Ring Minggu, 8 Desember 2019 Dusun Semilir.

Michelle dan Bright ada disana, di destinasi yang terakhir kali ia kunjungi dengan Winata beberapa bulan lalu, kini ia membawa Michelle kawan lamanya untuk melihat keindahan potret kota Semarang itu.

Teriknya matahari nyatanya tak meruntuhkan niat michelle untuk mencoba setiap wahana yang ada disana, ia terlihat sangat senang menikmati kota Semarang yang tengah terik, seperti menikmati musim panas ketika di London.

Sudah 2 jam lebih mereka berdua mengeksplor setiap sudut di destinasi wisata ini, ada michelle yang terlihat kelelahan namun sangat senang, ada Bright yang senantiasa menemani kawan lamanya itu kesana kemari sesuka hati.

“gila, gila panasnya gini gue suka banget Bright, ahhh kangen summer di London, sayang banget disana lagi winter, gapapa lah ya gue curang ngerasain summer di Indonesia dulu ahahahha”

Tawa Michelle terdengar renyah, gadis manis itu sudah menjadi kawan dekat Bright sejak duduk di semester satu di Imperal College London bertahun – tahun lalu.

“itulah alasan gue ga balik-balik lagi ke london, enak kan di Indonesia? Hahahahha”

Bright ikut tertawa bersama kawan lamanya itu, merasakan kembali nostalgia semasa kuliah dulu bersama kawan-kawannya, Bright merasa semua kenangan indah itu terbingkai indah dengan baik di ingatannya bersama dengan memori indahnya tentang winata disana.

Bagi Bright, mereka sama-sama pentingnya dalam hidupnya, memiliki peran dan bagian masing-masing dalam hati dan pikirannya.

“halahhhh, alesan doang kan lo, lo betah disini gara-gara winata kan? Ahahha ayo cerita sama gue” ujar Michelle di yang masih berdiri dibawah teriknya matahari.

“nanti deh, yuk ngadem dulu chell, nyari minum dulu”

Ajak Bright, Michelle hanya memberikan jempol dan meninju lengan Bright, begitu lah persahabatan mereka, sangat indah. Jika ada yang bilang seorang lelaki tak bisa bersahabat dengan perempuan, maka Bright dan michelle sudah mematahkan stigma itu.

***

Kafetaria 14:20 Pm

“jadi gimana? Udah dua tahun lo gak pernah balik london sama sekali, mau settle down disini lo?” tanya michelle sambil sesekali menyedot jus jeruknya.

“i don't know chell, tapi pasti suatu hari gue balik ke london kok”

Jawab Bright, pandangannya ia bawa ke atap kafe, menghindari tatapan Michelle. Ia paham kalau Psikolog Klinis di depannya itu sedang mencoba mencari informasi darinya, sama pintarnya seperti gawin.

“sini liat mata gue” Michelle peka juga, ia sadar kenapa Bright tak berani membalas tatapannya.

Bright tak bergeming, malah sibuk bermain dengan sedotan jus miliknya.

“gue bilang sini lihat mata gue”

Michelle lama-lama geram sendiri dan ia berdiri memegang kepala Bright tepat di depan wajahnya agar melihat matanya.

“nah gini dong”

“ayo cerita, pasti ada apa-apa nih, lo aja dulu ke brokelyn 1 bulan buat penelitian aja ga betah, ini malah dua tahun lo disini gak balik ke London, tell me, gue masih michelle tempat sampah lo, tempat cerita lo dari dulu”

Michelle tersenyum, melihat sahabatnya itu sekarang terlihat lebih bahagianya dari biasanya, ia bisa melihat tawa dan senyum Bright lebih sering dari pada di London.

“honestly, gue udah suka sama dia sejak awal pindah disini chell”

Ujar Bright tiba-tiba, michelle tak perlu memaksa Bright karena ia tahu kalau akhirnya Bright akan menceritakan itu padanya.

“dia? Win? Winata?” Michelle memastikan.

Bright menangguk sebagai jawaban pertanyaan michelle yang terdengar antusias.

“sejak gue pindah dua tahun lalu, gue liat dia di ruang asdos, gue gak tau chell, gue ngerasa dia beda aja, dia spesial chell....”

Bright mengambil nafas panjang.

“tapi gue belom berani deketin dia, gue pendem aja rasa suka gue ke win sampai dia daftar asdos pengukuran psikologi, gue jadi lebih deket sama dia dan ditambah dia anak bimbing gue juga”

Lanjut bright

“woaahhhhh, double combo, gila lo Bright ahahahha, terus sejauh ini udah sampai mana hubungan kalian?”

Michelle lanjut bertanya, ia mengerucutkan topik dan membawa Bright ke alur pembicaraannya.

“belom ada kepastian Chell, gue pernah nyakitin dia sekali dulu, gue nyesel dan bener-bener nyesel. Gue pikir akan jadiin hubungan ini official pas KKL di bali, tapi gue pikir itu kelamaan kan? Sedangkan gue sama winata udah deket tiga bulan terakhir, gue rasa udah cukup” Cerita Bright tentang keputusannya di Bali saat itu.

Michelle mengangguk tanda mengerti.

“jadi? Kapan?”

Itulah Michelle, tanpa basa-basi langsung menanyakan 'kapan' pada Bright.

Bright tersenyum mendengarkan pertanyaan michelle, ia blushing sendiri memikirkan dirinya dan Winata jika resmi menjadi sepasang kekasih.

“rencana tanggal 14 bulan ini chell, doakan ya semoga berhasil” Jawab Bright dengan senyum manisnya.

“woahhhhh, gila lo gilaaaa, gue ga sabar liat kalian pacaran huhuhuu”

Respon michelle berlebihan, seperti layaknya sahabat karib yang tahu kalau sahabat yang sudah lama melajang kini sudah siap untuk memiliki dan dimiliki.

Bright masih tersenyum, dalam benaknya Michelle tak pernah berubah, masih sama seperti dulu. Selanjutnya ia merogoh sesuatu dalam handbagnya, ia mengeluarkan sesuatu dari dalam sana.

Sepasang cincin titanium abu-abu ada dalam kotak itu, didalam lubang cincin itu terpatri nama Bright dan Winata disana, mungkin saja Bright akan memakai cincin dengan nama Winata dan Winata akan memakai cincin dengan nama Bright disana.

“aaaaaaa Bright, lo romantis banget sihhhh, aaahhh jealous banget gua sama winata ahahahaha, carlos aja ga seromantis ini tauuu”

Respon Michell ketika melihat dua ring titanium itu di depannya.

“kira-kira win suka gak ya chell?”

“ya suka lah, kalo gini mah langsung lamaran aja Bright” canda michelle sambil berkelakar.

“nanti chell, gue tahu Win anaknya cerdas, gue mau nunggu dia sampai selesai kuliah S1 dan bahkan jika dia nyuruh gue nunggu buat S2 akan gue jalanin”

“lo siapa sih? Gue ga kenal Bright yang kaya gini ahahahhaa aaaaaa bright gue bangga banget sama lo, lo emang lelaki sejati, jaga winata baik-baik kalo udah dapet, jangan sampe nyesel oke?”

Bright mengangguk sebagai jawaban dan kembali memasukkan kotak cincin itu dalam handbagnya.

” ngomong – ngomong soal lamaran nih ya, gimana lo sama carlos? “ Gabtian Bright yang menyelidik kali ini.

“hehehhe tau aja lo ah, bulan 3 tanggal 3 tahun depan, dateng lo sama winata, gue ga mau tau ahahha”

“sekarang gantian gue yang kaget, ikut seneng buat kalian, akhirnya nikah juga ya setelah pacaran dari S1 sampe sekarang ahahah”

“makanya dari itu, lo harus dateng ke sana, ajak Win ke London, ajak dia ketemu om fernando sekalian ahahha temu calon mertua sekalian ahahha” canda Michelle menggoda Bright.

“gue pasti dateng kok chell, dan semoga aja bisa sama winata”

Dalam hatinya paling dalam, Bright setuju untuk membawa Winata ke London dan menemui sang papa, dan mungkin ia akan membawa winata melihat kampus ICL sebelum si manis benar-benar akan meneruskan studinya disana, pasti winata akan senang.

Dibawah langit semarang yang tengah terik, ada sepasang sahabat yang sedang bertukar pengalaman hidup dan cerita hidup mereka masing – masing setelah dua tahun lamanya tak berjumpa.

Semarang, 8 Desember 2019 Dusun Semilir. Bright dan Michelle.