Side To Side


layaknya kapal yang sedang berlayar. Brian dan metawin kini sedang berada dalam perjalanan menuju kebahagiaan. layar mereka mengembang dan membentang. angin membawa mereka semakin cepat berpacu dengan waktu. lalu mereka dapati kalau cinta yang mereka punya untuk dibagi berdua dan dinikmati bersama.


Brian dan win bertolak dari distrik inti menuju tempat tujuan, hanya brian yang tahu kemana mereka akan pergi, win sengaja tak diberi tahu oleh suaminya itu karena ini adalah salah satu kejutan pernikahan mereka, ya, brian telah mereservasi sebuah tempat yang indah di sektor 4 untuk menghabiskan waktu bulan madunya.

Sepanjang perjalanan win selalu vokal, terkadang ia akan berbicara dengan brian menceritakan bagaimana perasaannya setelah menikah dengan penerus tahta kerajaan itu, terkadang ia menghabiskan waktu dengan mengunyah camilan yang mereka bawa, sesekali ia memasukkan camilan itu kedalam mulut brian untuk membaginya berdua dan mereka nikmati bersama, bahkan terkadang metawin akan tertidur karena lamanya perjalanan yang mereka tempuh.

“kak masih lama ya? Capek banget nih posisi duduk terus huhuhu”

Brian masih fokus pada jalanan yang senggang, tak lama lagi mereka akan sampai di sektor 4, hanya harus melewati beberapa stop lagi untuk sampai keperbatasan sana.

“memangnya kamu mau posisi apa hmmm?”

jawab Brian dengan nada bercanda, ia terkekeh sendiri, pikirannya sudah kemana-mana sejak dirinya sah menjadi suami seorang metawin.

“he?” respon win bingung, ia melihat kearah bright, didapatinya bright sedang terkekeh menahan tawanya.

“kak bri kenapa sih? Win tuh beneran capek, pikirannya kotor mulu ihhh sebel” win berkata dengan nada merajuk

“ahahahha kak bri juga serius, kalau kalau capek duduk mau kakak pangku?”

brian mendekatkan dirinya pada win, mengabaikan jalanan yang sedang lenggang didepannya.

“gakkk…kak bri pasti mikir aneh-aneh deh, lagipula kan kak brian lagi nyetir mobil, harus konsen”

“iya deh iya, kita stop sebentar di rest area ya? Istirahat dulu aja daripada dipaksakan kan?”

“boleh kak, sekalian cari makan siang ya? Win laperrrrr”

Rengek win seraya memegang perutnya, bright terkekeh mendengar metawin yang seperti ini, seperti ingin dimanja olehnya.

“iya sayang”

Kalimat sesederhana itu membuat win blushing hingga wajahnya memerah, aahhhh nyatanya win juga sudah berfikir sejauh itu setelah menikah dengan brian.

Mobil mulai menepi ke rest area, mereka benar-benar akan beristirahat sejenak sebelum menuntaskan perjalanan menuju sektor 4.

“yuk turun sayang”

Lagi, win masih belum terbiasa dipanggil seperti ini, rasanya seperti…..ada jutaan kupu-kupu yang terbang diperutmu. Win turun dan brian langung menggandeng dan menggenggam tangan metawin, seakan ingin menunjukkan kalau metawin sudah menjadi miliknya dan hanya dirinyalah yang boleh berbuat seperti ini.


Mereka duduk berhadap-hadapan dikantin, meski banyak orang yang mengenali mereka, nyatanya rakyat negeri ini selalu menempatkan privasi orang lain terlebih dahulu, jadi bright dan win nyaman untuk sekedar beristirahat dan makan disini.

“mau makan apa win?” brian membolak balikan buku menu.

“win pengen makan……….”

“sayur? Daging?” tebak sang suami

“dua-duanya boleh sih kak”

“daging aja ya? Kata papi kamu harus banyak makan daging, biar kuat staminanya”

“hah? Emang kita disana mau ngapain kak? Kerja yang berat-berat ya? Huhuhu win kira mau santai-santai”

“ahahahaha gak gitu sayang, ya ….stamina buat….hehehhe paham kan?”

Win diam dan berpikir sejenak, setelah dirasa ia paham kemana ujung pembicaraan ini, matanya langsung melotot melihat brian.

“kak bri kenapa sih ih, dari tadi loh….masa bahas itu mulu ih”

Win agak kesal agaknya, bright mendekat dan membisikkan sesuatu disana

“kamu sih gak ngasih kak bri dari kemarin-kemarin”

“kan……anu…nanti disana ajaaa”

“nah gitu dong, kak bri kan jadi semangat ahaahhaha, iya kamu makan daging aja ya? Kak bri mau makan sayur aja”

“kenapa kak brian gak makan daging, kan biasanya juga sharing makanan sama win kan?”

“kata papi, kalau mau punya anak cowo, kamunya harus makan daging yang banyak, kak bri yang makan sayur”

“hah? Emang ada kaya gitu kak? Ihhhhh kak brian kok udah mikir sejauh itu sihh…win…win kan jadi…..ahhh”

“ahahahha jangan malu-malu gitu lah sayang, kak bri pesenin ini ya?”

Win mengangguk saja.


Roda mobil kembali berputar, mereka melanjutkan perjalanan terakhir mereka menuju tujuan, tak lama hanya 1 jam saja mereka sudah sampai disebuah bangunan megah dengan desain futuristik, brian sudah memesan tempat ini jauh-jauh hari sebelum pernikahan mereka diselenggarakan.

“yuk turun sayang”

“iya kak”

Satu persatu koper yang mereka bawa diturunkan dari bagasi, ketika win akan membawa sebuah koper berukuran sedang, ia dicegah oleh brian.

“biar kak bri aja yang bawa” ia tersenyum pada metawin.

“gapapa kak, win bisa bawa kok”

“enggak, sini biar kak bri bawa semua”

Jadilah brian membawa dua koper berukuran besar dan sedang itu. Diperlakukan demikian membuat win tersenyum sendiri, ternyata begini rasanya.

Didalam ruangan yang sangat megah ini ada banyak sekali kamar, dan ruangan-ruangan lain yang terlihat sangat indah.

“kak ngapain sih reservasinya disini? Apa gak terlalu besar ya kak? Kan kita berdua doang disini”

“shhhh gapapa win, kak bri mau mainnya pindah-pindah”

“he?...”

“KAK BRIIIIIII…..GITU LAGIIII”

“AHAHAHAHHAHA”

“udah ah, win mau mandi, ini udah sore”

“mau…mandi bareng ya sayang”

Win terdiam, mengapa ia tak memikirkan kemungkinan brian akan memintanya mandi bersama, sial.

“eummmm…anu…..kak”

“gapapa kan? Kita udah nikah loh win, mau ya?”

dengan malu-malu metawin mengangguk.


Brian sudah berada didalam bathub menunggu metawin untuk segera masuk dan bergabung dengannya didalam sana.

namun diluar kamar mandi metawin merasakan debaran yang luar biasa, entah tak tahu mengapa, mereka sudah pernah melakukannya namun saat ini rasanya sangat berbeda, rasanya seperti apapun yang kau lakukan semesta akan mendukungmu, bahwa tak ada kata salah disini, semua yang terjadi dibenarkan oleh semesta dan seisi negri ini.

Win mengambil nafas sebanyak mungkin lalu ia hembuskan bersama semua keraguan yang ada dipundaknya. Kini ia memakai sebuah kimono putih, yang didalamnya hanya ada celana dalam yang ia pakai, ia masih ragu untuk membuat dirinya polos dibalik kimono ini.

dengan langkah mantab ia masuk kedalam kamar mandi. Didapatinya brian sedang asik berbaring menggunkaan kedua tangannya sebagai tumpuan dibelakang kepalanya, mengekspos otot dada, tricep dan bicepnya secara bersamaan, membuat win bingung dan gelisah apakah ini keputusan yang tepat untuk mandi bersama brian. Baru saja win akan melangkah keluar, brian sudah memergokinya dan memanggil win untuk segera masuk dalam bathub.

“loh sayang, mau kemana? Sini sama kakak” Panggil brian seraya melambaikan tangannya.

“eh….i-iya kak”

Sudah tertangkap basah, win tak bisa keluar saat ini, ia melangkah mendekati bathub dan duduk diatasnya sebelum masuk kedalam bathub.

“ayo masuk sini, masih sisa banyak nih, gede banget bathub-nya sayang?”

Brian menggeser tubuhnya, agar metawin segera masuk dan bergabung untuk berendam bersamanya.

“ayo masuk sini”

“ummmm kak….win……”

“kenapa? Malu? Kak bri suamimu win kenapa malu, sini masuk”

Win tersenyum lalu ia melepaskan kimono yang ia pakai, hanya ada cd yang menempel ditubuhnya, selanjutnya ia ikut masuk kedalam dan berendam bersama, bright membawa kepala metawin untuk ia sandarkan di otot bicepnya.

“siapa bilang boleh pakai cd hmmm?

brian langsung mengarahkan tangan metawin menuju privasinya.

“kakkkkkk….”

“kenapa hmm? Udah keras kan, nungguin kamu dari tadi lama banget kenapa?”

Brian mendekat dan mengendus dan kadang menjilat telinga metawin, membuat win kegelian sendiri juga merasakan gejolak yang mulai merambat keseluruh tubuhnya, ditambah lagi kini win menggenggam milik bright yang tengah ereksi sempurna, meski air di bathub tertutup busa, win bisa memastikan kalau milik sang suami kini benar-benar ereksi sekeras-kerasnya.

“kak geli ahhhh”

“teruslah menggelinjang kalau itu bisa menghilangkan geli mu sayang, kak bri mau jadi vampire disini”

Brian mulai menjilat area telinga dan leher jenjang metawin, memberikan win rangsangan kecil yang akan menjadi pemicu meledaknya libido mereka berdua.

“gerakin tanganmu sayang, buat kak bri enak, bisa?”

ucap brian lirih ditelinga metawin, bahkan tanpa diperintah metawin tentu akan melakukannya untuk brian.

Win mulai menggerakkan tangannya dari kepala penis brian menuju pangkalnya, air busa membuatnya menjadi licin dan itu memberikan sensasi nikmat.

“kak…”

“hmmmm?”

“win gak mau main disini” rengek metawin

“siapa yang bilang kita mau main disini sayang? Udah gak sabar kamu?”

Win gemas sendiri, ia meremas penis brian lebih keras dan hal itu membuat brian terkejut, entah ada rasa ngilu dan nikmat yang datang bersama-sama.

“jangan di remas kayak gitu dong win, ayo sini naik ke pangkuan kakak”

Win tersenyum lalu ia mulai naik ke pangkuan suaminya yang sudah sah menjadi raja itu, wajah mereka berhadap-hadapan, brian bisa merasakan hembusan nafas metawin, pun hal yang sama dirasakan si manis.

“kamu juga udah keras huh?” Win mengangguk

“tapi gak sekarang ya kak, sekarang mandi aja boleh?”

Bright tersenyum dan mengangguk, baginya kenyamanan metawin lebih penting dan lebih ia prioritaskan daripada menuruti egonya yang mungkin akan menyakiti si manis ini.

“kalau boleh jujur, ini punyanya kak bri ngeganjal duduknya win nih heheheh”

“gapapa, dudukin aja. Sini kasih kak bri kiss sayang”

Dan mereka berciuman, sangat pelan dan lembut, kecupan itu semakin lama semakin dalam, bright bahkan bermain lidah saat ini, ia menyebrangkan lidahnya untuk menyapa deretan gigi kelinci metawin dan mencari lidah win disana, nikmatnya mereka rasakan bersama, meski kini mereka tengah berendam, nyatanya suhu tubuh mereka berdua memanas seiring terbawanya mereka dalam permainan sederhana ini.

PWAHHHH

“ahhh…hahhh….udahan yuk kak, mandi di shower abis ini nyantai di gazebo enak deh kayanya kak”

“boleh”

Mendengar jawaban dari sang suami membuat win senang, namun hal itu harus pupus seketika.

“tapi kita harus buka ini dulu sayang”

Lanjut bright langsung menarik satu-satunya kain yang menutupi badan win, ia menariknya dengan gerakan cepat dan hal itu membuat kaki win yang semula terbuka kini reflek menyatu dan hal itu membuat win hampir terjengkang kebelakang kalau saja brian tak menaikkan lututnya sebagai sandaran punggung si manis yang tengah terkenjut ini.

Kini mereka berdua sama-sama polos, hanya saja bagian privasi mereka saat ini tertutupi air yang mengembangkan busa sabun, win hampir saja mau menjerit histeris karena saking kagetnya dengan gerakan brian yang tiba-tiba itu, namun ketika brian menaikkan lututnya dan memberikan sandaran agar win tak jatuh, reflek win untuk menjerit itu hilang.

“kakkk win kaget tauk ihhh”

“ahahahaha kamu sih, siapa suruh buru-buru banget, nikmatin aja dulu sayang, sini peluk kak bri”

Metawin mendekat, menempatkan kepalanya di pundak brian, saling besisian, pandangannya langsung menghadap punggung sang raja, pun sama dengan brian, kini matanya langsung tertuju pada punggung putih bersih metawin, mereka terus bertahan diposisi itu untuk saling menggosok punggung sang pasangan, sesekali brian melakukan kejahilan dengan bergerak lebih jauh kebawah lalu meremas pantat suami manisnya itu.

“jangan nakal deh kak tangannya”

“gapapa dong, kamu kan punya kak bri hahahaha”

“udahan yuk kak? Abis ini aku mau tiduran di gazebo sambil lihat bintang dilangit pasti bagus deh kak, yuk kak”

“hmmm? Bentar….”

Brian agak mengangkat badan metawin, hal yang selanjutnya yang ia lakukan membuat win menggigit bibirnya sendiri untuk meredam erangan namun gagal juga.

Brian memasukkan penisnya kedalam metawin, tidak, brian tak sekasar itu, ia sangat menyayangin metawin sebanyak ia ingin hidup dan menua bersamanya, ia melakukannya dengan pelan dan hanya memasukkannya saja, tak melakukan gerakan menarik diri dan mendorongnya, hanya memasukkan saja dan ingin merasakan kehangatan yang sudah sangat lama tak ia rasakan sejak terakhir kali mereka melakukannya dengan metawin dulu.

“kakkk….emmhhhhhhh….ke-kenapa di…sinihhhhh”

Win merasakan dirinya penuh hingga ke titik ujung sana, brian benar-benar mengisinya hingga tak bercelah, semuanya penuh oleh brian. Win sampai memejamkan matanya dan mencakar punggung suaminya itu untuk melampiaskan nikmat dan perih yang ia rasakan datang bersamaan.

“uhh…huhhhh….kak…emmhhhh yaudah…..di…sinih….ajahhh…gerakainhhhh”

Brian tersenyum mendengar suaminya itu yang ternyata tak tahan juga, namun kali ini ia akan mengetes kesabaran metawin, sejauh apa dia bisa mengendalikan dirinya atau malah akan merengek-rengek untuk segera menuntaskan permaianan panas di bathub ini. Ia mulai menyabuni punggung metawin, punggung kesukannya, brian tak peduli dengan penisnya yang tengah ereksi luar biasa dan sudah melakukan penyatuan dengan metawin, juga brian sebisa mungkin menahan desahannya ketika win mengetatkan cengkramannya pada otot-ototn dalam tubuhnya hingga menimbulkan rasa nikmat pada penis brian.

“eeemmmhhh….ayo kak..please gerakinhh…..ini enak bangethhhhh”

“ngomong apa kamu win, tadi katanya gak mau main disini hmm? Ini kakak lagi gosokin punggung kamu nih, ayo gosokin juga punggung kakak”

Win tak bisa fokus, ia terus-terusan mengejang dan mencakar punggung brian, buku-buku kukunya sampai memutih karena deraan nafsu yang semakin mendorongnya kehilangan kontrol akan tubuhnya sendiri. Win mulai menggerakkan pinggulnya keatas dan kebawah, mencari-cari nikmatnya sendiri karena brian sepertinya tak berencana memberinya kepuasan saat ini, brian hanya ingin menggodanya.

“eh…apanih? Kenapa gerak-gerak? Diem sayang”

Brian berucap sembari menahan nikmatnya dari setiap gerakan yang ditimbulkan dari gerakan metawin.

“gerakinn….pleaseee…gerakin kakkk”

PLAKKKK

Brian menampar pantat metawin, membuat bunyi kecipak di air menjadi nyaring.

“AHHHHH….yahhh…iya kak please hukum win….ahh”

Nafsu itu seperti ditiupkan pada jiwa metawin, ia semakin liar, semakin hilang kendali namun brian langsung memegang pinggang suaminya itu yang sibuk bergerak naik turun.

“shhh….nanti sayang, kak bri kasih kamu sampai kamu puas, sampai kamu gak bisa jalan, iya kan? Nanti jangan disini, ayo selesaikan mandinya dulu”

“ta-tapi…emmhhhh ini….enak bangethhh….please kak….ahhhh….”

Win terengah-engah merasakan penis brian yang semakin menganjal dirinya

“win….win mau….emhhh….win mau hamil anak kak bri….please…..fuck me kak”

“gitu? Mau hamil anak raja hmmm?”

“i-iya…ayo kak…ini nanggung bangethhhh”

Mendengar itu membuat brian terpancing juga, metawin yang biasanya sangat manis kini seperti jalang didepannya dan brian menyukainya, ia langsung menggendong metawin kelaur dari bathub dan membawanya ke ruang shower, belum sempat win mengeluarkan sepatah katapun kini brian membuat win terpojok di kaca, mereka berdiri dan win membelakangi brian.

“ini yang kamu mau win huh”

“AHHHHH….i-iya…please”

Brian mulai memompa win dengan gerakan yang lembut, memastikan kalau win juga menikmati permainan ini sebanyak ia menikmatinya, meski berakting kasar namun tetap saja perlakuannya sangat lembut pada metawin, brian memegang pinggung win dengan kedua tangannya agar win tak menjauhkan pinggulnya ketika brian sedang menggila memompakan penisnya dalam-dalam.

“ahh….enak kak? Huhhhhh…..ahhhh….enak gak kak?”

“shittt.,…enak banget win….sempit banget kamu sayanghhh”

Winn tersenyum mendengarnya, ia suka dipuji, ia haus akan itu, semakin ia dipuji semakin liar nafsu bergejolak dalam dirinya.

“kak bri suka…ahhh…..hahhhh…kakk…kencengin lagi..”

“win….mau…..”

“NANTI!.....HAH….FUCKK…BARENGAN SAYANG”

Brian semakin mempercepat temponya, bunyi benturan kedua kulit semakin nyaring terdengar.

“iyahhhh….gitu kak…..yang kenceng…ahhh…enak…ahhhh”

Brian berpindah dari memegang pinggang metawin kini langsung menuju dada dan meremasnya, ia suka meremas dada suaminya yang terbentuk itu, dada bidang win dan puting pink itu ia remas dan ia mainkan dengan mencubitnya pelan namun membuat win kesetanan.

“ahhh…enakkk…..win mau keluar kak….gak kuathhh….kontol kak bri kerasa ….sampe dalem…..bangethhhh”

“keluarin win…..kalau mau keluarin aja…ahhh…”

“win kel-luarhh..AHHHH”

“SHITTT tambah ketat bangethh fuckkk…..sayangghhhhh”

Win mendapat pelepasannya, nikmat sekali bercinta dengan sang suami yang gagah seperti brian, kini tinggal brian yang belum mencapai pucaknya.

Brian semakin cepat berpacu didalam sana, nafasnya terengah-engah, pun win yang kini sudah lemas karena lelahnya menghadapi sang raja yang staminanya tak ada habisnya ini.

“ah-kak…bri….u-udahhh…..ngiluu…”

“dikit lagi win…..fuckk dikit lagiiii”

Tanpa disangka, brian langsung mengeluarkan penisnya memposisikan kepala win didepan kejantanannya, ia tak menerima protes, sebelum ada sepatah kata dari mulut metawin, brian lebih dulu menjejalkan penisnya langsung menuju tenggorokan metawin si manis itu, ia ingin win menelan spermanya tak bersisa, semuanya tak menyisakan setetes benih pun.

“telen sayang…ahhhh shitt…kak bri keluar win….telannn”

Win tak bisa berkata tidak, semua cairan cinta itu masuk semua dan ia menelan semuanya tak bersisa, ini benar-benar diluar dugaan seorang winata, ia ingin brian keluar didalamnya namun yang ia dapatkan malah sperma brian yang sukses ia telan semua, meski win agak kecewa, namun tak apa, permainan mereka bisa diulangi lagi nanti atau esok hari.

Konten Kotor JeJe 2020