Realized

Ciuman itu terasa semakin panas, ciuman day semakin menuntut winata untuk terus memacu mereka kehilangan kendali. Hingga win sudah tak sanggup lagi karena rasanya sangat berbeda, ciuman kali ini penuh paksaan dan dominasi, tidak sepeti bright yang ia kenal.

“mas udah....ahhhh...hahhhh....udah mas”

“kenapa hmmm? Gak mau lagi?” tanya orang yang masih belum winata sadari sosoknya.

“not here mas, tujuan kita kesini kan mau ke nikahan adeknya mas kan? Yuk keluar aja”

Win tersenyum dan langsung menggandengnya ke tempat resepsi dilaksanakan.

Langkah nya semakin terasa berat, kakinya semakin kehilangan kemampuan untuk melangkah ketika Winata melihat Bright di ujung sana masih menggunakan jas hitamnya, otaknya menipu dirinya, membuat dirinya bingung sendiri, tak terhitung Winata menatap bergantian antara Bright yang ada diujung sana dengan orang yang ia genggam tangannya.

Kepala winata berdenyut sakit, semua kemungkinan buruk itu terus muncul di pikirannya hingga ia beranikan untuk melepas genggamannya.

“da...... Day?” ujar win pelan namun bisa di dengar oleh insan yang tadinya ia genggam tangannya.

“ya? Kenapa? Do you miss me bunny?” respon Day yang langsung menusuk ulu hati Winata, sakitnya tak terkira mengingat apa yang telah mereka lakukan tadi.

Win berhenti melangkah, mereka menjadi perhatian semua orang yang menjadi tamu undangan, tak terkecuali Bright yang terkejut karena Win lebih dulu menemui Day sebelum ia mengenalkannya terlebih dahulu.

Maka dari itu Bright mendatangi mereka berdua dan kini Winata dihadapkan oleh dua orang yang memiliki wajah dan fisik yang sama.

Kepalanya semakin sakit berdenyut, ia kesulitan mengatur nafas karena sesaknya pernafasan.

“win ini....” ucapan bright teropong ketika win menempatkan jari telunjuknya tepat di mulut bright sebagai isyarat untuk diam.

Dipandanginya antara Bright dan Day bergantian, ia masih tak percaya dengan apa yang ia saksikan, ia tak tahu harus memberikan respon seperti apa, ia terlalu bingung bahkan untuk berfikir dan mencerna keadaan sekalipun.

“loh day sayang, kok disini. Eh ada winata? Win datang mau lihat day nikah ya? Ohhh datang sama Bright ya tadi dari semarang?” itu suara yang Winata kenal, ketika dulu masih di semarang ia dekat dengan sang mama dari Day, kekasihnya.

“i.... Iya tante” win tak tahu lagi skenario yang sedang dijalankan tuhan untuk mengerjai dirinya saat ini.

“ohhh, udah tahu kan kalau Bright itu kakaknya Day? Ya baguslah kalau kalian udah bisa saling merelakan”

Ia terlalu shook untuk memproses apa yang sebenernya terjadi, kepalanya terlalu sakit karena mengingat semua kejadian di masa lalu antara dirinya dengan Day, dan ia masih belum percaya kalau Bright yang ia kenal adalah kakak dari Day, orang yang meninggalkannya tanpa alasan dua tahun lalu.

Winata mendengar namun rasanya seperti tak mendengar, semua suara bising di ruangan ini terasa sunyi di telinganya, nafasnya semakin terasa sesak, lututnya tak mampu lagi menompang beban tubuhnya, matanya kini menggelap. Dan yang terjadi selanjutnya ada Winata terjatuh tak sadarkan diri di tengah pesta pernikahan yang terus berjalan.