Rara dan Lala Semarang, 20 Oktober 2019 05:10 Pm

Mereka sampai.

Disebuah panti yang winata sangat sering kunjungi, panti satu atap namanya, disini banyak sekali anak-anak yang di tampung baik itu ada jalan ataupun dari dinas sosial.

Mobil mereka berhenti tepat di depan panti, dari dalam mobil, winata bisa dengan jelas mengenali dua bocah kembar di depan sana, itu adalah lala dan rara, dua bocah kembar imut itu sudah lama winata kunjungi sejak ia kuliah disini.

Karena bagi winata, bermain dan menghabiskan waktu dengan mereka adalah caranya untuk berbagi dan bersyukur atas apa yang telah tuhan berikan padanya, dengan cara inilah winata bisa bertahan di titik 0 nya ketika Day pergi meninggalkannya.

Ia akan banyak menghabiskan waktu di panti atau di komunitas sosial pendidikan untuk menghilangkan kesedihannya tentang Day, dan itu terbawa sampai sekarang, banyak komunitas dan jejaring pemerintahan yang mengenal winata sebagai salah satu volunteer kemanusiaan di Semarang.

Fakta bahwa sifat kemanusiaan sang mama menurun pada winata adalah sebuah teka teki dan misteri bagi semesta.

“yuk mas turun”

Win langsung membuka pintu, tak membiarkan Bright membukakan pintu itu untuknya.

Ekspresi exited itu terpancar disana, diwajah winata, melihat dua anak kembar sedang bermain di sore hari, sungguh bright telah jatuh hati dengan insan ini. Insan yang sudah lebih dulu keluar dari mobil untuk menuju lala dan rara disana.

Win terlebih dulu pergi meninggalkan Bright yang masih di mobil. Ia sudah duluan berlari menuju dua bocah kembar itu.

“KAK AWIINNNNNNNN”

jerit lala dan rara bersamaan.

Mereka melihat kak awinnya, itulah panggilan sayang lala dan rara untuk winata. Dua bocah itu berlari dari semula bermain petak umpet menuju winata yang juga berjalan ke arah mereka.

“haloo lala rara, kangen sama kak awin gak?”

winata kini memanggil dirinya sama dengan sibocah kembar memanggilnya.

“kak awin, lala kangen banget sama kak awin, udah lama kak awin gak tengok kita, iyakan ra?” itu si lala yang sedang mengoceh.

“iya la, kak awin nih padahal udah janji, tapi gak dateng – dateng. Capek tau kak nungguin kak awin tiap hari, iya kan la?” mereka kompak sekali, saudara kembar ini memang kompak, bahkan sore ini mereka sulit dibedakan jika Winata tidak teliti.

“aduhhh iya maaf ya, kak awin tugas sekolahnya lagi banyaaakkkk banget” winata berbicara dengan nada anak kecil, sangat menggemaskan, andai saja Bright melihatnya.

“karena kak awin udah ingkar janji, berarti kak awin harus dihukum, iyakan la?” tanya rara pada lala

“iya, setuju kak awin nakal harus di hukum” lala tentu menyetujuinya.

“iya deh, apa hukumannya?” winata mengalah pada anak kembar di depannya.

“gendong, lala minta gendong”

“rara juga, rara minta gendong” rara tak mau kalah.

Mereka sudah bergelayut di kaki winata, seperti akan memanjatnya.

“eh kak winatanya di apain tuh?” Bright berucap dari belakang seraya membawa anggrek ungu di tangannya.

Dia bocah kembar itu kini terdiam menatap bright yang sudah ada di sebelah winata.

“kak awin ini siapa?” tanya lala malu-malu.

“ini namanya kak bright, dia......” Win berfikir sejenak.

“dia gurunya mas di sekolah” lanjut win ketika sudah menemukan perumpaan yang tepat untuk dua bocah didepannya.

Bright hanya menaikkan alisnya mendengar perkataan winata, menahan tawanya.

“kak awin huh?” tanya Bright singkat yang selanjutnya ia berjongkok menyamakan tingginya dengan lala dan rara.

“halo cantik, nama kakak, kak Bright, yang mana nih yang lala dan yang mana yang rara?”

Tanya Bright pada dua bocah didepannya.

Dua bocah itu nampak bingung dengan perkataan bright barusan.

“lala kayanya kak bret ngomong sama kamu deh”

bisik lala namun tidak menggunakan nada berbisik sama sekali, bright dan Winata jelas mendengarnya.

“engga deh ra, kak bret bicara sama kamu” kini rara juga mengikuti lala yang berbisik namun suaranya kencang sekali.

“kak bret?” itu suara winata menahan tawanya.

“iya abisnya sulit namanya, kak bret aja biar gampang, iyakan la?” rara mencari dukungan saudarinya ternyata.

“iya kak bret aja ya” itu lala

“HAHHAHAHAHAHAHA KAK BRET, HHAHAHAHHAHA”

Winata terbahak kencang sekali, sungguh panggilan yang menggelikan.

Sedangkan bright? Ia sudah tak berjongkok lagi.

“yah.... Konyol juga soreku disini win” bright terlihat pasrah membiarkan lala dan rara memberinya nama kesayangan mereka.

“kak bret bagus juga kok” Winata membesarkan hati bright.

“tetep ganteng kan? Iyakan” bright menggoda winata di depan dua bocah lucu itu.

Win tak menjawab, memutar matanya seolah memberi isyarat terserah.

“rara kayanya kak awin pacaran deh” bisik lala pada rara

“iya ra, pantesan aja kak awin jarang tengok kita sekarang, udah punya pacar ternyata” bisik rara pada lala

“hayo bisik-bisik apa tuhh, kak win denger loh” Winata gemas juga di bicarakan oleh dua bocah manis itu.

“loh awin? Udah lama nak gak kesini?” ujar seorang wanita paruh baya di depan pintu.

“bundaaaaa”

Jerit lala dan rara bersamaan, mereka berlari pada orang yang dipanggil bunda itu.

“wahhh lala sama rara seneng kan pasti? Di jenguk sama kak awin tuh” ujar sang bunda pada dua bocah kembar itu.

“iya bundaa, tapi bunda tau gak?” adu lala pada sang bunda.

“apa sayang?” tanggap wanita paruh baya itu.

“masa kak awin masih kecil udah pacaran sih bunda” itu rara.

Winata terbatuk disana, mendengarkan ucapan rara. Sedangkan sang ibu panti? Tertawa mendengar dua bocah kembar itu mengerjai awin kakak mereka.

“nanti makan malam sekalian disini ya nak awin, sama siapa kesini nak?”

“perkenalkan ibu, saya Bright”

“nanti makan malam disini sekalian ya nak” ajak sang ibu panti pada Bright.

“ihhh gausah bunda, awin mampir bentar aja kok, awin suka ngerepotin aja nih bun” tolak awin halus.

“gapapa bun, biar Bright aja yang makan malam, kak awin biar makan batu di halaman tuh ahahahha” canda Bright pada winata

Mereka semua tertawa mendengarkan candaan bright, lala dan rara juga ikut terbahak-bahak. Berbeda dengan Winata yang mengerucut kan bibirnya pertanda kesal.

Panti satu atap Semarang dibawah senja Senin, 20 oktober 2019