Stuck

***

sama seperti purnama sinarnya memupus gelap cahayanya memupus badai ia seperti pelita bagi dunia yang gelap gulita lalu bright mendapati bahwa dunianya baik-baik saja

***

Semarang, 26 Desember 2019 RS Elizabeth 08:15 Am

Bright terbangun ketika samar-samar ia mendengar suara percakapan, iya itu suara yang ia kenal, suara yang mengantarnya pulang hingga ia membuka mata sewaktu subuh tadi, suara Winata yang tengah bercakap-cakap dengan dokter, ternyata dokter sedang visit pagi ini.

“pak Bright harus diet kafein dahulu, ini untuk mempercepat recovery, juga tolong obat yang diberikan harus diminum tepat waktu”

“baik dok, terimakasih”

“apakah pasien sudah siuman? Harusnya sudah karena pangaruh anastesi-nya sudah mulai hilang”

“sudah dok, pagi tadi saya tahu mas Bright sudah siuman, namun sekarang tidur lagi”

“baiklah, kalau keadaan memang sudah membaik saya akan lepaskan semua selang, itu saja pesan saya ya dik win, obat dan makanan yang diberikan tolong segera diberikan pada pasien, saya izin visit pasien lain dulu”

“baik dong, maaf saya mau tanya, apakah nanti mas Bright akan dipindahkan keruangan yang lebih nyaman? Maksud saya yang lebih kondusif?”

“iya dik, nanti bisa ke bagian administrasi dan semuanya akan segera diurus ya”

“kira-kira ada ruangan VVIP yang masih tersisa gak ya dok?”

“bisa ditanyakan kebagian administrasi, tapi sepertinya masih ada karena tak banyak yang memilih menggunakan ruangan VVIP”

Jawab sang dokter, jelas ruangan itu bagaikan ruangan nomor wahid di Rumah Sakit ini, tak banyak yang menggunakannya karena memang harganya yang sangat fantastis per malamnya, namun itulah winata, ia ingin yang terbaik untuk Bright, agar proses recovery-nya cepat berlangsung.

“baik dok terimakasih”

Setelahnya tak ada suara lagi, Bright yang masih diserang sedikit efek anastesi kini mencoba membuka mata dari kantuknya.

Ia merasakan winata mendekatinya, lalu duduk disamping ranjangnya, winata membelai puncak kepala bright, ia membisikkan sesuatu disana.

“bangun mas, win disini gak pergi” ucap winata lirih yang selanjutnya ia mengecup puncak kepala Bright.

Diperlakukan begitu membuat hati bright senang, namun sialnya ia kalah melawan efek anastesi itu, lagi-lagi ia harus terlelap mengaku kalah dengan kantuk yang semakin membuat matanya berat.

***

Ruang Permata Azura 11:30 Am

Bright terbangun, matanya terbuka dan perlahan ia bisa melihat dengan jelas, anehnya ini ruangan yang berbeda, apakah ia sudah dipindahkan? Ruangan ini benar-benar ruang VVIP di rumah sakit ini, hanya ada satu bed besar dan ruangan disini sudah seperti kamarnya sendiri, ada sofa, kulkas, bahkan ada televisi alat-alat pembuat minuman.

Bahkan kini bright menyadari bahwa semua selang yang tadi menempel ditubuhnya sudah menghilang entah kemana, tubuhnya benar-benar merasa lebih baik saat ini.

“mas udah bangun?”

Itu winata, ia duduk disofa sembari menonton tv, ia mendapati bright tengah membuka mata dan memperhatikan tubuhnya sendiri, mungkin ia heran kemana semua selang-selang itu tadi.

Win langsung mendekat dan duduk ditepi ranjang bright, ia membantu Bright untuk duduk, matanya tak pernah lepas dari mata bright yang selalu memandangnya, mata yang sama dengan mata yang membuat winata jatuh cinta ketika di hero café dahulu.

“kamu disini win”

ucap bright lirih, suaranya seperti akan menghilang karena saat ini tenggorokannya terasa seperti gurun sahara, sangat kering dan haus.

Win tersenyum, tanpa ia bertanya ia paham kalau bright kini tengah kehausan, ia berdiri dan mengambil air mineral kedalam gelas, tak sampai disitu, win membuka laci dan mencari-cari sesuatu didalamnya, ternyata sebuah sedotan yang ia cari.

“minum dulu mas”

Dan bright meminum satu gelas air mineral itu, sangat cepat air itu berkurang hingga kedasar gelas.

“lagi”

ucap bright setelah meneguk air segelas tadi Win terkekeh melihat Bright yang kehausan terlihat lucu.

“haus banget mas? Iya win ambilkan lagi”

Setelah win memberi satu gelas lagi, ia duduk ditepi ranjang, tersenyum melihat bright yang terlihat sudah membaik.

“makan dulu yuk mas, abis ini minum obat”

“win…”

panggil bright dengan muka agak murung, kepalanya agak tertunduk.

“iya?”

Win masih memandang bright, tak berkurang sedikitpun atensinya untuk sang dosen.

“maafin mas gak bisa jaga diri sampai masuk rumah sakit”

Win agak tekejut mendengarnya, bukan, ini bukan salah bright juga, bukan salah siapapun, tak ada yang patut disalahkan dalam hal seperti ini, yang membuat win terkejut adalah kalimat itu keluar ketika bright baru saja siuman, bukankah jelas? Hanya ada winata dikepala bright, bahkan disaat sakitnya seperti ini ia masih meminta maaf atas perbuatan bodohnya yang menyakiti dirinya sendiri.

“mas, gak perlu minta maaf, yang penting sekarang win udah ada disini jagain mas, okay? Gak perlu ada yang dikhawatirin lagi, fokus sama recovery mas ya”

“gak win, mas…..mas gak pantas dapet perhatian seperti ini…”

Kata bright yang sukses membuat win terperangah, win mematung mendengar kalimat bright barusan.

“mas gak pantas dapet kebaikanmu seperti ini win, mungkin….mungkin kamu Cuma kasian kan sama ma…”

“SSSHHHHHHHHHH”

Win memotong ucapan bright dengan menempatkan jari telunjuknya didepan mulut sang dosen, sebagai isyarat untuk diam.

“win gak suka kalimat mas yang tadi…”

Win memegang dagu bright dan ia mengangkatnya sedikit sehingga mata mereka bisa saling memandang.

“win kesini bukan karena kasihan sama mas, sekarang daripada omong kosong makan dulu yuk, abis itu minum obat”

ia memberikan senyum itu pada bright, hanya pada bright.

Tentu senyum itu tertular pada yang lebih tua, namun ia tersenyum dengan air mata yang jatuh dengan sendirinya.

“udah gausah nangis….”

Win menghapus airmata yang membasahi pipi bright

“nanti win juga ikutan nangis, mas gak mau kan kalau win sedih?”

Bright mengangguk

“nah, kalau gitu cepat pulih, cepat keluar dari sini ya mas, yuk makan dulu”

Win turun dari ranjang dan mengambil bubur diatas meja, masih hangat karena memang baru saja datang, dan bright tak sarapan tadi pagi karena efek anastesi yang masih terasa ditubuhnya.

“nahhhh ayo makan….aaaaaaa”

Win menyuapkan bubur hangat itu dan bright tentu saja menerimanya dengan senang.

“uummmmm….kok gak enak ya win, enak bubur buatanmu”

“ahahahaha iya nanti kalau udah sembuh, win bikini bubur lagi buat mas”

“beneran?”

“iya beneran, nih dihabiskan, win mau ngupas apel buat mas”

“kamu udah makan belom?”

bahkan disaat seperti ini Bright sempatnya peduli pada winata, ia khawatir kalau ternyata win sendiri belum makan dari pagi atau parahnya dari kemarin.

“udah kok mas, coba tebak win makan apa tadi?” win terkekeh sendiri dengan menu sarapannya tadi.

alis bright mengernyit, ia disuruh menebak.

“kamu ke kantin? atau pesan makanan ke gojek? atau makan nasi goreng dengan telur mata sapi?”

ia mengingat bahkan menu makanan yang mereka makan malam dikala hujan hari itu.

“ahahahaha ya enggak lah mas, masa siang-siang makan nasi goreng sih.....tadi win makan menu sarapan mas tauuu....dan ya...makanan rumah sakit emang gak seenak makanan diluaran sana kan mas ahahahhahah”

bright ikut tertawa mendengar jawaban win, ternyata win makan jatah sarapannya tadi, karena ia tertidur, win lah yang menghabiskan jatah makan pagi itu.

“yaudah nih, diabisin pokoknya, win mau kupas apel dulu ya”

Win menyerahkan semangkok bubur itu pada bright, setelahnya ia mengambil apel dan pisau untuk mengupasnya.

“oh iya win, yang lain mana?”

“yang lain? Ohh pak Gawin cs? Ya ngajarlah mas, nanti sore selesai ngajar mereka semua kesini kok”

“ahhhh….kamu gak kuliah ya berarti?”

Win berhenti dari aktivitas mengupas apelnya. Lalu ia tersenyum.

“tak apa mas, win lebih dibutuhkan disini, lagipula pak mike dan yang lain tahu kok win disini jagain mas kan?”

Bright mengangguk, selanjutnya hanya ada suara denting pisau dengan piring, juga bright yang sibuk mengosongkan isi mangkoknya.

“buburnya kok gaenak ya win? Enakan masakanmu” Ucap bright (lagi)

Hal itu membuat win berhenti mengupas apel, ada hal yang aneh namun winata berpikir kalau bright memang sedang ingin terus-terusan menyanjung masakannya.

Win tersenyum

“abis ini makan apel ya mas”

Ruang Permata Azura 11:50 Am