hanya diam dan menganggukkan kepalanya, ia tahu kalau mahasiswa ini akan menjadi anak ajarnya di dalam kelas nanti, fakta kalau mahasiswa di kelas dan termasuk win tak mengetahui kalau Gawin sedang berhalangan dan akan ia gantikan membuat Bright geli sendiri, membayangkan bagaimana ekspresi mereka, Gawin yang terkenal sebagai Dosen yang santai dan tak mau ribet kini digantikan oleh dirinya yang terkenal Dosen muda killer dan Perfeksionis.

TINGGGGG

Pintu lift terbuka, yang terjadi selanjutnya adalah win yang bergegas keluar untuk menuju ruang kelas.

“saya duluan ya pak, mari” ucap win sebelum meninggalkan Bright yang masih terlihat santai di dalam lift, membiarkan mahasiswa itu masuk kedalam kelas lebih dulu sebelum ia membuat satu kelas terkejut.

***

Dari luar pintu, suara ribut mahasiswa-mahasiswa yang ada di dalam ruangan sudah terdengar, bukan rahasia umum lagi setiap mata kuliah yang Gawin ampu akan dientengkan oleh para mahasiswa karena pembawaan Gawin yang santai dan friendy, berbeda ketika mata kuliah yang diampu oleh Bright, kelas akan serasa seperti kuburan dan sunyi, hanya suara AC saja yang terdengar karena memang semenakutkan itu ketika Bright mengajar hingga semua mahasiswa patuh pada Dosen muda itu.

Win membuka pintu dan langsung masuk kedalam untuk segera bergabung bersama kelompoknya, disana ada Love, Siwi, dan Puim yang sudah cemas menunggu kedatangan win. Mengingat kelompok mereka lah yang akan presentasi pertama dikelas.

Suasana kelas semakin ramai dan tak terkendali bisingnya, suara mahasiswa yang memekakan telinga seolah ruang kuliah ini kedap suara, namun nyatanya tidak, diluar pintu ada Bright yang sudah siap membuka pintu dan melangkah masuk.

Suara tawa dan percakapan mahasiswa pagi ini lebih bising dari biasanya hingga…..

“selamat pagi” sapa bright.

The War

perbatasan sektor 5 dan 6 pukul 23:30

mereka semua sudah sampai disana sejak senja tadi, sampai di tembok tebal tinggi menjulang yang menjadi pemisah antara sektor 5 dan 6, dibalik tembok kokoh ini ada ratusan tentara Nadao dan beberapa petinggi nadao yang sedang berpesta pora merayakan kemenangan mereka melawan Raikan, tanpa mereka tahu kalau win telah merencanakan suatu strategi.

Malam itu langit sangat cerah, tak ada awan yang menutupi indahnya sang luna yang tengah purnama memancarkan cahaya, malam ini juga terasa sangat tenang, seakan dunia dan langit akan menyetujui dan menjadi saksi peperangan yang sebenarnya akan terjadi.

“win, bentar lagi semuanya akan dimulai, kamu jangan jauh-jauh dari kak bri ya? Tetep di samping kak bri” ujar brian memegang pundak metawin.

“iya kak, win sama kak bri terus kok. Gausah khawatir”

jawab win sekenanya, saat ini ia fokus menimbang-nimbang keberhasilan rencananya ini, rasa sakit dan dendam yang meminta untuk segera di ledakkan membuat metawin sangat benci dengan gerombolan orang di sektor 6 sana.

Mereka ada di pangkalan militer yang tempatnya dekat perbatasan itu, yang mereka lakukan adalah menunggu pesawat tanpa awak itu datang dari distrik inti dan melewati sektor 5 dan 6 langsung menuju nadao.

Sungguh detik-detik ini adalah detik-detik yang sangat mendebarkan untuk pihak Raikan, berbeda dengan pihak nadao yang tengah asik berpesta pora merayakan kemenangan sementara mereka atas daerah konflik dan sektor 6 hasil perang.

Ditengah tenangnya sektor 5, dengan cahaya sang luna yang memandikan dunia malam ini, dari ufuk barat terdengar suara mesin pesawat, win mendengarnya dan ia tahu kalau sekarang adalah waktunya. Pesawat tanpa awak yang berjumlah 30 pesawat itu terbang melintas di langit sektor 5 dan sektor 6 langsung menuju nadao.

Pihak nadao yang melihat pesawat tanpa awak itu langsung kebingungan dengan situasi yang terjadi di tengah pesta besar mereka, pesawat itu menuju nadao dengan tujuan membangunkan warga sipil yang tengah terlelap mimpi dan membuatnya di evakuasi sesegera mungkin oleh militer yang tersisa disana. Itu adalah rencana metawin yang pertama.

“loh loh…..kok…perintahin semua militer kita buat siap-siap perang. CEPAT!!” teriak Nevvy yang melihat pesawat itu sudah menghilang dari pandangan mata.

Dengan begitu disaat semua angkatan militer nadao tengah bersiap untuk kembali ke tanah air mereka, saat itulah gerbang tembok perbatasan antara sektor 5 dan sektor 6 dibuka, menampilkan ribuan army memakai mobil perang satu persatu masuk ke sektor 6 untuk melakukan gerilya, untuk membuat tentara nadao menyerah karena telah mempora-porandakan sektor 6.

Win dan brian yang ada di bagian tengah memberi perintah pada tentara yang mereka pimpin.

“SEBISA MUNGKIN JANGAN ADA PERTUMPAHAN DARAH !!! AMBIL SEMUA SENJATA MEREKA DAN PAKSA MEREKA MENYERAH DENGAN DAMAI” teriak metawin di HT nya yang menyambungkan komunikasi ke semua mobil perang raikan.

Sungguh kedatangan militer raikan dengan jumlah yang sangat banyak langsung memukul militer nadao secara telak, tak berhenti disitu, setelah satu persatu militer nadao di taklukan oleh militer raikan secara paksa.

Puluhan pesawat dengan awak dan senjata muncul dari ufuk barat langsung menuju nadao, menyusul pesawat tanpa awak yang menjadi kecohan metawin terhadap tentara nadao yang tersisa di sana.

Dari dalam mobil, metawin bisa melihat disana ada nevvy dan Minnie yang bergegas menuju mobil militer mereka untuk segera melarikan diri ke Nadao.

“kak itu nevvy sama Minnie, kita harus tawan mereka kak”

ujar win semangat, kali ini tujuannya tak hanya untuk merebut kembali sektor 6 yang sudah menjadi rumahnya, namun juga merebut nadao dari pemerintahan diktator yang selama ini selalu meresahkan beberapa kerajaan seperti pattaya dan raikan.

Brian membanting stir untuk mengejar mobil itu, mengejarnya hingga masuk ke daerah konflik yang mana sudah hancur dan pora-poranda beberapa hari lalu. Mereka telah memasuki area konflik ini, area yang bukan lagi milik nadao ataupun raikan, wilayah yang menjadi perebutan dua kerajaan bertahun-tahun lamanya.

Mobil brian mengejar dengan sangat cepat, mengemudikannya seperti kesetanan. Pasalnya ia melihat Minnie wakil senatnya yang ternyata berkhianat padanya dan pada kerajaan raikan.

BRUKKKKKK

Mobil yang dikendarai brian menabrak bagian bemper belakang milik nevvy dan Minnie. Brian menabrakkannya seolah tak ada metawin di sebelahnya, ia tersulut emosi. Pun juga dengan metawin yang dengan muka ketakutan dan pucat harus menahan rasa takut dan gugupnya di tengah gerilya malam secara dadakan ini, meski ia tahu di sektor 6 kini telah berbalik posisi menjadi miliknya, tujuan selanjutnya adalah menaklukan nadao.

BRUAKKKK

Lagi-lagi brian menabrakkan mobilnya ke bemper belakang milik nevvy dan Minnie, tanpa mereka tahu dan mereka sadari kalau aksi kejar-kejaran itu telah berjalan jauh hingga masuk ke wilayah nadao.

ketika mobil nevvy masuk kewilayah nadao,wilayah teritorialnya dan wilayah rumahnya, matanya di paksan melihat bagaimana Nadao telah pora-poranda dengan hujan bom dari ratusan pesawat raikan, matanya di paksa melihat bagaimana gedung-gedung pemerintahan di hancurkan dengan sekejab, melihat bagaimana api dan ledakan ada dimana mana, ia takut dan marah di saat yang sama, setidaknya ia tahu bagaimana perasaan metawin ketika sektor 6 telah di hancurkan oleh nadao.

Anehnya tak ada warga sipil yang terlihat, dimanakah mereka? Apakah sudah diungsikan? Dengan kecohan pesawat tanpa awak metawin tadilah militer nadao mengambil antisipasi untuk segera mengungsika warganya di tempat yang aman, meski win yakin tak semuanya dapat di evakuasi.

Mobil nevvy melaju kencang meninggalkan mobil brian dan metawin yang jauh tertinggal di belakang. Namun ada yang menarik perhatian brian, disana ada sosok yang dikenalnya kini tengah turun dari pesawat tempurnya, iya, itu adalah tawan daddynya. Dengan secepat mungkin brian melajukan mobil menuju sang raja disana.

“dad….kok disini? Ngapain?” tanya brian setelah membuka kaca mobilnya, menampilkan dirinya yang dengan ekspresi serius , juga memperlihatkan muka pucat metawin yang terlihat shook dengan adegan kejar-kejaran tadi.

“loh bri…kok sampe sini? Kenapa gak di sektor 6 aja? Disini siapa yang lindungin kalian? Daddy ngirim pasukan elit buat jagain kalian, kok malah kalian yang ke nadao” tanya tawan panjang lebar, pasalnya pasukan elite yang metawin bawa dari distrik inti tadi adalah suruhan tawan untuk menjaga pangeran dan calon matenya ini.

“brian ngejar nevvy dad, gimana rencana disini lancar dad?” tanya brian pada tawan dengan ekspresi ingin tahu seberapa jauh strategi metawin berjalan.

“lancar bri, warga sipil papi lihat udah di evakuasi, jadi minimalisir korban jiwa, petinggi di sini juga sudah satu persatu di taklukan, ya tinggal satu putri yang belum, si Nevvy” ujar tawan menerangkan.

Jadi, ketika mencekamnya perebutan sektor 6 tadi, di nadao juga menjadi medan perang oleh raikan, bedanya kali ini win tak memberi kesempatan Nadao untuk menyerang balik, itulah mengapa rencana ini dijalankan tengah malam di tengah lenanya manusia dalam mimpi, itulah mengapa metawin membutuhkan pesawat tanpa awak yang ia gunakan untuk mengecoh militer di sektor 6 dan nadao, hasil dari hal itu warna sipil di nadao segera di evakuasi dan di ungsikan oleh pemerintah setempat tanpa bisa memukul dan menyerang balik kedatangan pesawat penuh bahan ledakan dan peluru yang akan menghancurkan dan mempora-porandakan nadao hingga menjadi lautan puing-puing tak berharga.

“yaudah brian kejar nevvy sama win ya dad” ujar brian yang segera akan menutup kaca mobil.

“daddy ikut, ga ada yang jagain kalian disini” jawab tawan yang langsung membuka pintu belakang mobil, ia langsung masuk dan duduk disana untuk menjaga dua orang cikal bakal penerus kerajaan raikan ini.

Brian mengangguk sebagai jawaban, ia kembali menginjak pedak gass dan menuju ke satu-satunya bangunan pemerintahan yang masih berdiri kokoh disana, ia yakin kalau nevvy ada disana bersama dengan Minnie sang penghianat.

Dalam perjalanan menuju gedung itu, metawin melihat bagaimana negri yang pernah ia kunjungi untuk melakukan mediasi dua tahun lalu ini hencur dan runtuh, sungguh di lubuk hatinya sebenarnya ia tak tega melakukan ini, tapi kembali lagi, hanya dengan rasa sakitlah manusia akan belajar dari kesalahan, hingga hal itu terjadi pada orang itu, ia akan paham apa arti sakit dan penderitaan yang sebenarnya. Ia berjanji akan membawa perubahan pada nadao suatu hari nanti.

Tak terasa mobil ini telah sampai di satu-satunya gedung yang masih berdiri kokoh di nadao ini, mereka satu persatu keluar dari mobil dan bersama mengendap-endap menuju dalam bangunan ini, menempel pada tembok untuk berjaga dan membaca suasana disini.

“kak kita gabawa senjata apa-apa kak, apa gak terlalu berisko?” tanya win yang berada di belakang punggung brian.

“makanya kamu di belakang kak bri aja ya, dad gimana?” tanya brian pada tawan yang ada di depannya.

“daddy ke arah timur, kamu bagian barat. Sisir dengan teliti, gak perlu ada pertumpahan darah, cukup buat dia menyerah secara paksa aja”

ujar tawan menjelaskan dan langsung berjalan meninggalkan metawin dan brian untuk melakukan penyisiran terakhirnya.

Brian dan win yang diberi perintah seperti itu juga langsung bergerak menuju arah barat bangunan ini, menyisir satu persatu tempat dan pintu di setiap ruangan ini.

Mereka menyisir satu persatu pintu hingga ke lantai teratas, langkah mereka terasa semakin berat seiring suara ledakan-ledakan di luar sana, hingga mereka sampai di salah satu pintu, brian mendengar seseorang sedang berbicara dan karena hal itu brian langsung membuat isyarat pada win untuk diam dengan menempekan jari telunjuknya di bibir.

Mereka mengendap endap untuk mendengar pembicaraan itu.

“gimana nih nev, hancur semua gak di sektor enam gak di nadao semuanya hancur, gue gimana nev, gimana?” itu suara Minnie yang bertanya setengah ngotot pada nevvy.

“ya gimana goblok, gue juga ga tau kalo gini akhirnya, tinggal gue doang keluarga kerajaan yang tersisa disini, gue juga bingung min” jawab nevvy pasrah

“mana janji lo yang bakal kasih gue kebebasan? Mana janji lo yang bakal nampung gue di nadao? Kalo hancur gini gue tinggal dimana nev, dimanaaa?” jerit Minnie setengah frustasi.

“kalian bisa tinggal di raikan kalau kalian mau”

jawab brian secara mengejutkan muncul dari balik pintu itu, membuat nevvy dan Minnie terkejut, dalam refleknya nevvy mengambil dan menyembunyikan sesuatu di belakang tangannya.

“bri.......” nevvy seperti dikehabisan kata-kata, tak ada kata yang bisa terucap dari mulutnya.

Dari belakang brian muncul metawin, hal itu membuat nevvy merubah ekspresi dari terkejut menjadi bermuram masam.

“kak nevv bisa tinggal di Raikan kak, kita bisa atur kedua kerajaan ini dengan damai, gak ada perang dan pertumpahan darah lagi kak” kata metawin menjelaskan pada nevvy, tentu nevvy dalam hatinya menolak ajakan mentah-mentah itu.

“boleh kah win? Kak nevvy udah jahat sama kalian, bolehkah?” tanya nevvy dengan nada memelas yang terlihat dibuat-buat.

“tentu kak, boleh” jawab metawin dengan memberikan senyumnya.

“kalau boleh, boleh kita pelukan? Sebagai tanda damai kita? Sebagai awal yang baru yang akan dilakuka kedua kerajaan menuju kedamaian?” tanya nevvy

Reflek win melangkah maju namun langsung di tahan oleh brian, ia mencium hal yang tak beres disini.

“jangan win, kak bri masih belum percaya sama nevvy” ucap brian

“gak papa kak, Cuma pelukan tanda damai kok” ujar win menatap brian sangat dalam untuk meyakinkan sang pangeran.

Didapatnya brian yang hanya diam, win melangkah menuju nevvy, namun sebelum ia memberikan pelukan tulus tanda perdamaiannya, nevvy menampar metawin sangat keras hingga terhuyung jatuh kelantai.

PLAKKKK

“bajingan lo, bikin negri gue kaya gini, mati aja lo anjing!!!” teriak nevvy mengeluarkan sesuatu yang ia sembunyikan di belakang badannya sejak tadi.

Ia mengeluarkan sebuah belati tajam, ia memegang kedua belati itu dengan kedua tangannya dari atas kepala untuk menusukkannya pada metawin.

Brian yang melihat itu ingin segera berlari namun rasanya sia-sia jarak antara dirinya dan win terlalu jauh jika dibandingakan nevvy pada win

Win menatap nevvy dengan ekspresi ketakutannya, ia tak menyangka kalau nevvy memilih mengakiri perang dengan cara seperti ini.

“MATI LO BANGSAT” teriak nevvy yang langsung mengayunkan belati tajam itu.

“NOOOOOOOOOOO”

SLEPPPPPPPPPPPPP

Senja dan sunset

Sore ini mereka ada di pantai, duduk di atas batu karang besar bersisian melihat senja dan matahari yang sedang mengulur waktu pulang ke peraduan.

“langitnya indah ya bright, warnanya merah” win menatap bright yang ada di sebelahnya.

Senyumnya mengembang sepanjang perjalanan dari condo mereka menuju pantai ini.

“iya win, tapi tak seindah kamu” jawab bright membalas tatapan win dengan senyum tulusnya.

“ahahaha apaan sih bright, suka banget ngegombal ah”

respon win yang langsung membawa pandangannya ke arah ombak di depannya, ia tak bisa menatap bright lebih lama saat dia di goda seperti ini.

“hahaha tapi beneran win, bagiku senja dan sunset dibanding dengan kamu itu ga ada apa-apanya” terang bright

Win hanya diam melihat kedepan namun tetap mendengarkan, tangannya mencakar-cakar batu karang dengan pelan pertanda dia bingung untuk merespon.

“kadang ide seperti ini, ngajak kamu melihat senja dan sunset terdengar indah dah romantis bukan? Tapi bagiku win, walau tanpa senja, walau tanpa sunset, rasaku tak akan pernah berkurang Sedikit pun, aku tak butuh senja untuk membuatmu terpukau, aku tak butuh sunset untuk untuk menjadi saksi besarnya rasaku saat ini...... ” bright mengambil jeda.

” jadi....... Metawin Adinata, karena kita sedang ada disini, duduk di atas batu, menikmati senja dan sunset yang bersaksi, boleh kalau kita berciuman? Mungkin akan menajadi memori terindah sebelum tabung pasir ku habis”

tanya bright dengan sopan, tentu ia bisa saja memberi win kecupan itu tanpa bertanya, namun nyatanya ciuman dengan concent dan persetujuan adalah sesuatu yang berhasil membuatmu jatuh cinta lebih dalam lagi, lebih jatuh lagi, lebih mendamba lagi.

Win tak menjawab, ia diam dan mendekatkan wajahnya sebagai jawaban, pun bright yang semakin memangkas jarak diantara mereka, melakukan ciuman di pantai, di atas senja dan sunset yang sedang bersaksi adalah impian bright selama ini.

Ciuman yang semakin terasa nikmat di tiap detiknya, membawa dua insan ini semakin mendamba dan mencinta, ciuman penuh rasa diantara keduanya menjadi pengantar senja yang akan segera berganti malam, menjadi saksi bisu matahari yang pulang ke peraduan.

***

Aku melihatmu disini.

Tetap sama, tak berubah

Sudah 6 bulan sejak saat itu aku selalu datang menikmati senja dan sunset bersamamu

Kamu masih sama, masih suka menggodaku

Kamu masih sama, masih memenuhi hati dan fikiranku

Kamu masih sama, Bright Adiyasa yang aku cinta

Aku melihatmu di atas batu karang itu

Kamu menungguku? Maaf ya aku agak terlambat sore ini, tadi mama selalu ngelarang aku buat datang kesini padahal cuma disini aku bisa ngabisin waktu sama kamu, padahal cuma disini semua memori indah kita dan tempat yang menjadi saksi.

Aku melihat senja dan sunset itu lagi.

Masih tetap sama, tetap indah seperti dulu.

Warna merah senja dan suara deburan ombak ini sangat menenangkan fikiranku dari lelahnya menjalani hari.

Sampai malam menggeser senja yang indah itu, membawaku kembali ke kegelapan yang membutakan penglihatan.

Aku tak bisa melihatmu lagi

Aku tak bisa mendengarmu lagi

Aku tak bisa memeluk dan menciummu lagi

Kamu pergi seiring sunset dan senja di ufuk Barat sana

Kamu pergi disaat duniaku sudah berpusat padamu

Harusnya aku tahu kalau tabung pasirmu tak banyak lagi, pasir yang turun lambat namun seperti bom waktu yang menghancurkanku hingga titik yang tak bisa aku toleransi perih dan sakitnya.

'kamu tau gak win? Kenapa orang-orang baik yang kita sayang kadang lebih cepat perginya?'

aku masih ingat pertanyaan dari siwi saat itu, saat aku mengantarmu pulang menuju keabadian hari itu. Dan aku tak bisa menjawab pertanyaan itu, terlalu perih hanya untuk berucap sepatah kata. Aku cuma menggeleng saat itu.

' kalau kamu di taman, ada banyak bunga, bunga yang kayak gimana yang bakal kamu petik?'

Iya, siwi mengajukan pertanyaan lagi, namun lagi-lagi aku tak bisa menjawab, Suaraku hilang bersama Kepergianmu, wanna duniaku luntur dibawa pergi olehmu bright.

'yang indah dan yang bagus sih'

aku juga masih ingat, love hilang kaya gitu. Aku juga akan setuju padanya.

'pun begitu dengan bright, dia bunga terindah di taman itu, tuhan lebih sayang sama dia' jelas siwi.

Sekarang aku sadar, jika memang begitu. Kenapa aku harus sedih? Kamu bunga terindah yang ada ditaman itu kan? Tapi mengapa tuhan mengambilmu begitu cepat dariku? Bukan cuma dia aja yang sayang sama kamu, aku juga sayang bright, aku juga cinta.

Aku tak punya apa-apa lagi disini, yang kupunya hanyalah doa yang selalu aku panjatkan untukmu setiap hari, setiap kali aku membuka mata hingga terlelap lagi.

Berharap sesekali kamu datang menyapaku di alam mimpi, mengingatkanku bagaimana kita seharusnya, menyegarkan memori yang dulunya hitam putih menjadi berwarna lagi.

Ah...... Sudah terlalu malam disini bright. Angin laut sedang tak bersahabat Terasa dingin, lebih dingin lagi sejak tak ada pelukmu. Aku pamit pulang ya? Besok aku kembali lagi disini, mengingat dan merawat ingatanku saat bersamamu. Mengisi dan terus mengisi tabung pasir itu sekali lagi hingga kau tak akan pernah pergi lagi.

Aku pulang bright Aku Metawinmu Metawin adinata

Bali Penghujung senja di bulan desember.

Untuk kamu yang sedang berjuang. Cr: M. Rianna

Hai ini JeJe

Hai untuk kamu yang sedang berjuang, berjuang demi diri sendiri, demi keluarga, dan demi masa depan. Untuk kamu yang lagi stress di kerjaan, lagi putus asa, lagi gelisah, lagi gundah nunggu pengumuman sbm. Pasti kalian deg-degan ya? Pasti kalian gundah dan gelisah ya? Takut pasti kalau hasilnya gak sesuai sama. Ekspektasi mu ya?

Aku mau ngasih tau sesuatu ke kalian nih, apapun hasilnya nanti, apapun itu. Dengerin aku ya, aku mau nyampein sesuatu ke kamu.

Untuk kamu yang ada disana. Iya kamu yang sekarang sedang berjuang. Aku ingin bilang kalau aku bangga banget dengan kamu dan apa yang sudah kamu lakukan sampai saat ini. Aku tahu itu bukan sesuatu yang mudah untuk bisa melewati Apa yang sedang kamu hadapi Saat ini.

Apalagi ketika hidup memberikan ujian demi ujian. Tapi dibalik semua itu kamu masih tetap tegar. masih tetap berdiri menatap awan bangkit dan berjuang lagi.

Aku bangga dengan kamu. dan aku harap kamu pun bisa merasakan rasa bangga itu. karena tidak semua orang sekuat kamu, tidak semua orang setegar itu, jangan terlalu kejam terhadap diri sendiri ya. Dan jangan terlalu menyalahkan diri kamu juga walaupun sekarang kamu masih merasa ragu.

Walaupun sekarang masih banyak banget pertanyaan di pikiran kamu. tapi percayalah suatu hari nanti kamu pun akan mengerti kenapa semua ini harus terjadi kenapa kamu harus melalui semua ini kenapa kamu harus merasakan rasa sakit ini?

Setiap duka memiliki sebuah makna. jadi jangan menyerah dan pasrah begitu saja. Kesulitan ini akan menjadi sebuah cerita yang bisa kamu kenal selamanya. masa sulit ini akan menjadi kekuatan untuk kamu melangkah di kemudian hari.

Aku tahu kamu mungkin lelah Aku tahu kamu mungkin merasa gundah, itu juga pernah aku rasakan karena aku pun juga manusia. kadang kita merasa beban hidup terlalu berat dan mungkin kamu memang benar.

Ada beban yang sebenarnya tidak perlu kamu simpan tapi terus-menerus kamu bawa dan itulah yang kadang memberatkan

Let Go and Let God ! Lepaskanlah beban itu dan biarkan Tuhan yang akan menuntun memberikanmu jalan yang terbaik Percayalah semua akan baik-baik saja.

Hai kamu yang sedang berjuang Aku ingin kamu tahu Apapun yang terjadi. Jangan biarkan perkataan orang menjatuhkanmu. jangan biarkan mereka menghancurkan mimpimu, apalagi masa depan. 1000 orang bilang kamu tidak bisa itu biasa. Biarkan saja, tapi kalau kamu sendiri bilang tidak bisa. disitulah kamu akan binasa.

lihat dirimu yang sudah bisa melangkah sejauh ini. begitu banyak hal yang sudah kamu lewati. Perjalanan berharga yang sudah membuatmu lebih dewasa, itulah yang membuat Saya bangga

Hai kamu yang sedang berjuang. Berjanjilah bahwa kamu akan terus berusaha jangan pernah berhenti ketika kamu lelah. tapi Berhentilah ketika kamu sampai di tujuan.

Tetap tersenyum walaupun tidak mudah. jangan lupa untuk bersyukur disetiap keadaan. kadang hujan badai memang terlihat gelap dan menakutkan. tapi ingatlah selalu akan ada pelangi yang datang dengan sejuta harapan. setiap doa dan usaha tidak ada yang sia-sia Yakinlah Semua akan indah pada waktunya.

Hai kamu yang sedang berjuang. Terima kasih ya karena kamu sudah tidak pernah menyerah Terima kasih kamu sudah selalu ingat pesanku belajar untuk ikhlas walaupun Tak Rela. belajar untuk bersyukur walaupun tak punya apa-apa belajar bangkit walaupun lemah belajar tenang walaupun hati gelisah.

Belajar untuk bersabar walaupun itu sukar. belajar menata hidup kembali walaupun luka masih belum pulih.

kamu tidak sendiri. Yuk kita sama-sama bangkit. lagi kita sama-sama coba lagi. sama-sama berjuang lagi. karena suksesmu hanya Tinggal selangkah lagi.

doa saya untuk kamu yang membaca tulisan ini semoga hidupmu penuh arti. semoga Damai Selalu bersemayam di hati. Semoga kesehatan, kesuksesan, kebahagiaan selalu menyertai, dan Semoga Tuhan selalu memberkati.

Apapun hasilnya nanti, apapun itu, aku mau kamu terima dengan hati yang lapang ya? Selamat dan bersyukurlah kalau kamu berhasil. Tetap sabar dan tegar kalau yang terjadi tak sesuai dengan ekspektasi, yuk kita sama-sama saling menguatkan. Ada pelajaran di setiap kejadian, aku mau kamu bisa lihat dari sudut pandang itu.

Love.

JeJe 💕

Perjalanan itu terasa sangat lama bagi brian, mengemudikan mobil dari tol Semarang langsung menuju Jakarta menjadi tujuannya sore ini.

Bukan tanpa alasan ia pulang secara mendadak dan meninggalkan pekerjannya pada Mike dan Krist, pasalnya kelinci kesayangannya kini tengah gelisah di condo dengan ranjang dingin yang ada disana.

Mobil itu melaju kencang ditengah langit Semarang yang sedang mematangkan senjanya yang ranum menggoda mata.

Meninggalkan segala hiruk pikuk lelahnya pekerjaan Brian di Semarang dan dengan semangat yang membara bak api yang tersulut bensin ia memasuki kawasan Jakarta.

sungguh berbeda keadaannya semarang yang kini telah petang, sesampainya dijakarta ia disambut oleh hujan badai yang sangat keras, angin bersaing dengan rintik hujan menjadi semakin menggila menangisi ibukota, atau malah hujan dan angin itu sedang bekerja sama untuk membuat suasana Jakarta menjadi lebih dingin dari biasanya.

tunggu kak bri pulang sebentar lagi sayang, sabar ya

ujar brian di pikirannya

Mengingat beberapa jam yang lalu Metawinnya sempat megirimkan pesan singkat yang mengatakan kalau submisivenya itu sedang ingin melakukannya, tentu membuat pikiran Brian melayang kemana-mana, mana mungkin ia akan fokus bekerja sedangkan kekasihnya asik menggodanya bahkan secara sengaja mengajak Brian untuk melakukan video call, video call yang Brian yakin tak sekedar video call secara umumnya dan Brian tak bisa dengan itu, ia tak puas kalau hanya melihat Metawinnya yang sangat menggoda hanya dari layar virtual.

Mobil itu membelah badai di tengah Kota Jakarta, melaju menuju condo mereka berdua, condo yang menjadi saksi bahagianya Brian selama 3 tahun terakhir, bahagianya memiliki metawin, bahagianya memiliki pujaan hati yang selama ini menjadi pelipur laranya.

Meski ia tahu kalau metawin adalah seorang penulis, penulis bermacam-macam genre bacaan tak terkecuali menulis sesuatu tentang pengalaman sexnya menjadi sebuah cerita yang berhasil dibungkus dan diulas rapi agar bisa dibaca dan dinikmati banyak orang.

Ia sampai di apartemen ini, meski disambut dengan hujan dan langit hitam mendung yang berlomba-lomba membuat Jakarta menjadi lebih dingin dari biasanya, nyatanya Brian tak masalah akan hal itu, ia melangkah memasuki apartemen ini untuk segera menuju condo mereka, menuju pintu yang menjadi pemisah jarak antara dirinya dengan sang pujaan hati.

ah pasti win terkejut kalau aku pulang malam ini, sedang apa dia? Sudah tidurkah? Mungkin karena dingin pasti win sudah tidur pakai selimut

begitulah pikir Brian.

Tanpa ia tahu didalam kamar itu ada Metawin yang sedang gelisah diatas ranjang, pasalnya ia sedang ingin melakukannya dengan Brian, namun apa daya sang kekasih sedang berada diluar kota untuk melakukan pekerjannya.

Pikiran metawin penuh dengan imajinasi kotornya dengan brian, tentang bagaimana mereka melakukan itu saat pertama kali, tentang bagaimana hebatnya brian memeberikan sex terbaik dan ternikmat yang pernah ia rasa, tentang seberapa tampannya brian hingga berhasil meluluhkan hatinya, tentang sesuatu yang ada di pangkal paha Brian yang sukses membuat Metawin bergerak-gerak gelisah memikirkan sesuatu yang nakal, berfikir akan bermain dengan mainan barunya yang ia beli tanpa sepengetahuan Brian.

Ia membelinya bukan tanpa alasan, karena Brian kadang terlalu sibuk dengan pekerjaannya hingga lupa kalau ia memiliki kewajiban untuk memenuhi nafkah ranjang Metawin, sungguh metawin sedang seingin itu hingga ia membeli mainan itu.

Disisa kewarasannya, metawin memutuskan untuk melakukannya, bermain-main dengan dildo yang ia beli, ia penasaran dengan sensasinya, akankah sama nikmatnya ketika ada Brian disini? Akankah sama penuhnya saat Brian memasuki dirinya? Akankah sama hangat dan kerasnya dengan milik Brian ketika ada dalam dirinya?

Ia benar-benar penasaran hingga tanpa sadar ia sudah beringsut dari ranjang, mengenyahkan dingin yang menusuk kulit, dingin antara pendingin ruanagn dengan sensasi lembab hujan nyatanya tak dapat melegakan kegerahan dalam diri Metawin, badannya panas butuh melakukan pelampiasan dan pelepasan.

Ia menuju lemari besar itu dan segera mencari-cari sesuatu didalamnya, mencari-cari dengan teliti kesana kemari mencoba menemukan barang yang ia cari, barang yang sengaja ia timbun dengan beberapa pakaian agar Brian tak dapat menemukannya.

ah ini dia ketemu

jerit Metawin dalam hati ketika menemukan barang yang ia cari, sesuatu yang berbentuk penis itu benar-benar ia beli, bahkan ia mencari ukuran yang hampir sama dengan milik brian. 20 cm sungguh bukan ukuran yang kecil untuk Metawin terima dari Brian.

Dibawanya benda itu dan ia berjalan menuju nakas di sebelah ranjang, ia mencari sesuatu yang Brian simpan disana, sesuatu yang penting dalam melakukan percintaan mereka berdua diatas ranjang, sesuatu itu adalah lubricant.

Ia ingat beberapa waktu lalu ketika mereka sedang belanja di mall, Metawin lah yang memilih lubricant dengan wangi yang ia sukai ini.

Meski dengan penampilan good boy dan terkesan polos, nyatanya didalam dirinya tersimpan sifat nakal dan jalang yang hanya ia keluarkan ketika bersaama Brian.

Setelah didapatnya dua benda itu, Metawin langsung membawa dirinya diatas ranjang, duduk diatas selimut yang sesaat tadi menghangatkan dirinya yang sebenarnya tidak kedinginan, justru ia merasa kepanasan dengan nafsu yang perlahan membakar tubuhnya ini.

Dilepaskannya satu persatu pakaian yang menempel ditubuhnya. Dimulai dengan melepaskan kaos yang ia pakai, hingga memperlihatkan tubuh telanjang bagian atasnya, sungguh indah.

Dengan kulit putih sehat nan bersih lengkap dengan lekukan otot tipis yang memperindah manuasia ini masih dilengkapi dengan dua noktah warna pink yang sangat disukai brian itu, ah nyatanya seluruh yang ada dan menempel di badan metawin menjadi pusat berhatian Brian selama ini.

Setelahnya dilepas juga celana pendek itu, celana yang hanya menutupi setengah dari paha putih nan mulus itu menyisakan kain fabric yang menutupi bagian privasi dirinya itu.

Metawin tak langsung melepasnya, yang dilakukannya adalah menyentuh bagian dirinya dengan gerakan sensual sembari menutup mata seolah menikmati rangsangan yang ia berikan sendiri pada tubuhnya, di sentuhnya kulit leher itu, ia bawa perlahan menuju dadanya, sangat pelan hingga menimbulkan friksi kegelian dan membuat darahnya berdesir menandakan nafsunya sudah mulai memuncak.

Di remasnya dada itu satu persatu, kanan kiri secara bergantian untuk memberikan sensasi luar biasa pada badannya, hingga ia menyentuh puting itu, puting pink itu metawin cubit pelan hingga membuat dirinya kegelian sendiri.

“akkkhhhh..emmmpphhhhh”

Metawin mendesah tertahan akibat permainan tangannya sendiri, sensasi yang ditimbulkan sungguh membuatnya merasa nikmat dan kegelian di saat yang sama.

Di putar dan dipilin kedua putingnya secara bersamaan agar memberikannya rasa nikmat itu, ia membayangkan kalau sekarang brian sedang asik mengerjai dadanya pasti brian akan menaklukannya tanpa ampun dan mengerjai dadanya hingga kulit putih itu menjadi kemerahan karena seorang dominan yang kehausan akan nafsu yang menuntut pelepasan.

Bayang-bayang Brian benar-benar hadir di tengah asiknya ia meremati putingnya, dengan mata terpejam metawin mendesah-desah seakan dia sedang bercinta dengan sang dominan di atas ranjang.

Ia membayangkan Brian sedang mencumbui dirinya sungguh pikiran metawin dibawa melayang entah kemana hingga ia berbuat senakal ini.

Setelah puas dengan bagian atas dirinya, kini metawin melepas satu-satunya kain yang menempel dibadannya, dilepasnya hingga tak bersisa.

Dibawanya tangan mulus itu untuk menggenggam kejantanannya yang sudah ereksi sedari tadi, di gerakkannya dengan tangan kanan kedepan dan kebelakang agar menimbulkan sensasi nikmat pada area privasinya itu, sedangkan tangan kirinya sibuk meremati dadanya.

Dengan mata terpejam, Metawin melakukan itu seakan bayang-bayang Brian hadir di dalam pikirannya, ia juga mendesah dan meracau tak jelas akibat rangsangan tersebut.

“eennghhhh…….ahhhh….ahh…kakkhh bri..anhhhhhh…..ahhh”

Win mendesah membayangkan Brian dipikirannya, rasa nikmat itu terus menjalar ditubuhnya seakan ingin mengahancurkannya pelan-pelan.

Setelah puas bermain-main dengan kedua spot sensitifnya, metawin menyudahi kegiatannya itu, ia tak sabar untuk ke permaianan utama.

Diambilnya dildo itu dan dioleskan dengan pelumas, sebanyak mungkin agar dapat meredakan perih yang mungkin saja akan terasa sebentar lagi.

Diletakkannya dildo itu di tengah-tengah duduknya, memasukkannya pelan-pelan seraya memejamkan mata, membayangkan ketika Brian sedang memasukinya, sungguh Metawin sedang seingin itu hingga ia berbuat sejauh ini.

“eemmmpphhhh…..ahhhhhhhh”

Metawin mendesah keras, merasakan inchi demi inchi benda itu memasuki dirinya, membayangkan penis Brian yang sedang memasukinya hingga terasa penuh dan sesak.

“emmmmppphhh….hemmmppphh….ahhhhh…agghhhhhh”

ia terus vokal seiring dirinya yang naik turun dalam duduknya memainkan benda itu, sungguh nikmat sekali ketika benda itu telah sampai di ujung sana, menyentuh titik yang nikmat itu hingga kakinya terasa lemas dibuatnya.

Suara hujan yang semakin deras di luar, kini berlomba-lomba dengan suara desahan dan erangan metawin saat ini, seperti berpadu menjadi friksi yang enak didengar oleh telinga, desahan sensual itu terus keluar seiring menggilanya Metawin menaik turunkan tubuhnya agar rasa nikmat itu semakin besar menerjang dan menenggelamkan dirinya pada lautan nikmat itu.

“ahh…ahhh …kak bri…enak kak…..ahhh lagi …ahhh…lagi kakkhhh”

win terus meracau membayangkan brian sedang menyetubuhinya, dengan mata terpejam kini kedua tangan itu ikut aktif meremati putingnya sediri, mencari-cari nikmatnya agar segera mendapatkan kelegaan itu.

Semakin dalam

Semakin cepat

Metawin merasakan nikmat itu, walau tak sebanding dengan persetubuhan yang Brian berikan, setidaknya malam ini ia bisa mendapatkan pelepasannya, begitulah pikirnya tanpa ia tahu kalau Brian sedang berada di luar pintu apartemennya.

“enghhhh….ahh….ahhh…enak…lagi…ahh…kakkkkk….genjot Win yang kuathh….ahhhhh”

Nikmat itu menghancurkan. Metawin sampai ke titik terdalam, membuat pikiran kotornya semakin menjadi-jadi, membuat nafsunya seperti disulut oleh api.

Ditengah asiknya ia menaik turunkan tubuhnya ia dibuat terkejut dengan suara seseorang, ia kenal suara itu, itu suara brian.

Dengan mata yang sedang tertutup apakah benar itu hanya imajinasi? Tidak, ini terlalu nyata untuk dikatakan sebagai sebuah imajinasi semata. Hingga….

“𝒉𝒊 𝒃𝒖𝒏𝒏𝒚….𝒓𝒆𝒂𝒅𝒚 𝒇𝒐𝒓 𝒚𝒐𝒖𝒓 𝒑𝒖𝒏𝒊𝒔𝒉𝒎𝒆𝒏𝒕?”

ucap Brian dengan suara baritonnya yang sukses mengagetkan Metawin dan langsung membanting dirinya di bawah selimut untuk menutupi apa yang sedang ia lakukan sesaat tadi.

Rasa-rasanya percuma Metawin menutupi dirinya dengan selimut itu, Brian melihatnya, melihat semuanya, melihat bagaimana jalangnya Metawin bermain-main dengan dildo itu, melihat bagimana lincahnya tangan metawin meremati dada dan putingnya sendiri, dan brian juga mendengarnya, mendengar bagaiman Metawin mendesah, meleguh dan mengerang, mendengar bagaimana Metawin menyebut namanya ditengah gilanya metawin memuaskan dirinya sesaat tadi.

“ka….kak Brian? Kok…pu…pulang…ngapain?”

Tanya Metawin terbata-bata, tentu saja ia malu dengan apa yang barusan ia perbuat tadi, bermain dengan dildo dan mengerang menyebut nama Brian sungguh metawin sedang malu saat ini hingga ia menyembunyikan wajahnya dibawah bantal.

“katanya tadi bunny nya kak Bri lagi kepengen kan? Taunya malah lagi asik main ya? Pake mainan apa tadi sayang? Sini coba kak bri lihat”

ujar Brian mencecar si manis dengan pertanyaan yang malah membuat Metawin semakin salah tingkah.

“enggg….anu kak…..jangan…jangan deket-deket…jangan kesini jangannnnn”

Metawin memarahi Brian, ia takut kalau sesaat tadi Brian tahu kalau ia asik bermain-main, padahal ia sudah tahu juga jawabannya kalau brian sudah melihat dan mendengar semuanya, tapi tetap saja ia malu.

“hushhhhhh its okay baby bunny, kak Bri paham kok…sekarang kak Bri udah ada disini kan? Mau kak bri bantuin?” tawar Brian pada metawin.

Tentu saja Metawin ragu, dengan keadaannya seperti ini, telanjang di atas ranjang dengan lilitan selimut menyembunyikan dirinya dan alat itu dari brian, bagaimana mungkin ia akan menerima bantuan Brian, yang ada ia semakin malu dibuatnya.

“enggak kak…gausah…udah kak Bri keluar kamar cepatt…win mau bersihin ini..keluar gakk…cepet keluar kakkkk”

jerit metawin heboh, sungguh bukannya Brian pergi, justru kini sang dominan langsung melepas jaketnya dan langsung menaiki ranjang.

Ia menarik selimut itu dengan sekali gerakan.

Menyibakkannya hingga selimut itu hilang entah kemana, memperlihatkan win yang telah polos disana, lengkap dengan mainan yang masih menancap disana.

Jelas Win menyuruh Brian pergi, karena ia pasti kesusahan untuk berjalan dengan alat itu masih menyumpal tubuh bagian bawahnya, namun sayangnya kesempatan itu pudar sudah.

Brian lebih cepat dan lebih gesit sehingga kini sudah ada diatas ranjang menelanjangi win yang sudah telanjang sedari tadi.

“wowwww……bunny nya kak Bri nakal ya sekarang? Bisa beli mainan kaya gini diajarin siapa sayang?”

tanya Brian dengan memberikan seringai penuh kemenangannya disana.

Seringai senang karena sekali lagi ia mendapati metawinnya yang bermuka polos dan lugu itu kini berubah menjadi bunny yang nakal dan jalang di saat bersamaan.

“eummm….kak Win malu huhuhu…kak Bri bisa keluar gak?”

tanya Metawin balik tanpa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh Brian.

“kakak bantuin ya sayang? Gapapa gausah malu, mau dapet ide buat naskah kan? Jarang loh ada bacaan yang pasangannya bantuin kamu keluar pake dildo, mau kan? Iyakan sayang?”

tanya Brian mencecar Metawin dengan cepat, sedangkan Metawin tak dapat memproses perkataan tadi dengan cepat karena benda itu masih menyumpalnya, sedikit banyak membuyarkan konsentrasinya kali ini.

Belum sempat Metawin menjawab, Bright langsung mengungkung submisivenya, menunjukkan dominasi tanpa celah dan dominasi absolutnya, seakan memberi tahu metawin bahwa dibawah kungkungan sang dominan seperti ini, ia tak memiliki daya dan kekuatan untuk menolak, seakan dalam diam Brian memberi tahu kalau ia tak bisa mendengar kata 'tidak' dan penolakan dari Metawin saat ini.

Mereka berciuman, lebih tepatnya Brian lah yang memberi ciuman dan cumbuan itu pada metawin, cukup tenang dan lembut penuh perasaan agar metawin yakin kalau Brian benar-benar melakukan ini karena rasa sayang dan tak akan menyakitinya.

“ummmm….emmpppppp”

Win mendesah sendiri, dengan ciuman yang terasa semakin panas dan semakin dalam seperti ini berhasil membangkitkan nafsunya kembali, ditambah dengan sumpalan di tubuh bawahnya membuat otak dan pikirannya ingin hilang fungsi saat itu juga, hanya menuntut dan memohon kepuasan pada Brian adalah hal yang ingin win lakukan saat ini.

Brian mencumbu metawin seperti musafir kehausan akan air, mencumbu seakan tak akan pernah puas, dengan perjalanan panjang dari semarang menuju Jakarta tentu Brian tak akan hanya mencumbu metawin, ia akan melakukan hal yang lebih jauh setelah ini, sangat jauh hingga menempatkan permainan ranjang mereka ke level yang lebih tinggi lagi.

Ditengah cumbuannya, Brian meremati dada metawin, bermain dengan dua noktah berwara pink itu, area kesukaan brian tentunya.

Ia meremas, memilin kekanan dan kekiri membuat metawin kegelian dan meremas sprei sebagai pelampiasan nikmat yang diberikan brian, bahkan saat ini kaki metawin ia lingkarkan di pinggang sang dominan, seakan ingin berkata kalau jangan berhenti dan jangan berhenti mengerjai dirinya.

PWAHHHHHH

Brian melerai cumbuannya, membiarkan bunny kesayangannya mengambil dan mengatur nafas sebelum ia bawa melayang jauh keatas sana.

“ah…ahhh…hah……emmmhhh….ahhh”

Win kesusahan mengatur nafasnya karena cumbuan Brian yang memang diluar nalar, Brian sangat ahli dalam permaian seperti ini.

“suka Win ?enak diginiin kak Bri?”

Belum sempat menjawab, Brian langsung menjilati leher Metawin, menjilat kadang juga ia sedot pelan untuk memberikan sesasi itu pada subisivenya.

“eenggghhh….kakhhh….ahhh…..eemmmpphhhhhh”

Win mendesah atas perlakuan dominannya yang terus-terusan memberinya rangsangan tanpa jeda.

Pun Brian yang menjilati leher indah Metawin menuju dadanya, di dada itu Brian melampiaskan nafsunya, melupakan Metawin yang masih tersumpal dibawah sana.

Ia menjilat dan menyedot noktah pink itu sesuka hatinya, berpindah dari kiri ke kanan atau kanan ke kiri semaunya karena memang kenyataannya itu memang hanya milik Brian dan hanya Brian yang boleh memeperlakukan dan mengacaukan Metawin seperti ini.

“enghhh….kak brihhhhh….ahhhh ….enakk..kakkhh…emmmppphhhh”

Mendengar erangan dan desahan metawin tersebut malah membuat Brian semakin liar, saking gemasnya kadang ia menggigit noktah pink itu membuat submisivenya meremas sprei lebih keras lagi.

Ia semangat sekali memberikan tanda-tanda cinta itu di dada Metawin, memberikan cupangan di setiap tempat yang Brian jilat dan ia sesapi kulitnya.

“ahhhh…kak…..win……..empphhh….kakhhh” erang metawin.

Seakan ia tahu kalau submisive tak kuat lagi diperlakukan seperti ini, Brian menyudahi kegiatan menandai submisivenya ini. Membiarkan Metawin terengah-engah menata nafasnya.

Brian bangkit dan berguling disebelah Metawin, di posisikannya kaki metawin mengangkang sedemikian rupa, memperlihatkan dildo itu yang masih menyumpal metawin sedari tadi, di saat ini, di detik ini Brian siap menunjukkan kalau permainan tangannya juga tak kalah hebat dan dapat membuat bunny kesayangannya ini keluar hanya dengan ketrampilan yang tangannya miliki.

“kak bri mulai ya sayang?”

tanya Brian agar win mempersiapkan dirinya untuk diberikan kepuasan mutlak oleh Brian.

Metawin hanya mengangguk dengan tangan masih meremas sprei untuk meredakan nikmat yang datang tanpa jeda dari dalam dirinya.

Brian memulai dengan menarik benda itu seakan ingin ia keluarkan, namun ketika akan keluar ia dorong lagi kedalam cukup pelan tak terlalu kasar namun nyaranya bisa membuat metawin mengerang tertahan.

“enggghhh….emmpphhh kakhhhh…..ahhhhh”

Win mendongakkan kepalanya keatas memandang langit-langit kamar mereka, seakan disana Metawin bisa melihat bintang dan alam semesta yang sedang berputar pada revolusinya masing-masing, sungguh metawin telah dibawa melayang entah kemana akibat nikmat yang terus menerjang dirinya.

Ditarik lagi benda itu oleh brian, setelahnya dimasukkan lagi.

“enghh…ahhh…kakhh…..lagihh…ahhhhh”

Win meminta lebih ternyata, ia ingin dibawa kesana, entah kemana nikmat itu berada, yang ia tahu hanya Brian yang bisa mengantarnya ke titik itu, ke tempat itu, ke nikmat itu.

Clok

Clok

Clok

Brian memasukkan dan mengeluarkan alat itu lebih cepat, lebih dalam, lebih intens.

Hal itu membuat Win semakin mendongakkan kepalanya keatas, punggungnya melengkung seperti busur panah dan nafasnya ia tahan sebagai tanda kalau gelombang kenikmatan itu tengah berlomba-lomba menenggelamkannya lebih dalam lagi hingga Win tak dapat kembali kepermukaan.

“ahhhh…kakh,….Win mau….ahhh…kakk….disitu ahhhh…..”

Win terus meracau ditengah nikmat yang terus menghancurkannya dari dalam.

“disini Win? Disini sayang? Huh enak ?enak diginiin sama kak bri? Suka sayang?”

Brian terus mencolok-colokkan alat itu kedalam metawin, agar si submisive mendapatkan puncaknya.

“yeahhhh..ahhh….ahhh…..aku…..aku…….win…kel…..AHHHHHHHHHHH”

Win menjerit sekeras mungkin ia bisa, kepalanya mendongak setinggi-tingginya, matanya memutar menyisakan bagian putihnya saja, tangannya mencengkram sprei kencang-kencang, kakinya bergetar dan lemas di saat yang sama.

Sungguh dahsyat pelepasan yang ia dapatkan kali ini karena Brian.

Sangat berbeda dengan permainan mereka yang lalu-lalu, kali ini tanpa Brian memasukinya nyatanya bisa membawa Metawin melayang sangat jauh sekali.

“ahh….hah……ahhh….udah kak…udah…Win capek…ahhhh”

ujar Win, Brian yang tahu kalau submisivenya telah mencapai pelepasan hanya dari permaianan tangannya kini tersenyum bangga.

Dikeluarkanya alat itu dari dalam metawin. brian meletakkannya di kaki ranjang.

“kok sampe beli begituan kenapa sayang? Hmm?”

tanya Brian seraya melihat ke netra yang lebih muda, ia ingin jawaban dari kekasihnya itu.

“eumm….Win…Win cuma mau coba aja kok kak. Iya win cuma mau coba-coba aja kok hehhehhhe”

jawab Metawin yang sebenarnaya ia bingung dengan jawabannya sendiri.

“kalau gitu sekang coba penis yang beneran yuk sayang? Mau kan?”

Brian berkata dengan menyunggingkan seyuman manisnya di akhir kalimatnya, seakan ia merayu dan menggoda metawin secara bersamaan agar mau bercinta dengannya, dalam artian benar-benar bercinta dengan penis Brian bukan dengan alat yang tadi metawin gunakan.

“tapi kak…Win kan udah …”

“hushhhhh….just do it okay?”

Rayu Brian, yang dilakukan Metawin adalah mengangguk, ia sadar kalau dominannya kini juga sedang dalam puncak nafsunya, sungguh egois jika ia membiarkan Brian tersiksa dengan keadannya yang sekarang.

Hujan yang tadinya deras kini sudah mulai reda, tinggal rintik-rintik kecil yang menghiasi langit malam dan piasnya lampu jalanan ibukota saat ini.

Brian yang masih menggunakan pakaian lengkap kemeja dengan celana kainnya kini beringsut dari ranjang, ia berjalan menuju kaca besar yang tertutup tirai.

Setelahnya brian membuka tirai itu lebar-lebar mempersilahkan cahaya lampu jalanan yang dengan lancang menembus kaca bening itu, sungguh indah Jakarta setelah terkena badai tadi, suasananya tenang dan sepi, hanya tersisa rintik hujan tipis-tipis yang berkolaborasi dengan cahaya lampu membuat suasana kini semakin syahdu.

Brian berjalan menuju ranjang, meninggalkan tirai yang dibuka lebar-lebar tersebut, mengubah suasana kamar yang awalnya hanya tersisa remang lampu kamar kini menjadi semakin terang dengan masuknya cahaya lampu jalanan.

Tanpa ba bi bu, Brian kembali mencumbu Metawin, mencoba membangkitkan api yang tadi membara, mencoba membawa Metawin kesana kembali bersamanya.

Ciuman yang awalnya penuh perasaan kini semakin dalam, semakin mendominasi satu sama lain, pun Metawin yang sudah mulai masuk dalam alur permainan Brian.

“eummhhhh….enghhhh”

Win mulai mendesah, memberi tanda pada brian kalau ia sudah siap untuk dibawa pergi ketitik itu, ia sudah siap dihancurkan Brian dari dalam dengan kebanggannya.

Pun brian yang sudah aktif melucuti satu persatu pakaian yang menempel di tubuhnya, mencoba menyamakannya dengan Metawin, membuat dirinya polos diatas ranjang ini.

Kemeja

Celana

Kaos dalam

Boxer

Hingga CD

Semuanya sudah terlucuti, mereka berdua benar-benar polos diatas ranjang, menampilkan badan berotot Brian lengkap dengan penis besar dan panjang itu, penis yang metawin inginkan sedari tadi, penis yang akan membuat dirinya mendesah dan menjerit nimat meminta lebih dan lebih, disitu juga ada Metawin dengan kulit putih sehatnya dengan beberapa tanda kemerahan yang telah Brian berikan di permaianan tadi.

Win yang sudah ketahuan basah sisi nakalnya mulai saat ini ia tak akan malu-malu lagi, ia akan mencoba mendominasi permainan ini, ia ingin mencoba memegang kemudi atas permaianan ini. Ia langsung menggenggam penis Brian dengan mantap, merasakan friksi hangat dan hidup di genggaman tangannya.

“gak sabar ya sayang? Mau lolipop ya win?”

tanya Brian menantang metawin, seakan ingin unjuk gigi siapa yang akan mendominasi permaianan disini.

Yang diberi tanya juga hanya mengangguk dan langsung mengubah posisinya menungging dengan kepala menghadap langsung ke penis brian, siap untuk memberikan service blowjob terbaik yang ia bisa.

PLOPHHHHH

Penis itu Metawin masukkan langsung kedalam mulutnya, tak sabar ia langsung memasukkan menuju ke pangkal tenggorokannya, ia ingin Brian merasa puas dan bangga karena memiliki Metawin.

“aaarghhhhhh…..bangsattthhhh sayanghhh enak bangethhhhhh…..”

Brian mengerang dan mendesah akibat blowjob dan deepthroat yang diberikan metawin, benar-benar seperti jalang yang haus akan penis, metawin melakukan blowjob itu dengan semangat, kepalanya maju mundur untuk memberikan nikmat pada penis Brian.

“aaaghhhh….suka kamu sayang? Suka nyepong kontol gede? Iya bunny? Bad bunny kamu Win…….aaarghhhhhhhh”

Brian memberikan pertanyaan yang seharusnya ia tahu jawabannya.

Win mengangguk ketika mulutnya masih penuh oleh penis Brian, hal itu mengakibatkan rasa nikmat dan ngilu yang datang bersamaan pada tubuh brian hingga kakinya gemetar menahan nikmat itu.

“udah Win…..ahhh…udah sayang….kak bri mau langsung aja ya bunny”

kata Brian seraya membopong Metawin, Win yang terkejut sekaligus bingung tak bisa menebak kemana ia akan dibawa brian, bukankah harusnya mereka melakukan percintaan panas itu di ranjang?

Dibawanya Metawin menuju kaca besar transparan yang tirainya telah disibakkan oleh brian tadi, win diturunkan dan punggungnya di bungkukkan sehingga win terlihat seperti menungging dan menghadap langsung pada gedung-gedung apartemen di depannya, ternyata inilah keinginan brian, menyetubuhi Metawin di kaca balkon, padahal bisa saja penghuni apartemen di sebrang jalan sana melihat pernyatuan mereka ini, tapi apa boleh buat, Metawin juga ingin dimasuki oleh Brian saat ini, sekarang ini.

Win mencari-cari pegangan namun tak bisa ia temukan, jadi ia hanya memegang kaca dengan telapak jarinya, kaca licin berembun karena hujan itu kini menjadi satu-satunya tumpuan Metawin untuk bertahan dari gempuran penis Brian sesaat lagi.

“kak Bri masuk ya sayang? Tahan ya …..”

“AAAAARGRHHHHH KAKHHHH AHHHHHHH”

win menjerit heboh, kakinya gemetar dan lemas, pegangan tangannya melemah karena hujaman penis brian yang langsung menumbuknya ke titik terdalam.

Meski sudah diberi peringatan oleh Brian, nyatanya tetap saja metawin merasakan sesak dan kepenuhan ketika penis perkasa itu mulai mengisi dirinya.

“aahhh….enak sayanghh…..so tight….fuckkkkk…ahh…..yes baby”

Brian menggila di tengah genjotannya pada metawin, ia memompanya tanpa ampun dan tanpa jeda membuat win harus terengah-engah mengatur nafasnya, ia lemas dan nikmat disaat yang sama ditengah gempuran sang dominan di titik paling lemahnya.

“kak…ahhh…….pelan dikithhh……ahhh…engghhhh kak brihhhh annhhhhh”

di sisa kekuatannya win memohon pada Brian akan mengendurkan pompaannya, namun jauh di dalam diri brian , ia tahu kalau sang submisive sedang merasakan nikmat yang sama, nikmat yang sedari tadi mengumpul di ubun-ubun kini ingin mereka berdua luapkan bersama.

“kenapa Win?……bukannya kamu sukahh ….suka kan di entot keras gini…ahhhhh ahhh fuckkk enak banget sayangh…ahhh ngentotin kamu gini enak bangethhh ahhh”

Brian vokal sekali saat ini, ia sibuk meluapkan rasa enak dan nikmatnya, tak lupa ia terus memuji submisivenya agar mau bertahan sebentar lagi untuk mendapatkan pelepasan bersama.

“ahh….ah…yeshh……fuck me kak….fuck me harderhhhh….and fasterhhh..ahhhh …fuck….me”

giliran Metawin yang berusaha membakar suasana kamar ini lewat ucapan ucapan kotornya, berbanding terbalik dengan perkataanya sesaat tadi minta untuk diperlambat temponya kini Win malah meminta lebih, lebih keras dan lebih cepat.

“GINI WINHH…GINI HUH? AAHHH FUCKKK……..”

Brian berteriak keras dan lantang, ia akan mencapai puncaknya sebentar lagi, pun dengan Metawin yang sudah tak kuat menahan nikmat, badannya terlonjak-lonjak dari tadi.

“I,,,iya kakkhhh…ahhh…winhh…winnhh…mau…”

“bareng sayanghhh….barengan..bentar lagihhhhh…..”

Clok

Clok

Clok

Clok

Brian mempercepat tempo dan gerakannya, membuat Metawin kepayahan karena brian berhasil menyentuh dan menumbuk bagian sensitive itu berkali-kali membuat pelepasannya semakin dekat.

“aaaaagghhh,,….gak kuathhh win..mau..kel…..u…..AARRGHHHHHHHH”

“FUCK FUCK KAK BRI KELUAR WINHHHH AAAARRRGHHHHH........ KAK BRI HAMILIN KAMU SAYANGHHHHHHH.........”

Mereka sampai bersamaan, brian yang terengah-engah harus memengang pinggang metawin agar tak ambruk kebawah, dibawanya metawin dalam gendongannya menuju ranjang.

Mereka tidur bersebelahan,saling berpelukan saat Jakarta usai di guyur hujan, sungguh ada-ada saja kisah percintaan dua anak manusia.

Konten Kotor JeJe & Fei

@bbrightmewin X @minionbee_ 2020

𝑩𝒂𝒅 𝑩𝒖𝒏𝒏𝒚

Perjalanan itu terasa sangat lama bagi brian, mengemudikan mobil dari tol semarang langsung menuju Jakarta menjadi tujuannya sore ini. Bukan tanpa alasan ia pulang secara mendadak dan meninggalkan pekerjannya pada mike dan krist, pasalnya kelinci kesayanagnnya kini tengah gelisah di condo dengan ranjang dingin yang tersisa disana.

Mobil itu melaju kencang ditengah langit semarang yang sedang mematangkan senjanya yang ranum menggoda mata, meninggalkan segala hiruk pikuk lelahnya pekerjaan brian disemarang dan dengan semangat yang membara bak api yang tersulut bensin ia memasuki kawasan Jakarta, sungguh berbeda keadaannya semarang yang kini telah petang, sesampainya dijakarta ia disambut oleh hujan badai yang sangat keras, angin bersaing dengan rintik hujan menjadi semakin menggila menangisi ibukota, atau malah hujan dan angin itu sedang bekerja sama untuk membuat suasana Jakarta menjadi lebih dingin dari biasanya.

‘tunggu kak bri pulang sebentar lagi sayang, sabar ya’ ujar brian di pikirannya.

Mengingat beberapa jam yang lalu metawinnya sempat megirimkan pesan singkat yang mengatakan kalau submisivenya itu sedang ingin melakukannya tentu membuat pikiran brian melayang kemana-mana, mana mungkin ia akan fokus bekerja sedangkan kekasihnya asik menggodanya bahkan secara sengaja mengajak brian untuk melakukan video call, video call yang brian yakin tak sekedar video call secara umumnya dan brian tak bisa dengan itu, ia tak puas kalau hanya melihat metawinnya yang sangat menggoda hanya dari layar virtual.

Mobil itu membelah badai di tengah kota Jakarta, melaju menuju condo mereka berdua, condo yang menjadi saksi bahagianya brian selama 3 tahun terakhir, bahagianya memiliki metawin, bahagianya memiliki pujaan hati yang selama ini menjadi pelipur laranya. Meski ia tahu kalau metawin adalah seorang penulis, penulis bermacam-macam genre bacaan tak terkecuali menulis sesuatu tentang pengalam sexnya menjadi sebuah cerita yang berhasil dibungkus dan diulas rapi agar bisa dibaca dan dinikmati banyak orang.

Ia sampai di apartemen ini, meski disambut dengan hujan dan langit hitam mendung yang berlomba-lomba membuat Jakarta menjadi lebih dingin dari biasanya, nyatanya brian tak masalah akan hal itu, ia melangkah memasuki apartemen ini untuk segera menuju condo mereka, menuju pintu yang menjadi pemisah jarak antara dirinya dengan sang pujaan hati.

‘ah pasti win terkejut kalau aku pulang mala mini, sedang apa dia? Sudah tidurkah? Mungkin karena dingin pasti win sudah tidur pakai selimut’ begitulah pikir brian.

Tanpa ia tahu didalam kamar itu ada metawin yang sedang gelisah diatas ranjang, pasalnya ia sedang ingin melakukannya dengan brian, namun apa daya sang kekasih sedang berada diluar kota untuk melakukan pekerjannya.

Pikiran metawin penuh dengan imajinasi kotornya dengan brian, tentang bagaimana mereka melakukan itu saat pertama kali, tentang bagaimana hebatnya brian memeberikan sex terbaik dan ternikmat yang pernah ia rasa, tentang seberapa tampan brian hingga berhasil meluluhkan hatinya, tentang sesuatu yang ada di pangkal paha brian yan sukses membuat metawin bergerak-gerak gelisah memikirkan sesuatu yang nakal, berfikir akan bermain dengan mainan barunya yang ia beli tanpa sepengetahuan brian.

Ia membelinya bukan tanpa alasan, pasalnya brian kadang terlalu sibuk dengan pekerjaannya hingga lupa kalau ia memiliki kewajiban untuk memenuhi nafkah ranjang metawin, sungguh metawin sedang seingin itu hingga ia membeli mainan itu.

Disisa kewarasannya, metawin memutuskan untuk melakukannya, bermain-main dengan dildo yang ia beli, ia penasaran dengan sensasinya, akankah sama nikmatnya ketika ada brian disini? Akankah sama penuhnya saat brian memasuki dirinya? Akankah sama hangat dan kerasnya dengan milik brian ketika ada dalam dirinya? Ia benar-benar penasaran hingga tanpa sadar ia sudah beringsut dari ranjang, mengenyahkan dingin yang menusuk kulit, dingin antara pendingin ruanagn dengan sensasi lembab hujan nyatanya tak dapat melegakan kegerahan dalam diri metawin, badannya panas butuh melakukan pelampiasan dan pelepasan.

Ia menuju lemari besar itu dan segera mencari-cari sesuatu didalamnya, mencari-cari dengan teliti kesana kemari mencoba menemukan barang yang ia cari, barang yang sengaja ia timbun dengan beberapa pakaian agar brian tak dapat menemukannya. ‘ah ini dia ketemu’ jerit metawin dalam hati ketika menemukan barang yang ia cari, sesuatu yang berbentuk penis itu benar-benar ia beli, bahkan ia mencari ukuran yang hampir sama dengan milik brian. 20 cm sungguh bukan ukuran yang kecil untuk metawin terima dari brian.

Dibawanya benda itu dan ia berjalan menuju nakas di sebelah ranjang, ia mencari sesuatu yang brian simpan disana, sesuatu yang penting dalam melakukan percintaan mereka berdua diatas ranjang, sesutatu itu adalah lubricant. Ia ingat beberapa waktu lalu ketika mereka sedang belanja di mall, metawin lah yang memilih lubricant dengan wangi yang ia sukai ini. Meski dengan penampilan good boy dan terkesan polos, nyatanya didalam dirinya tersimpan sifat nakal dan jalang yang hanya ia keluarkan ketika bersaama brian.

Setelah didapatnya dua benda itu, metawin langsung membawa dirinya diatas ranjang, duduk diatas selimut yang sesaat tadi menghangatkan dirinya yang sebenarnya tidak kedinginan, justru ia merasa kepanasan dengan nafsu yang perlahan membakar tubuhnya ini. Dilepaskannya satu persatu pakaian yang menempel ditubuhnya. Dimulai dengan melepaskan kaos yang ia pakai, hingga memperlihatkan tubuh telanjang bagian atasnya, sungguh indah.

Dengan kulit putih sehat nan bersih lengkap dengan lekukan otot tipis yang memperindah manuasia ini masih dilengkapi dengan dua noktah warna pink yang sangat disukai brian itu, ah nyatanya seluruh yang ada dan menempel di badan metawin menjadi pusat berhatian brian selama ini.

Setelahnya dilepas juga celana pendek itu, celana yang hanya menutupi setengah dari paha putih nan mulus itu menyisakan kain fabric yang menutupi bagian privasi dirinya itu. Metawin tak langsung melepasnya, yang dilakukannya adalah menyentuh bagian dirinya dengan gerakan sensual sembari menutup mata seolah menikmati rangsangan yang ia berikan sendiri pada tubuhnya, di sentuhnya kulit leher itu, ia bawa perlahan menuju dadanya, sangat pelan hingga menimbulkan friksi kegelian dan membuat darahnya berdesir menandakan nafsunya sudah mulai memuncak.

Di remasnya dada itu satu persatu, kanan kiri secara bergantian untuk memberikan sensasi luar biasa pada badannya, hingga ia menyentuh putting itu, putting pink itu metawin cubit pelan hingga membuat dirinya kegelian sendiri

“akkkhhhh…..emmmpphhhhh”

metawin mendesah tertahan akibat permainan tangannya sendiri, sensasi yang ditimbulkan sungguh membuatnya merasa nikmat dan kegelain di saat yang sama.

Di putar dan dipilin kedua putingnya secara bersamaan agar memberikannya rasa nikmat itu, ia membayangkan kalau sekarang brian sedang asik mengerjai dadanya pasti brian akan menaklukannya tanpa ampun dan mengerjai dadanya hingga kulit putih itu menjadi kemerahan karena seorang dominan yang kehausan akan nafsu yang menuntut pelepasan.

Bayang-bayang brian benar-benar hadir di tengah asiknya ia meremati putingnya, dengan mata terpejam metawin mendesah-desah seakan dia sedang bercinta dengan sang dominan di atas ranjang. Ia membayangkan brian sedang mencumbui dirinya sungguh pikiran metawin dibawa melayang entah kemana hingga ia berbuat senakal ini.

Setelah puas dengan bagian atas dirinya, kini metawin melepas satu-satunya kain yang menempel dibadannya, dilepasnya hingga tak bersisa. Dabawanya tangan mulus itu untuk menggenggam kejantanannya yang sudah ereksi sedari tadi, di gerakkannya dengan tangan kanan kedepan dan kebelakang agar menimbulkan sensasi nikmat pada area privasinya itu, sedangkan tanagn kirinya sibuk meremati dadanya. Dengan mata terpejam metawin melakukan itu seakan baying-bayang brian hadir di dalam pikirannya, ia juga mendesah dan meracau tak jelas akibat rangangan tersebut.

“eennghhhh…….ahhhh….ahh…kakkhh bri..anhhhhhh…..ahhh”

win mendesah membayangkan brian dipikirannya, rasa nikmat itu terus menjalar ditubuhnya seakan ingin mengahancurkannya pelan-pelan.

Setelah puas bermain-main dengan kedua spot sensitifnya, metawin menyudahi kegiatannya itu, ia tak sabar untuk ke permaianan utama. Diambilnya dildo itu dan dioleskan dengan pelumas, sebanyak mungkin agar dapat meredakan perih yang mungkin saja akan terasa sebentar lagi.

Diletakkannya dildo itu di tengah-tengah duduknya, memasukkannya pelan-pelan seraya memjamkan mata, membayangkan ketika brian sedang memasukinya, sungguh metawin sedang seingin itu hingga ia berbuat sejauh ini.

“eemmmpphhhh…..ahhhhhhhh” metawin mendesah keras, merasakan inchi demi inchi benda itu memasuki dirinya, membayangkan penis brian yang sedang memasukinya hingga terasa penuh dan sesak.

“emmmmppphhh….hemmmppphh….ahhhhh…agghhhhhh” ia terus vokal seiring dirinya yang naik turun dalam duduknya memainkan benda itu, sungguh nikmat sekali ketika benda itu telah sampai di ujung sana, menyentuh titik yang nikmat itu hingga kakinya terasa lemas dibuatnya.

Suara hujan yang semakin deras di luar, kini berlomba-lomba dengan suara desahan dan erangan metawin saat ini, seperti berpadu menjadi friksi yang enak didengar oleh telinga, desahan sensual itu terus keluar seiring menggilanya metawin menaik turunkan tubuhnya agar rasa nikmat itu semakin besar menerjang dan menenggelamkan dirinya pada lautan nikmat itu.

“ahh…ahhh …kak bri…enak kak…..ahhh lagi …ahhh…lagi kakkhhh”

win terus meracau membayangkan brian sedang menyetubuhinya, dengan mata terpejam kini kedua tangan itu ikut aktif meremati putingnya sediri, mencari-cari nikmatnya agar segera mendapatkan kelegaan itu.

Semakin dalam

Semakin cepat

Metawin merasakan nikmat itu, walau tak sebanding dengan persetubuhan yang brian berikan, setidaknya malam ini ia bisa mendapatkan pelepasannya, begitulah pikirnya tanpa ia tahu kalau brian sedang berada di luar pintu apartemennya.

“enghhhh….ahh….ahhh…enak…lagi…ahh…kakkkkk….genjot win yang kuathh….ahhhhh”

Nikmat itu menghancurkan metawin sampai ke titik terdalam, membuat pikiran kotornya semakin menjadi-jadi, membuat nafsunya seperti disulut oleh api. Ditengah asiknya ia menaik turunkan tubuhnya ia buat terkejut dengan suara seseorang, ia kenal suara itu, itu suara brian. Dengan mata yang sedang tertutup apakah benar itu hanya imajinasi? Tidak, ini terlalu nyata untuk dikatakan sebagai sebuah imajinasi semata. Hinga….

“𝒉𝒊 𝒃𝒖𝒏𝒏𝒚….𝒓𝒆𝒂𝒅𝒚 𝒇𝒐𝒓 𝒚𝒐𝒖𝒓 𝒑𝒖𝒏𝒊𝒔𝒉𝒎𝒆𝒏𝒕?”

ucap brian dengan suara baritonnya yang sukses mengagetkan metawin dan langsung membanting dirinya di bawah selimut untuk menutupi apa yang sedang ia lakuakan sesaat tadi.

Rasa-rasanya percuma metawin menutupi dirinya dengan selimut itu, brian melihatnya, melihat semuanya, melihat bagaimana jalangnya metawin bermain-main dengan dildo itu, melihat bagimana lincahnya tangan metawin meremati dada dan putingnya sendiri, dan brian juga mendengarnya, mendengar bagaimana metawin mendesah, meleguh dan mengerang, mendengar bagaimana metawin menyebut namanya ditengah gilanya metawin memuaskan dirinya sesaat tadi.

“ka….kak brian? Kok…pu…pulang…ngapain?”

tanya metawin terbata-bata, tentu saja ia malu dengan apa yang barusan ia perbuat tadi, bermain dengan dildo dan mengerang menyebut nama brian sungguh metawin sedang malu saat ini hingga ia menyembunyikan wajahnya dibawah bantal.

“katanya tadi bunny nya kak bri lagi kepengen kan? Taunya malah lagi asik main ya? Pake maianan apa tadi sayang? Sini coba kak bri lihat”

ujar brian mencecar si manis dengan pertanyaan yang malah membuat metawi semakin salah tingkah.

“enggg….anu kak…..jangan…jangan deket-deket…jangan kesini jangannnnn” metawin memarahi brian, ia takut kalau sesaat tadi brian tahu kalau ia asik bermain-main, padahal ia sudah tahu juga jawabannya kalau brian sudah melihat dan mendengar semuanya, tapi tetap saja ia malu.

“hushhhhhh its okay baby bunny, kak bri paham kok…sekarang kak bri udah ada disini kan? Mau kak bri bantuin?” tawar brian pada metawin.

Tentu saja metawin ragu, dengan keadaannya seperti ini, telanjang di atas ranjang dengan lilitan selimut menyembunyikan dirinya dan alat itu dari brian, bagaimana mungkin ia akan menerima bantuan brian, yang ada ia semakin malu dibuatnya.

“enggak kak…gausah…udah kak bri keluar kamar cepatt…win mau bersihin ini..keluar gakk…cepet keluar kakkkk”

jerit metawin heboh, sungguh bukannya brian pergi, justru kini sang dominan langsung melepas jaketnya dan langsung menaiki ranjang. Ia menarik selimut itu dengan sekali gerakan. Menyibakkannya hingga selimut itu hilang entah kemana, memperlihatkan win yang telah polos disana, lengkap dengan mainan yang masih menancap disana.

Jelas win menyuruh brian pergi, karena ia pasti kesusahan untuk berjalan dengan alat itu masih menyumpal tubuh bagian bawahnya, namun sayangnya kesempatan itu pudar sudah. Brian lebih cepat dan lebih gesit sehingga kini sudah ada diatas ranjang menelanjangi win yang sudah telanjang sedari tadi.

“wowwww……bunnya kak bri nakal ya sekarang? Bisa beli mainan kaya gini diajarin siapa sayang?”

tanya brian dengan memberikan seringai penuh kemenangannya disana. Seringai senang karena sekali lagi ia mendapati metawinnya yang bermuka polos dan lugu itu kini berubah menjadi bunny yang nakal dan jalang di saat bersamaan.

“eummm….kak win malu huhuhu…kak bri bisa keluar gak?”

tanya metawin balik tanpa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh brian.

“kakak bantuin ya sayang? Gapapa gausah malu, mau dapet ide buat naskah kan? Jarang loh ada bacaan yang pasangannya bantuin kamu keluar pake dildo, mau kan? Iyakan sayang?”

tanya brian mencecar metawin dengan cepat, sedangkan metawin tak dapat memproses perkataan tadi dengan cepat karena benda itu masih menyumpalnya, sedikit banyak membuyarkan konsentrasinya kali ini.

Belum sempat metawin menjawab bright langsung mengungkung submisivenya, menunjukkan dominasi tanpa celah dan dominasi absolutnya, seakan memberi tahu metawin bahwa dibawah kungkungan sang dominan seperti ini, ia tak memiliki daya dan kekuatan untuk menolak, seakan dalam diam brian memberi tahu kalau ia tak bisa mendengar kata tidak dan penolakan dari metawin saat ini.

Mereka berciuman, lebih tepatnya brian lah yang memberi ciuman dan cumbuan itu pada metawin, cukup tenang dan lembut penuh perasaan agar metawin yakin kalau brian benar-benar melakukan ini karena rasa sayang dan tak akan menyakitinya.

“ummmm….emmpppppp”

win mendesah sendiri, dengan ciuman yang terasa semakin panas dan semakin dalam seperti ini berhasil membangkitkan nafsunya kembali, ditambah dengan sumpalan di tubuh bawahnya membuat otak dan pikirannya ingin hilang fungsi saat itu juga, hanya menuntut dan memohon kepuasan pada brian adalah hal yang ingin win lakukan saat ini.

Brian mencumbu metawin seperti musafir kehausan akan air, mencumbu seakan tak akan pernah puas, dengan perjalanan panjang dari semarang menuju Jakarta tentu brian tak akan hanya mencumbu metawin, ia akan melakukan hal yang lebih jauh setelah ini, sangat jauh hingga menempatkan permaianan ranjang mereka ke level yang lebih tinggi lagi.

Ditengah cumbuannya, brian meremati dada metawin, bermain dengan dua noktah berwara pink itu, area kesukaan brian tentunya. Ia meremas, memilin kekanan dan kekiri membuat metawin kegelian dan meremas sprei sebagai pelampiasan nikmat yang diberikan brian, bahkan saat ini kaki metawin ia lingkarkan di pinggang sang dominan, seakan ingin berkata kalau jangan berhenti dan jangan bergenti mengerjai dirinya.

PWAHHHHHH

Brian melerai cumbuannya, membiarkan bunny kesayangannya mengambil dan mengatur nafas sebelum ia bawa ia melayang jauh keatas sana.

“ah…ahhh…hah……emmmhhh….ahhh”

win kesusahan mengatur nafasnya karena cumbuan brian yang memang diluar nalar, brian sangat ahli dalam permaian seperti ini.

“suka win ?enak diginiin kak bri?”

Belum sempat menjawab, brian langsung menjilati leher metawin, menjilat kadang juga ia sedot pelan untuk memberikan sesasi itu pada subisivenya.

“eenggghhh….kakhhh….ahhh…..eemmmpphhhhhh”

win mendesah atas perlakuan dominannya yang terus-terusan memberinya rangsangan tanpa jeda.

Pun brian yang menjilati leher indah metawin menuju dadanya, di dada itu brian melampiaskan nafsunya, melupakan metawin yang masih tersumpal dibawah sana. Ia menjilat dan menyedot noktah pink itu sesuka hatinya, berpindah dari kiri ke kanan atau kanan ke kiri semaunya karena memang kenyataannya itu memang hanya milik brian dan hanya brian yang boleh memeperlakukan dan mengacaukan metawin seperti ini.

“enghhh….kak brihhhhh….ahhhh ….enakk..kakkhh…emmmppphhhh” Mendengar erangan dan desahan metawin tersebut malah membuat brian semakin liar, saking gemasnya kadang ia menggigit noktah pink itu membuat submisivenya meremas sprei lebih keras lagi. Ia semangat sekali memberikan tanda-tanda cinta itu di dada metawin, memberikan cupangan di setiap tempat yang brian jilat dan ia sesapi kulitnya.

“ahhhh…kak…..win……..empphhh….kakhhh” erang metawin.

Sekaan ia tahu kalau submisive tak kuat lagi diperlakukan seperti ini brian menyudahi kegiatan menandai submisivenya ini. Membiarkan metawin terengah-engah menata nafasnya.

Brian bangkit dan berguling disebelah metawin, di posisikannya kaki metawin mengangkang sedemikian rupa, memperlihatkan dildo itu yang masih menyumpal metawin sedari tadi, di saat ini, di detik ini brian siap menunjukkan kalau permainan tangannya juga tak kalah hebat dan dapat membuat bunny kesayangannya ini keluar hanya dengan ketrampilan yang tangannya miliki.

“kak bri mulai ya sayang?” tanya brian agar win mempersiapkan dirinya untuk diberikan kepuasan mutlak oleh brian.

Metawin hanya mengangguk dengan tangan masih meremas sprei untuk meredakan nikmat yang datang tanpa jeda dari dalam dirinya. Brian memulai dengan menarik benda itu seakan ingin ia keluarkan, namun ketika akan keluar ia dorong lagi kedalam cukup pelan tak terlalu kasar namun nyaranya bisa membuat metawin mengerang tertahan.

“enggghhh….emmpphhh kakhhhh…..ahhhhh”

win mendongakkan kepalanya keatas memandang langit-langit kamar mereka, seakan disana metawiin bisa melihat bintang dan alam semesta yang sedang berputar pada revolusinya masing-masing, sungguh metawin telah dibawa melayang entah kemana akibat nikmat yang terus menerjang dirinya.

Ditarik lagi benda itu oleh brian, setelahnya dimasukkan lagi.

“enghh…ahhh…kakhh…..lagihh…ahhhhh”

win meminta lebih ternyata, ia ingin dibawa kesana, entah kemana nikmat itu berada, yang ia tahu hanya brian yang bisa mengantarnya ke titik itu, ke tempat itu, ke nikmat itu.

Clok

Clok

Clok

Brian memasukkan dan mengeluarkan alat itu lebih cepat, lebih dalam, lebih intens. Hal itu membuat win semakin mendongakkan kepalanya keatas, punggungnya melengkung seperti busur dan nafasnya ia tahan sebagai tanda kalau gelombang kenikmatan itu tengah berlomba-lomba menenggelamkannya lebih dalam lagi hingga win tak dapat kembali kepermukaan.

“ahhhh…kakh,….win mau….ahhh…kakk….disitu ahhhh…..”

win terus meracau ditengah nikmat yang terus menghancurkannya dari dalam.

“disini win? Disini sayang? Huh enak ?enak diginnin sama kak bri? Suka sayang?”

brian terus mencolok-colokkan alat itu kedalam metawin, agar si submisiv mendapatkan puncaknya.

“yeahhhh..ahhh….ahhh…..aku…..aku…….win…kel…..AHHHHHHHHHHH”

win menjerit sekeras mungkin ia bisa, kepalanya mendongak setinggi-tinggihnya, matanya memutar menyisakan bagian putihnya saja, tangannya mencengkram sprei kencang-kencang, kakinya bergetar dan lemas di saat yang sama.

Sungguh dahsyat pelepasan yang ia dapatkan kali ini karena brian. Sangat berbeda dengan permainan mereka yang lalu-lalu, kali ini tanpa brian memasukinya nyatanya bisa membawa metawin melayang sangat jauh sekali.

“ahh….hah……ahhh….udah kak…udah…win capek…ahhhh”

ujar win, brian yang tahu kalau submisivenya telah mencapai pelepasan hanya dari permaianan tangannya kini tersenyum bangga. Dikeluarkanya alat itu dari dalam metawin. brian meletakkannya di kaki ranjang.

“kok sampe beli begituan kenapa sayang? Hmm?”

tanya brian seraya melihat ke netra yang lebih muda, ia ingin jawaban dari kekasihnya itu.

“eumm….win…win Cuma mau coba aja kok kak. Iya win Cuma mau coba-coba aja kok hehhehhhe”

jawab metawin yang sebenarnaya ia bingung dengan jawabannya sendiri.

“kalau gitu sekang coba penis yang beneran yuk sayang? Mau kan?”

brian berkata dengan menyunggingkan seyuman manisnya di akhir kalimatnya, seakan ia merayu dan menggoda metawi secara bersamaan agar mau bercinta dengannya, dalam artian benar-benar bercinta dengan penis brian bukan dengan alat yang tadi metawin gunakan.

“tapi kak…win kan udah …”

“hushhhhh….just do it okay?”

rayu brian, yang dilakukan metawin adalah mengangguk, ia sadar kalau dominannya kini juga sedang dalam puncak nafsunya, sungguh egois jika ia membiarkan brian tersiksa dengan keadannya yang sekarang.

Hujan yang tadinya deras kini sudah mulai reda, tinggal rintik-rintik kecil yang menghiasi langit malam dan piasnya lampu jalanan ibukota saat ini.

Brian yang masih menggunakan pakaian lengkap kemeja dengan celana kainnya kini beringsut dari ranjang, ia berjalan menuju kaca besar yang tertutup tirai. Setelahnya brian membuka tirai itu lebar-lebar mempersilahkan cahaya lampu jalanan yang dengan lancang menembus kaca bening itu, sungguh indah Jakarta setelah terkena badai tadi, suasananya tenang dan sepi, hanya tersisa rintik hujan tipis-tipis yang berkolaborasi dengan cahaya lampu membuat suasana kini semakin syahdu.

Brian berjalan menuju ranjang, meninggalkan tirai yang dibuka lebar-lebar tersebut, mengubah suasana kamar yang awalnya hanya tersisa remang lampu kamar kini menjadi semakin terang dengan masuknya cahaya lampu jalanan.

Tanpa ba bi bu, brian kembali mencumbui metawin, mencoba membangkitkan api yang tadi membara, mencoba membawa metawin kesana kembali bersamanya.

Ciuman yang awalnya penuh perasaan kini semakin dalam, semakin mendominasi satu sama lain, pun metawin yang sudah mulai masuk dalam alur permainan brian.

“eummhhhh….enghhhh” win mulai mendesah, memberi tanda pada brian kalau ia sudah siap untuk dibawa pergi ketitik itu, ia sudah siap dihancurkan brian dari dalam dengan kebanggannya. Pun brian yang sudah aktif melucuti satu persatu pakaian yang menempel di tubuhnya, mencoba menyamakannya dengan metawin, membuat dirinya polos diatas ranjang ini.

Kemeja

Celana

Kaos dalam

Boxer

Hingga CD

Semuanya sudah terlucuti, mereka berdua benar-benar polos diatas ranjang, menampilkan badan berotot brian lengkap dengan penis besar dan panjang itu, penis yang metawin inginkan sedari tadi, penis yang akan membuat dirinya mendesah dan menjerit nimat meminta lebih dan lebih, disitu juga ada metawin dengan kulit putih sehatnya dengan beberapa tanda kemerahan yang telah brian berikan di permaianan tadi.

Win yang sudah ketahuan basah sisi nakalnya mulai saat ini ia tak akan malu-malu lagi, ia akan mencoba mendominasi permainan ini, ia ingin mencoba memegang kemudi atas permaianan ini. Ia langsung menggenggam penis brian dengan mantap, merasakan friksi hangat dan hidup di genggaman tangannya.

“gak sabar ya sayang? Mau lollipop ya win?”

tanya brian menantang metawin, seakan ingin unjuk gigi siapa yang akan mendominasi permaianan disini. Yang diberi tanya juga hanya mengangguk dan langsung mengubah posisinya menungging dengan kepala menghadap langsung ke penis brian, siap untuk memberikan service blowjob terbaik yang ia bisa.

PLOPHHHHH

Penis itu metawin masukkan langsung kedalam mulutnya, tak sabar ia langsung memasukkan menuju ke pangkal tenggorokannya, ia ingin brian merasa puas dan bangga karena memiliki metawin.

“aaarghhhhhh…..bangsattthhhh sayanghhh enak bangetshhhhhh…..”

brian mengerang dan mendesah akibat blowjob dan deepthroat yang diberikan metawin, benar-benar seperti jalang yang haus akan penis, metawin melakukan blowjob itu dengan semangat, kepalanya maju mundur untuk memberikan nikmat pada penis brian.

“aaaghhhh….suka kamu sayang? Suka nyepong kontol gede? Iya bunny? Bad bunny kamu win…….aaarghhhhhhhh”

brian memberikan pertanyaan yang seharusnya ia tahu jawabannya. Win mengangguk ketika mulutnya masih penuh oleh penis brian, hal itu mengakibatkan rasa nikmat dan ngilu yang datang bersamaan pada tubuh brian hingga kakinya gemetar menahan nikmat itu.

“udah win…..ahhh…udah sayang….kak bri mau langsung aja ya bunny”

kata brian seraya membopong metawin, win yang terkejut sekaligus bingung tak bisa menebak kemana ia akan dibawa brian, bukankah harusnya mereka melakukan percintaan panas itu di ranjang?

Dibawanya metawin menuju kaca besar transparan yang tirainya telah disibakkan oleh brian tadi, win diturunkan dan punggungnya di bungkukkan sehingga win terlihat seperti menungging dan menghadap langsung pada gedung-gedung apartemen di depannya, ternyata inilah keinginan brian, menyetubuhi metawin di kaca balkon, padahal bisa saja penghuni apartemen di sebrang jalan sana melihat pernyatuan mereka ini, tapi apa boleh buat, metawin juga ingin dimasuki oleh brian saat ini, sekarang ini.

Win mencari-cari pegangan namun tak bisa ia temukan, jadi ia hanya memgang kaca dengan telapak jarinya, kaca licin berembun karena hujan itu kini menjadi satu-satunya tumpuan metawin untuk bertahan dari gempuran penis brian sesaat lagi.

“kak bri masuk ya sayang? Tahan ya …..”

“AAAAARGRHHHHH KAKHHHH AHHHHHHH”

win menjerit heboh, kakinya gemetar dan lemas, pegangan tangannya melemah karena hujaman penis brian yang langsung menumbuknya ke titik terdalam.

Meski sudah diberi peringatan oleh brian nyatanya tetap saja metawin metasakan sesak dan kepenuhan ketika penis perkasa itu mulai mengisi dirinya.

“aahhh….enak sayanghh…..so tight….fuckkkkk…ahh…..yes baby”

brian menggila di tengah genjotannya pada metawin, ia memompanya tanpa ampun dan tanpa jeda membuat win harus terengah-engah mengatur nafasnya, ia lemas dan nikmat disaat yang sama ditengah gempuran sang dominan di titik paling lemahnya.

“kak…ahhh…….pelan dikithhh……ahhh…engghhhh kak brihhhh annhhhhh”

di sisa kekuatannya win memohon pada brian akan mengendurkan pompaannya, namun jauh di dalam diri brian , ia tahu kalau sang submisive sedang merasakan nikmat yang sama, nikmat yang sedari tadi mengumpul di ubun-ubun kini ingin mereka berdua luapkan bersama.

“kenapa winhh,……bukannya kamu sukahh ….suka kan di entot keras gini…ahhhhh ahhh fuckkk enak banget sayangh…ahhh ngentotin kamu gini enak bangethhh ahhh”

brian vokal sekali saat ini, ia sibuk meluapkan rasa enak dan nikmatnya, tak lupa ia terus memuji submisivenya agar mau bertahan sebenyar lagi untuk mendapatkan pelepasan bersama.

“ahh….ah…yeshh……fuck me kak….fuck me harderhhhh….and fasterhhh..ahhhh …fuck….me”

giliran metawin yang berusaha membakar suasana kamar ini lewat ucapan ucapan kotornya, berbanding terbalik dengan perkataanya sesaat tadi minta untuk diperlambat temponya kini win malah meminta lebih, lebih keras dan lebih cepat.

“GINI WINHH…GINI HUH? AAHHH FUCKKK……..”

brian berteriak keras dan lantang, ia akan mencapai puncaknya sebentar lagi, pun dengan metawin yang sudah tak kuat menahan nikmat, badannya terlonjak-lonjak dari tadi.

“I,,,iya kakkhhh…ahhh…winhh…winnhh…mau…”

“bareng sayanghhh….barengan..bentar lagihhhhh…..”

Clok

Clok

Clok

Clok

Brian mempercepat tempo dan gerakannya, membuat metawin kepayahan karena brian berhasil menyentuh dan menumbuk bagian sensitive itu berkali-kali membuat pelepasannya semakin dekat.

“aaaaagghhh,,….gak kuathhh win..mau..kel…..u…..AARRGHHHHHHHH”

“FUCK FUCK KAK BRI NGECROT WINHHHH AAAARRRGHHHHH........ KAK BRI HAMILIN KAMU SAYANGHHHHHHH.........”

Mereka sampai bersamaan, brian yang terengah-engah harus memengang pinggang metawin agar tak ambruk kebawah, dibawanya metawin dalam gendongannya menuju ranjang.

Mereka tidur bersebelahan,saling berpelukan saat Jakarta usai di guyur hujan, sungguh ada-ada saja kisah percintaan dua anak manusia.

Konten Kotor JeJe & Fei 2020 @bbrightmewin X @minionbee_

Suara pertemuan dia kulit yang nyaring untuk didengar, menajadi seruan nafsu yang menyatu diantara keduanya, tak ada tuntutan, mereka melakukannya atas dasar kerelaan dan saling menikmati.

Disana ada bright yang sedang menggila memberikan sodokan terbaiknya pada win, dan ada win yang kepayahan menahan terjangan nikmat yang terus saja diberikan bright tanpa jeda tanpa ampun dan tanpa mengenal lelah pada dirinya, membuat kaki win lemas keenakan dibuatnya.

Pun bright yang terus mencari – cari nikmatnya ditengah win yang sudah lemas, mencari titik itu untuk membawa metawin menuju surga dunia yang sebenarnya, membawa win bersama dirinya, disana, di titik ternikmat itu.

“emmmpphhh..... Bright.... Aaghhh fashhh.... Terhhh” Win sangat kontras dengan keadaan dirinya yang sekarang, dia yang sudah tak kuat dengan terjangan nikmat malah minta untuk dihancurkankan lebih cepat, lebih dalam dan lebih nikmat oleh bright.

Tentu brian menuruti pinta sang submisive, dengan senang hati ia akan menunjukan bahwa dirinya adalah dominan terhebat yang pernah singgah.

Maldives 2

Mereka berdua ada disana, dibibir pantai yang pesonanya selalu menyihir mata, deburan ombak menjadi melodi berirama yang ramah didengar oleh telinga, disana ada brian dan meta yang saling duduk berpangkuan, simanis yang berada dalam pangku dan peluk brian sungguh menjadi salah satu hal paling pas diciptakan oleh semesta, seakan meta memang diciptakan untuk mengisi kekosongan brian dan seakan diciptakan untuk mengisi peluk brian, terasa pas dan seperti seharusnya.

“kak bri, bulannya indah ya kak, lagi purnama kaya gitu hihihihi” ujar meta terkikik di pelukan brian.

“iya sayang, indah ya bulannya” jawab brian seraya menciumi leher submisivenya.

“yang indah bulannya kak, lihat kebulannya bukan ke meta ihh” meta gemas sendiri dari tadi brian asik memeluk dan menciumi lehernya, membuat si manis terkadang kegelian dan menggeliat dalam peluk sang dominan.

“kamu tau gak taa? Bulan disana sama jutaan bintang diatas kita pasti insecure”

“hah? Kok bisa sih kak? Mana ada mereka insecure sama siapa emang?”

“sama kamu taa, dimata kak bri mereka kalah indah dibanding sama kamu”

“ahahahaaha apaan sih kak, suka banget gombalin meta sih, orang meta lagi serius loh liatin bulan diatas sana tuhh”

ujar meta yang tangannya juga sibuk menunjuk-nunjuk arah bulan yang sedang purnama dilangit malam ini.

“hmmm” brian malah asik menciumi tengkuk meta, membuat meta kegelian karena perlakuan brian.

“ahahaha kak gelii, sumpah geli banget kakk, ampun ahahahha udah kak geli ahahahha”

meta yang kegelian mencoba melepaskan pelukan dari belakang, namun apa daya brian malah semakin mengetatkan pelukannya seakan tak akan membiarkan metawinnya lepas dari peluk dan ciumnya.

“hushhhhhh sini aja taa, jangan gerak-gerak terus, nanti ada yang bangun loh”

“apanya sih kak yang bangun, jangan aneh-aneh deh ah”

“sini biar lebih kerasa kalau ada yang bangun sayang”

Meta merasakannya, merasakan kalau dibawah sana brian sudah bangun sedari tadi, ditambah posisi mereka sekarang yang saling berpangkuan malah membuat meta semakin gelisah.

“diem ya sayang, kak bri kedinginan nih” brian semakin mengetatkan pelukannya, dia mencari kehangatan dari setiap inchi tubuh meta, tubuh kekasih yang sangat dicintainya.

Brian menciumi leher meta dari belakang, kadang ia juga menjilatnya yang malah membuat meta kegelian, usaha brian tersebut sepertinya berhasil menghidupkan api dalam diri metawin hingga kadang ia menggeliat kegerahan dan kepanasan karean perlakuan brian.

“eenghhh kak…udah kak…ini kita masih di luar kakkhhhh…udah gelihhh kakkhhhh”

Meta terus menggeliat dalam pangkuan brian, mengakibatkan gesekan tak langsung antara pantat meta dengan areal bawah brian. Menghantarkan sengatan listrik itu yang terus menstimulasi brian agar terus bergerak memberi meta rangsangan. Menghantarkan sentuhan-sentuhan itu yang dapat membuat darah meta berdersir lebih cepat.

“ahhhh taa…..diem sayang, kak bri angetin kamu nih…..”

brian semakin berani, ia memasukkan tangan kanannya kedalam baju meta, menyusuri setiap inchi kulit yang ada disana, dibawanya tangan itu dari perut menuju atas, menuju spot yang paling brian suka, area dada adalah salah satu kelemahan brian, tangan kekar itu meremas dada meta dengan lembut, cukup pelan untuk mengantarkan afeksi bahwa brian tak akan menyakitinya.

“eemmhhh kak bri….ahh…kakkhh kita di pantai lok KAKKKHHHHH”

meta menjerit ketika remasan itu terasa semakin keras, membuat dirinya terkejut bukan main, tak hanya itu, tangan brian sungguh trampil memainkan puting itu dengan memutar mutarnya membuat kepala meta pusing dibuatnya.

Meta yang sudah mendidih tak tahan lagi dengan posisi ini, posisi dimana dirinya tak bisa bergerak leluasa dan berbuat banyak, posisi dalam peluk brian yang menyulitkan dirinya membalas rangsangan sang dominan, yang bisa dia lakukan di posisi ini adalah terus menggeliat dan pasrah dengan permainan tangan yang brian berikan padanya.

“enak taa? Suka diginiin kak bri sayang? Suka diremetin gini hmm?”

brian terus memberikan pertanyaan yang sebenarnya tak perlu ia jawab, pertanyaan yang jawabannya adalah “iya” untuk setiap pertanyaannya. Sungguh meta telah kalah dengan permaianan tangan brian, ego dan dinding itu telah diruntuhkan brian hanya dengan permainan tangan dan kecupan-kecupan nakal di leher jenjangnya.

“eemhhhh kakhh….plishh meta ga suka posisi beginihhhh….emhhhh”

protes meta yang kesusahan bergerak, ia juga mau membalas perlakuan brian, namun ia tak bisa dengan posisi dipangku sedemikian rupa.

Setelah mendengar protes itu, brian langsung membalikkan tubuh meta, masih dalam pangkuannya, bedanya kali ini mereka saling berhadap-hadapan. Dalam posisi ini netra mereka saling menatap dibawah cahaya sang rembulan, rambut mereka diterbangkan angin pantai yang dingin namun nyatanya tak dapan memadamkan api nafsu yang sudah mereka berdua mulai sejak tadi.

Dengan posisi seperti ini brian langsung menyerang bibir meta yang sedari tadi sudah menggodanya, meski harus dengan mendongak karena dalam posisi seperti ini metawin terlihat lebih tinggi dalam pangkuannya, nyatanya metawin malah membungkukkan kepalanya untuk menyambut ciuman itu, ciuman penuh perasaan, tak ada paksaan dan dominasi didalamnnya, murni karena ingin menyalurkan perasaan mereka masing-masing.

Ciuman itu semakin lama semakin dalam, semakin memainkan perasaan dan gejolak dalam diri brian dan meta, membuat api dalam diri mereka seperti disulut oleh bensin hingga api itu berkobar-kobar tak menentu arah. Panas itu menjalar dalam tubuh keduanya membuat mereka merasa kegerahan walau diterpa angina pantai yang semilir dinginnya.

Disela-sela ciuman itu Brian mengusap punggung meta dari pangkal tulang ekor terus menuju atas dengan gerakan yang lamban, cukup membuat bulu kuduk meta merinding karena sensasi itu, setelah sampai di tengkuk meta, brian menekan tengkuk sang submisive sebagai isyarat untuk masuk lebih dalam dan lebih jauh dalam permainan ini.

Jadilah ciuman itu berubah menjadi ciuman yang penuh nafsu, penuh dengan tuntutan, penuh dengan persaingan dominasi, ada brian yang mencoba mendominasi ciuman ini dan ingin menunjukkan kalau dirinya adalah dominan terhebat dalam masalah cumbuan, dan ada meta yang tak mau mengalah dan tak mau didominasi oleh cumbuan brian. Membuat permainan mereka semakin panas, semakin dalam, semakin menyenangkan untuk terus dituntaskan disini, di bibir pantai Maldives.

MMWAHHHHH

Ciuman mereka terlepas, menyisakan brian yang tersenyum penuh kemenangan karena berhasil membuat meta kecau, menyiskan meta yang langsung mengatur nafasnya karena sesaat tadi brian tak memeberikan jeda pada ciuman mereka, rasanya seperti oksigen dalam paru-paru meta disedot dan dihilangkan paksa oleh brian.

“ahhh….ah…hahhh……”

meta masih kepayahan mengatur nafasnya, namun hal itu malah terlihat lucu dan menggemaskan bagi brian, ah…nyatanya apapun yang ada dalam diri metawin sungguh menarik semua indera yang dimiliki oleh brian.

Dengan cekatan brian melepas kaos yang digunakan oleh meta, membuat badan bagian atas submisivenya terkespos dengan jelas, hanya brian yang boleh melihat metawin seperti ini, hanya brian yang boleh mengacaukan metawin seperti sekarang ini.

Setelahnya brian langsung menyerang puting pink kemerahan itu, ia menjilat dengan pelan memberikan sensasi luar biasa bagi metawin, membuat nafsunya tersulut sampai ubun-ubun akibat perbuatan dominannya. Brian asik memainkan kedua puting itu, satunya ia jilat kadang ia sedot dan satunya lagi ia memilin dengan memutar-mutarnya dan terkadang ia meremasnya karena gemas sendiri.

“kak brihhh…ahhh kakhh pelan sayanghhhh…jangan di gigithh…emmpphhhhh”

meta mendesah dan mengerang karena perlakuan brian di dadanya, brian yang sudah terlalu gemas kadang menggigit puting itu pelan, kadang disedot dan dijilat membuat meta mabuk kepayang.

Pun brian melakukannya secara bergantian dengan putting kanan kiri meta, jika ia puas dengan puting sebelah kanan maka ia akan pindah pada puting bagian kiri, tangannya pun terampil terus meremati dada sumbisive nya kadang salah satu tangannya ia bawa pada pantat sintal metawin untuk meremasnya.

“eeennghhhh kak brihhhh……udah kakhhh….udahhh…ahhhhhh”

meta terus mencoba menggeliat untuk melampiaskan gelagat membara dalam dirinya, membuat dirinya seperti ikan yang kehabisan air, seakan ia ingin terlepas dari cumbuan brian pada putingnya dan tangan nakal brian yang terus meremati pantatnya, membuatnya hilang akal saat itu juga.

Belum puas, brian kini asik menyedot dan menjilat dada metawin, membuat jejak-jejak cintanya disana, seperti sedang kehausan, ia tak memeberikan jeda pada meta untuk memproses dan merasakan rangsangannya secara teratur, brian memberikan rangsangan nikmar itu bertubi-tubi untuk meta terima, terlalau banyak dan terlalu intens untuk di proses oleh otaknya.

“ahhhh…kak brihh….udah kakhhh…udah sayanghhhhh”

win ingin meluluhkan brian dengan memanggilnya dengan kata sayang, karena sungguh saat ini meta bisa saja lepas kendali dan meminta pelepasan pada brian disini, tanpa ia tahu kalau memang itulah tujuan brian kepantai mala mini, ingin bercinta dengan meta disini, dipantai ini, malam ini!!!!!

Namun brian sepertinya bisa membaca pikiran meta, ia tak memebrikan jeda pada permainannya, membiarkan meta semakin dibakar oleh nafsu karena rangsangan hebat yang diberikan sang dominan berikan.

Setelah puas memeberikan tanda kemerahan itu pada dada meta, langkah selanjutnya yang dilakukan brian adalah berguling membuat meta ada dalam kungkungannya, meski ia tahu pasir pantai akan menempel pada kulit punggung meta tapi brian sudah kepalang tanggung jika harus berputar arah, sudah terlalu jauh untuk mengatakan kalau mereka tak akan melakukannya disini, brian sudah bertekad akan melakukannya disini sekarang dengan meta dibawah cahaya rembulan dan taburan jutaan bintang di galaksi ini.

BRUKKKK

Meta di gulingkan dibawahnya, membuat meta berada dalam kungkungan dan dominasi tanpa celah oleh brian, membuat meta melihat kearah brian yang sedang dimandikan cahaya sang luna yang sedang purnama, sungguh indah pikir meta, sangat menghipnotis pikirannya untuk berkata iya pada semua kamauan brian sesaat lagi.

“kamu cakep banget sayang, kak bri boleh ya lakuin disini?”

tanya brian, padahal sudah jelas tanpa persetujuan meta sudah pasti ia akan melakukanya disini, namun ia memilih untuk bertanya agar meta nyaman, agar meta merasa kalau semua ini bukan sebuah scenario yang disipakan oleh brian.

Meta tak menjawab, hanya diam dan selanjutnya memberikan senyuman mautnya, senyuman termanis yang pernah brian lihat dan brian miliki dalam hidupnya, senyuman itu membuat brian rela memeberikan dan melakukan apapun untuk melihatnya.

Setelah paham kalau meta telah memberikan persetujuannya dalam diam, brian melucuti pakaiannya sendiri dan hanya menyisakan celana dalam saja, ia pun juga melakukan hal serupa pada meta, bahkan untuk meta ia tak memiliki kesabaran hingga membuat meta langsung polos dibawahnya.

Dipandanginya meta lekat-lekat, dalam keadaan polos bersimbah cahaya rembulan sungguh ini akan menjadi memori yang akan brian ingat sepanjang hidupnya, menyimpan dan mengingatnya kembali sebagai kenangan panas dan indah di Maldives bersama meta sang kekasih.

Selanjutnya brian langsung mencumbu meta, memberinya ciuman penuh dominasi, tak membiarkan meta berontak apalagi memimpin karena dalam permainan cumbuan kali ini brian adalah satu-satunya kapten dan satu-satunya nahkoda yang akan mengendalikan meta dalam kontrol dan dominasi absolutnya.

“eemhhhhhh….mmhhhh….” meta mendesah tertahan, ia merasakan tubuhnya semakin panas menuntut brian untuk melakukannya sekarang, ia mendesah tertahan karena mulutnya sedang menjadi bulan-bulanan brian yang sudah diledakkan nafsunya hingga ke awing-awang sana, tak terlihat tak terjangkau dan tak akan kenal kata untuk kembali, ia akan all out bercinta dengan meta sekarang ini.

MWAHHHHH

Brian memberikan meta kesempatan untuk bernafas dan mengisi paru-parunya dengan oksigen, membiarkan meta menata nafasnya sekali lagi sebelum dihancurkan semakin dalam dan semakin jauh oleh brian.

CUPPP

Lagi-lagi brian memberikan cumbuan itu, mencium, menyapu gigi dan bermain dengan lidah si manis menjadi kegiatan paling menyenangkan saat ini, menjadi sebuah candu yang akan terus ia ulangi dan akan terus ia sesapi hinga esok dan esoknya lagi.

“eengghhhh emmhhhh” lagi-lagi meta mendesah tertahan karena perlakuan brian, kini tangan meta ikut ambil bagian, tangan mulus itu bergerak kebawah untuk memegang dan merasakan sensasi panas dan hidup pada badan bagian bawah brian, memegang dan kadang meremasnya membuat sang dominan merasa keenakan bahkan terkadang brian memberi jeda pada cumbuannya karena tangan sang submisive sangat nakal saat ini, seperti tak sabar untuk segera memegang dan meremasnya diluar celana dalam sang dominan.

MWAHHHHH

Brian melepaskan dominasinya, membuat cumbuannya terlepas karena rasa nikmat pada kejantanannya tak terbendung lagi, tangan meta juga tak mau diam sedari tadi seperti terus meminta untuk diberikan izin mengeksplor tubuh sang dominan lebih jauh.

“sshhhh sabar taa, gak sabar ya mau pegang?”

“kak bri tadi nyuri pentungan satpam ya kak? Kok gede banget sih, ganjel banget dari tadi kak”

meta sepertinya sedang memuji sang dominan, ia tahu cara menyenangkan domiannya ternyata.

“iya pentungan satpamnya punyamu taa, meta suka?”

Yang ditanyai hanya mengangguk sebagai jawaban, setelahnya brian melepas fibric terakhir yang menempel ditubuhnya, membuat dirinya sendiri polos dihadapan kekasih, malah sebenarnya mereka berdua kini telah polos dan saling melihat satu sama lain.

Brian mendudukkan metawin, memberinya isyarat untuk mengulang blowjob ternikmatnya seperti tadi siang ketika di kamar.

“emut sayang, yang enak kaya tadi siang ya” perintah brian pada submisivenya.

Tentu saja hal itu dikabulkan oleh metawin, ia juga sudah tak sabar memasukkan benda panjang keras dan panas itu dalam mulutnya, lebih tepatnya untuk ia bawa ke pangkal tenggorokan agar brian merasakan kenikmatan yang tiada tara, agar brian selalu mengingat kalau blowjob terhebat dan terdahsyat adalah blowjob yang diberikan oleh metawin bukan oleh yang lain.

HAPPPP

Penis itu kini masuk dalam mulut meta, ia tak langsung memasukkan semuanya, tapi membiarkan penis itu hanya masuk kepalanya saja, menyedotnya hingga membuat brian menggelepar keenakan, terkadang ia akan menjilat kadang di sedot dan dikulum kuat-kuat membuat sang dominan menggila saat itu juga.

Brian yang sudah tak sabar langsung menyodokkan penisnya dalam-dalam, tak peduli dengan metawin yang terkejut dengan sodokan tiba-tiba itu, penisnya langsung melesak masuk dalam tenggorokan meta, mecari ruag terdalam dan terhangat agar membuat penisnya semakin merasakan kenikmatan itu, menghantarkan nikmat yang membuat lutut brian gemetar karena kenikmatan tanpa jeda itu.

“gghooookkkk….enggg…gghookkkk” meta kesusahan bernafas, bagaimana ia bernafas disaat mulut dan tengorokannya sedang dikerjai sang dominan? Tentu ia kesusahan.

“ahhhh,…taa….emang pinter kamu sayanghh…ahhhh enak taa” brian memuji kehebatan meta dalam memberinya service blowjob dan deepthroat secara bersamaan.

Brian semakin menggila, ia menyodokkan penisnya tanpa ampun pada mera, kadan ia seolah akan mencabut penis besar itu dari mulut si manis namun sedetik kemudian ia hujamkan dalam-dalam di tenggorokan meta, membuat meta berairmata sebagai reflek tindakan brian.

“ahhh taa…suka sayang? Enak kontol kak bri huh? Enak sayang? Suka kan dikontoli kaya gini huh? Suka ta…anjinghhhh enak bangethhhhh”

brian terus meracau ditenggah menggilanya ia menggempur tenggrokan meta tanpa jeda tanpa ampun dengan gerakan brutal.

“emmmhhh….enggg…akhhhh” meta tak bisa lagi bervokal ria, semua perkataannya tertahan dan tak akan tersampaikan dengan benar pada brian.

PLOPPHHH

Brian kali ini memberi meta jeda untuk bernafas, membiarkan sang submisive mengisi paru-parunya dengan oksigen agar bisa digenjot lebih dalam lebih keras dan lebih brutal lagi oleh brian sesaat lagi.

“ahhhh…hahh….kakhhh…pelan aja sayang….meta nurut kok kakhhh…ahhh..ahhh”

ujar meta seolah menenangkan dominannya kalau ia akan menuruti seluruh pintanya dan tak akan melawan, karena sesungguhnya meta juga menginginkan brian juga, terlebih lagi bercinta dengan sang dominan di Maldives akan menjadi kenangan terindah dan terpanas bagi metawin, pasalnya Maldives adalah tempat impiannya sedari dulu, dan saat ini ia ada disini bersama brian dan akan bercinta dibawah sang luna yang sedang purnama ditemani jutaan bintang diatasnya, siapa yang akan menolak kesempatan ini? Kalau meta? Tentu saja tidak.

“pinter kamu taa, ayo sayang masukin lagi, buat kak bri seneng ya sayang “

Maka yang dilakukan meta selanjutnya adalah memasukkan penis itu sekali hentak dalam tenggorokannya menuju titik terdalam dan terhangatnya, membuat brian kembali terkejut dengan kenikmatan yang menjalar di tubuhnya tak kira-kira membuat lututnya gemetar.

“ANJINGGHHHH…TAAAAA…AHHH…..FUCKKK FUCKK FUCKKKK AHHHH”

Brian meracau keras, ia tak tahan kalau begini caranya, meta benar-benar memberikan service terbaiknya malam ini padanya, brian bisa saja mencapai puncak hanya dengan blowjob yang diberikan oleh meta, maka keputusan selanjutnya brian akan langung mempersiapkan meta untuk segera melakukan penetrasi, melakukan penyatuan dan penggabungan dua insan ini.

PLOPPHHHH

“aahhh taa……udah taa..kak bri mau nyiapin kamu sayang, kak bri gak tahan pengen masukin kamu”

ujar brian yang langsung membaringkan metawin. ia meludahi tangannya sendiri sebagai ganti pelumas dan langsung memasukkan dua jari dalam tubuh meta, membuat meta menjerit terkejut karena perih akan benda asing memasuki tubuhnya tanpa aba-aba.

“AAAHHHHH KAK BRIIHHH…AHHH PELANNHHHHHH AHHHHH”

meta benar-benar terkejut, pasalnya brian tanpa memebrikan aba-aba langsung memasukkan dua jarinya tanpa jeda dalam diri meta.

“kenapa taa? Hmmm katanya nurut? Enak kan? Hah enak gak sayang?”

brian berkata seolah meta tak meraskan sakit disana, ia memamsukkan dua jarinya masuk dan keluar mencari titik kenikmatan meta, mencari-cari dimana kelemahan meta berada. Hingga…

“AAAARGHHHH AHHHHHH KAKHH AHHHHHHH”

meta menjerit histeris bersamaan dengan badannya yang menggelinjang, didetik ini brian tahu kalau ia berhasil menemukan titik sensitif itu. Brian mengulangi lagi perbuatannya, membuat meta kebingungan dengan sensasi ini, perih dan nikmat yang terus menghancurkannya semakin dalam.

“enak sayang? Disini iya? Hmmm? Disini taa?”

brian asik menanyai meta, sedangkan meta kepayahan mengatur nafasnya akibat perbuatan brian

Clok

Clok

Clok

Clok

Brian asik sekali membuat meta kacau dan hancur dari dalam hanya dengan kedua jarinya, ia merasa senang dan bangga karena dialah satu-satunya manusia yang dapat membuat meta sekacau ini dibawah dominasi dan komandonya, hanya dia, hanya brian yang bisa.

Setelahnya brian mencabut tangannya dan langsung memasukkan penisnya dalam diri meta, membuat meta yang sudah kacau kini semakin meledak nafsunya, rasa sesak langsung memenuhi diri brian dan sensasi penuh langsung mengisi seluruh relung pikiran meta.

“aaahh kak bri..ahhhhh engghhh” meta mendesah dan mengerang, bukan, ia bukan kesakitan, karena sesaat tadi brian sukses mempersiapkan meta hingga ia siap dimasuki oleh brian, jadi yang meta rasakan sekarang adalah sesasi penuh oleh kenikmatan dan datang tak beraturan menghancurkan akal sehatnya agar meminta lebih dan lebih lagi pada brian.

“taa…enak banget sayangggghhh….ahhhh taa” brian juga tak kalah vokal, ia membakar suasana dingin di pantai ini menjadi panas layaknya ruang sauna bagi mereka berdua, membuat brian berkeringat dan meta yang berpeluh karena badannya terlonjak-lonjak seiring sodokan yang diberikan oleh brian.

“engghhh more plishhh ahh fasterhhhh kak…ahhh harderrhhhhhhhh” gila ,sungguh gila. Meta meminta pada brian agar terus memepercepat gerakannya disaat dirinya sudah tak mampu rasa nikmat itu lebih lama, dan lebih banyak lagi.

“enak taa? Mau kak bri kencengin? Iya huh?” habis sudah kesabaran brian, ia menggempur meta tanpa ampun kali ini, membiarkan dirinya dikuasi oleh nafsu dan melampiaskanya pada simanis yang kini sudah tak berdaya dibawah dominasinya.

“akhhhh …ahh….ahh kakhhh…ahhh” meta mendesah karena brian menyodoknya dengan keras, sekeras mungkin brian bisa menyodokkan kejantannya dalam diri meta, membuat badan meta terlonjak-lonjak.

“ahhh taa….bentar lagi sayangghhh…tahan sayanghhh kelaur bareng-bareng sayanghhh ahhhhhh” brian sudah tahu kalau meta sudah dekat dengan pelepasannya, maka ia mempercepat gerakannya.

“ahh kakhhh….gak kuathhh…meta mau keluarhhhhh”

“bareng taa…ahhhhhh”

Mereka berdua sampai disaat bersamaan, membuat pelepasan terindah dan ternikmat sepanjang jalan percintaan mereka.

Disini di pantai ini Dibawah cahaya rembulan yang sedang purnama Dibawah saksi jutaan bintang alam semesta

Brian dan meta melebur menjadi satu jiwa atas dasar cinta.

Konten Kotor Jeje & baby Maldives 2