Tanda tanya

Senin 18 Agustus 2019 Kantin Psikologi-19:15 Pm

Mereka sepakat untuk makan malam di kantin fakultas, sederhana memang, suasana di kantin juga tak terlalu ramai karena memang bukan waktu aktif untuk perkuliaha, hanya satu dua orang saja yang terlihat lalu lalang disini. Bright dan win duduk berhadap-hadapan di meja paling ujung dikantin ini.

“mas mau makan apa?” tanya win sambil membuka dan membalik lembar demi lembar buku menu.

“mas makan apapun yang kamu pesenin deh win” jawab Bright dengan senyum diakhir kalimatnya.

Win yang mendengar kalimat itu langsung berhenti membaca buku menu dan mengalihkan perhatiannya dari memperhatikan setiap item menu pada Bright yang duduk di depannya dengan senyum yang masih terukir disana.

“apaan sih mas, win nanya beneran nih mas mau makan apa?”

tanya win sekali lagi namun tetap saja ia tak bisa menyembunyikan senyuman itu diwajahnya.

“hahahha, beneran sama kayak kamu aja win, tapi kalau minumnya mas eskopi aja win, kamu pasti mau pesen es susu kan?”

tebak Bright yang memang sudah bisa menghafal beberapa hal kesukaan winata mulai dari eskrim hingga es susu.

“mas tau aja hehehe” jawab win sambil terkekeh karena Bright bisa menebak salah satu item yang akan ia pesan.

“nasi goreng mau gak mas?”

“boleh, punya mas gak pedes ya win”

Win mengangguk, setelahnya ia berdiri dan menuju ibu kantin untuk memesan pesanan mereka.

Tak lama setelahnya mereka sudah mendapatkan apa yang mereka pesan dan tersaji di depan mereka masing-masing.

“jadi hari ini gimana win? Ada yang mau diceritain sama mas?” tanya Bright sebelum menyendokkan nasi goreng dalam mulutnya.

“apa ya mas, hmmmm. Cuma gitu-gitu aja sih mas kuliahnya, tadi mata kuliah pak Gawin masih presentasi seperti biasanya gitu mas. Sama tadi MSDM sih tugasnya banyak banget mas huhuhu masa disuruh rangkum sistem sama struktur 5 perusahaan ternama mas, huffff”

“ya gitu lah win kalau ambil PIO, susahnya, sulitnya dijalanin aja ya? Kalau nanti ada yang kamu gak bisa atau gak paham bisa tanya sama mas”

Win tersenyum mendengar jawaban Bright, ada sebuah rasa dihatinya yang terus tumbuh seperti dipupuk.

“makasih ya mas”

“sama-sama win, oh iya beneran tanggal 21 februari ulang tahun mu?”

Bright bertanya untuk memastikan, pasalnya ia sudah memesan hotel jauh-jauh hari hanya untuk dirinya dan Winata.

“iya mas, kenapa? Masih lama juga kalau mau ngasih win kado kan? Hahahaha” canda win, tawanya sangat renyah dan enak didengar telinga.

“gapapa sih, mas Cuma mau mastiin aja, dan soal kado…..pasti ada kok, tenang aja win” tanggap Bright

“ihhhh apaan, gak mas. Win gak minta kado, bercanda aja tadi tuh. Kalau mas kapan ultahnya?” kini giliran Win yang bertanya.

Sluuurpppppp

Bright menyedot es kopi yang ia pesan untuk menghilangkan dahaganya, ia sangsi dengan pertanyaan ini karena secara tak langsung akan memeberi tahu win kalau ia adalah kakak dari Day.

“mas? Halooo, kok bengong?”

“ehh….iya maaf win, tadi nanya apa?” Bright ingin memastikan bukan pertanyaan itu yang ia dengar.

“mas ultahnya kapan? Kan tadi win nanya itu”

“o…ohhh mas ultahnya tanggal 27 desember win” ucap bright seraya memperhatikan mimik muka winata.

Benar saja, winata langsung tertegun mendengar tanggal dan bulan lahir orang di depannya, pasalnya hal itu mengingatkannya pada tanggal dan bulan ultah Day, orang yang ia benci Karena meninggalkannya tanpa alasan.

“du….duapuluh tujuh desember mas?”

tanya win terbata, ia menanyakan sekali lagi bukannya karena tidak mendengarnya, namun karena ingin memastikannya sekali lagi.

“iya win, duapuluh tujuh desember hehehhe”

bright berusaha untuk biasa saja, namun tetap saja ia bisa menangkap raut wajah muram winata disana, seperti sedang teringat Sesuatu yang buruk dimasa lalu.

“aahhhhh, iya-iya…”

respon win canggung, ia mencoba berfikir kalau banyak manusia didunia ini yang terlahir di tanggal dan bulan tersebut, pasti bukan Day saja, setidaknya itulah pikir winata.

Bright menyebrangkan tangannya dan mengelus rambut hitam winata, mengirimkan rasa sayangnya disana, dipandangnya mata indah winata seraya ia tersenyum, dan hal itu menular pada win, ia ikut tersenyum melihat senyum bright yang mengembang disana.

hingga win tak lagi sanggup membalas tatapan Bright dan memilik untuk sedikit menunduk karena malu.

“terusin aja terusss, ini di kantin fakultas bukan di kamar hotel”

Suara Gawin mengintrupsi dan langsung membuat Bright maupun Win terkejut seraya membenarkan posisi duduk mereka, ada Bright yang reflek menarik tangannya dari memegang kepala winata, dan ada winata yang langsung duduk tegap karena duduknya yang terlalu condong pada Bright.

“eh… pak Gawin heheeh, malam pak” sapa Win canggung.

“ganggu aja sih lo, belom balik juga gara-gara urusan laborat?” tanya bright yang masih mencoba meredakan detak jantungnya yang berpacu dengan cepat.

“inget tempat Bright, ini masih di kampus, gimana kalo ada mahasiswa lain yang lihat….” Gawin tak menanggapi sapaan Win maupun pertanyaan Bright.

Win menunduk karena malu.

“apa perlu gue bantu videoin? Biar makin enak hmm?”

ucap Gawin, ia menyinggung masalah ‘video’ pada Bright maupun Winata, namun percuma yang ia dapati adalah ekspresi kebingungan keduanya, seperti tak paham tentang perihal ‘video’ yang di singgung oleh Gawin.

Setelahnya Gawin memutar matanya dan melangkah menjauh dari meja Bright dan Winata, meninggalkan keduanya dengan tanda tanya tentang video yang di singgung oleh Dosen Modifikasi Perilaku itu.

Senin, 18 Agustus 2019. Kantin Fakultas Psikologi.