Thinking

*** Semuanya masih sama Tak ada yang berbeda Setidaknya seperti itu yang aku percaya Hingga satu persatu keyakinanku dipatahkan oleh fakta Aku tak lagi sama

***

Sabtu, 21 Desember 2019 Rumah Bright 07:45 Am

Bright tidur sangat singkat malam tadi, hanya dua jam ia tertidur karena akhir-akhir ini insomnia sering menjadi temannya ketika malam hari tiba. Ia menemani Bright dari mimpi buruk yang terus datang dan berulang.

Bright terbangun dengan perasaan yang buruk pagi ini, kepalanya serasa berputar dan berdenyut. Ia ingat ini hari sabtu, hari libur yang biasanya ia habiskan bersama winata, ah nyatanya bright tak akan pernah bisa lupa dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan winata.

Ia berjalan kedapur kali ini, lagi-lagi untuk membuat kopi, ia mengabaikan ancaman asam lambungnya yang bisa berulah kapan saja. Mengabaikan kalau Syndrom Dory bisa ia lawan dengan makan makanan yang bergizi seperti yang selama ini Win Masakkan untuknya, seminggu terakhir hanya kopi dan mie instan yang menemaninya.

Dituangkan serbuk kopi itu kedalam gelas, setelahnya ia memasukkan satu sendok gula, namun sebelum ia menuangkan air panas, Bright kembali ke kamar untuk mengambil ponselnya.

Setelah kembali ke dapur, tanpa sadar bright memasukkan lagi satu sendok gula kedalam gelasnya, padahal ia sudah memasukkan satu sendok sebelumnya. Dituangkannya air panas itu kedalam gelas dan dicampur air mineral agar bisa segera ia seduh.

Sembari menunggu kopinya agak dingin, ia menelfon Gun untuk menghabiskan weekend bersama rekan-rekan lainnya.

“halo gun”

“gimana bright?”

“futsal?”

“gass lah, mike sama gawin biar gue ajak sekalian”

“oke abis ini gue prepare langsung berangkat ke GOR aja ya?”

“yoi, ketemu disana aja nanti”

“oke, makasih, gue gabut banget weekend ini gak kemana – mana”

“ahahaha biasanya sama winata iya kan? Gapapa sini kumpul sama kita-kita aja”

“oke, gue abis ini otw”

“yoi”

Dan telfon dimatikan.

Setelannya bright meminum kopinya, betapa terkejutnya ia ketika kopi yang ia minum terasa sangat manis, Bright berfikir dan yakin sekali ia hanya memasukkan satu sendok gula tadi, bagaimana bisa jadi semanis ini? Ia bingung sendiri.

Belum selesai kebingungannya terpecahkan, Bright memegang ponsel lagi dan mencari kontak Gun disana, ia memencet pilihan 'panggil' disana.

“halo”

“kenapa bright? Jadi kan futsal nya?”

“loh kok tau gue mau nelfon lo ngajakin futsal?”

“lah? Gimana sih? Lo kan juga barusan telfon gue ngajakin futsal, aneh deh lo, gajelas sumpah ahahaha udah ah gue mau otw jemput mike sama gawin nih”

“ahh..... Iya... Yaudah ya”

“oke”

Keanehan ini benar-benar dirasakan bright, ia termenung didapur memikirkan apa yang sebenarnya terjadi.

Tentang kopi yang ia buat terlalu manis dan Gun yang tahu ia akan mengajaknya bermain futsal, dengan ragu ia membuka riwayat panggilan.

Dan benar saja, dua menit lalu ia sudah menelfon Gun, namun dirinya tak merasa sudah melakukannya hingga ia menelfon Gun lagi.

Dan ia sadar, isi dari surat diagnosa itu tak mengada – ada.

“gue inget kok.....”

“gue.... Gue inget...”

Ucap bright lirih menghibur dirinya sendiri.

***

Semuanya masih sama Tak ada yang berbeda Setidaknya seperti itu yang aku percaya Hingga satu persatu keyakinanku dipatahkan oleh fakta Aku tak lagi sama

***

Sabtu pagi Bright dan Syndrom Dory-nya 21, Desember 2019.