Trouble

***

Cinta bisa mengubah manusia Ia bagaikan dua arah mata angin yang saling berlawanan Tinggal bagaimana kita memilih untuk menjalaninya Cinta juga bisa menjadi dua mata pisau yang bisa menyakiti satu sama lain Lebih dari segalanya, mungkin itu bukan salah cinta Namun orang yang sedang menjalaninya

***

Pelataran Graha Estetika-04:45 Pm

Afi sedang menunggu winata keluar, didalam mobil sudah ada Puim yang terlebih dulu dijemput oleh Afi sebelum berkendara kemari, dari kejauhan Afi bisa melihat winata yang berjalan dan melambaikan tangannya, seperti biasa, winata selalu terlihat manis dan menyihir mata siapapun yang melihatnya.

Perlahan namun pasti winata sudah berada di depan pintu mobil, ia masuk dan duduk di sebelah kursi kemudi dan menyadari kalau mereka tak hanya berdua saja.

“Puim?”

“Hai win, i’ll help u”

Win mengernyitkan alisnya dan melihat kearah Afi seolah meminta penjelasan, pasalnya ia hanya mengajak Afi untuk menemui Bright di kopipedia sore ini.

“it’s okay, Puim akan bantuin lo nanti disana”

Win masih mengernyitkan alisnya, ia tak puas dengan jawaban yang diberikan oleh Afi.

“udah gausah banyak cakap, yuk pakai seat belt-nya langsung berangkat kesana aja, jam 5 kan? Takut kalau nanti kejebak macet”

Setelahnya mereka bertiga dalam perjalanan menuju kopipedia, sepanjang jalan Winata menatap kondisi jalan diluar jendela mobil, mengalihkan pandangannya kekiri dan ketika mobil berhenti di persimpangan trafict light, ia melihat lampu itu lekat-lekat, seolah sedang termenung dan melamun disana. Memikirkan tentang apa yang akan terjadi nanti.

“win?”

Winata masih termenung melihat angka-angka merah itu yang terus berganti tiap detiknya.

“win?”

Matanya semakin sayu, ada jutaan hal yang ada dikepalanya yang ia tak tahu bisa ia ungkapkan atau tidak.

“WINNNN”

Puim mengguncang pundak Winata dan langsung membuyarkan lamunan itu.

“i…..iya im? Gimana?”

“jangan melamun win, bentar lagi sampe kok”

“iya”

Setelahnya winata kembali melihat kearah jendela, Afi dan Puim merasakan perbedaan yang sangat kentara mereka rasakan, Winata yang ceria dan selalu terseyum kini lebih banyak diam, seperti bukan Winata yang mereka kenal sebelumnya, benarkah kalau cinta bisa merubah seseorang?

***

Kopipedia 05:00 Pm

Mereka bertiga sudah sampai. Winata, Afi dan Puim, mereka berjalan beriringan masuk dalam kedai kopi ini, nuansa nostalgic sangat dirasakan winata saat ini, saat-saat dulu dirinya memberi kesempatan kedua pada Bright, tak akan menyangka kalau sekarang dirinya sedang dilema apakah melepas atau mempertahankan, tinggal bagaimana penjelasan dari Bright nanti di dalam.

Pandangan winata langsung tertuju disana, di meja dan kursi yang sama dengan hari itu, disana Bright tak sendiri, ia melihat ada Gawin dan ada Michelle yang seminggu lalu sukses membuatnya cemburu dalam diam, jauh di lubuk hati winata ia merasa tak nyaman dan ternyata rasa tak nyaman itu juga ada dibenak Bright ketika melihat winata datang bersama Puim dan Afi, terlebih lagi Afi adalah sumber bom waktu yang Bright ketahui.

“duduk sini semuanya”

Panggil gawin melambaikan tangannya pada winata dan dua orang lainnya.

Winata memberikan senyum canggung, netra mereka bertemu disana namun saling menolak satu sama lain.

“gak nyangka ya mas, rame banget ternyata yang datang”

Sindir winata pada keadaan disekitar mereka, yang seharusnya hanya ada dia dan Bright kini ada enam orang yang duduk di meja yang sama.

Michelle yang peka dengan sindiran winata langsung berinisiatif mengenalkan dirinya.

“oh ini winata ya Bright, manis ya? Sama kayak yang kamu bilang……”

Ucap michelle mencoba seramah mungkin, nyatanya ia memang gadis yang supel dan ramah.

“hai win, aku michelle”

Mereka berjabat tangan, meski ada perasaan tak enak di hati winata ia harus menjabatnya karena tidak sopan jika menolak jabatan tangan.

“winata” respon winata dengan senyum yang ia paksakan.

Afi dan Bright juga tak henti-hentinya berkontak mata, seperti bertanya apa yang ia lakukan disini, untuk apa ia datang kemari namun Afi memilih diam karena baginya hari ini semua harus dibenarkan.

“langsung aja mas, aku gak ada banyak waktu”

Kata winata langsung pada Bright yang ada didepannya.

“gini win, gini. Biar gue yang jelasin ya yang soal kemarin itu” Gawin langsung mengambil bagiannya, karena memang kenyataannya secara tak langsung ia juga bersalah.

Win diam, ia hanya ingin mendengarkan saat ini.

“jadi kemarin itu gue yang pegang HP Bright, gue satuin sama ponsel gue dan gue masukin loker dari awal seminar sampai selesai, nah pas selesai itu kita sebenernya gak tau juga kalau ada dinner karena biasanya abis seminar yaudah selesai kan…..”

Gawin mengambil nafas jeda

“ditambah kemarin hujan deras….. ya dari pada ujan-ujanan kita ikut dinner sambil nunggu hujan reda, baru pada pulang tuh jam 9 malem, nah tadi pagi kata Bright, dia ada janji sama kamu win dan berhubung ponselnya gak dia bawa, dia ga bisa ngabarin, dan ya sepertinya kesalah pahaman ini emang harus diluruskan, walau gue juga tahu dan sadar Bright juga bersalah dalam hal ini”

Jelas Gawin panjang lebar, menjelaskan secara runtut bagimana hal itu bisa terjadi kemarin. Winata hanya terdiam mencoba mencerna dan memahami setiap kata yang terucap dari mulut Gawin.

Kini matanya menatap mata Bright, lalu ia bawa pandangan mata itu pada michelle, Bright paham kalau Winata juga sedang menunggu penjelasan dari michelle yang tidak ia kira akan datang sore ini.

“chell” ucap Bright

Michelle pun langsung mengerti, ia tersenyum manis pada winata dan yang diberi senyum juga mencoba membalas dengan senyuman yang setengah ia paksakan.

“win, kamu gak perlu khawatir sayang. Bright ini kawanku sejak S1 di London, aku dan Bright gak ada apa-apa, gak ada yang perlu di cemburui ya manis? Maafin kak Michelle ya kalau kemarin-kemarin pinjem mas Bright-nya bentar buat ajak muter-muter semarang, between me and Bright it just like brother and sister gak lebih win…….”

Michelle menarik nafasnya sejenak, mencoba mengontrol dirinya lebih baik lagi.

“baikan sama Bright ya? Bukannya kalian saling cinta kan? Ini Cuma kesalah-pahaman aja antara kalian”

Michelle memegang tangan winata lembut diatas meja, memberikan senyuman manis itu untuk winata.

Mendengar itu tentu saja ada rasa kelegaan luar biasa dibenak Winata, semua beban dan fikiran negatif tentang Bright ternyata kini hanyalah sebuah kesalah-pahaman belaka.

“maafin win ya kak michelle, win gak dewasa nyikapin ini”

“no, its okay sweetie. Kamu begitu Karena kamu sayang, its normal honey”

Win tersenyum, ia melihat Bright yang ada didepannya yang juga tersenyum karena kesalah-pahaman ini bisa diselesaikan, berbeda dengan raut wajah Afi yang terlihat keruh disana.

“maafin mas ya win?”

Bright baru saja akan menyebrangkan tangannya untuk membelai rambut winata, namun sedetik kemudian Afi menepis tangan Bright. Hal itu sontak membuat Win dan Bright terkejut melihat bagaimana kasarnya Afi menepis tangan itu.

“Afi kenapa? Jangan kasar gitu”

Ucap win yang terkejut dengan perbuatan Afi

“no, lo gak inget semalem gimana win? Jangan gampang percaya omongan dia win, dia gak pantes buat lo”

Mendengar perkataan Afi, Bright tersulut emosi dan hampir saja memberikan satu tinjuan di wajah Afi jika tak dicegah oleh Gawin.

“makdud lo apa huh?”

“Bright, tahu tempat Bright, ini disini ramai orang”

“lo lihat kan win? Dia aja gak bisa ngontrol emosinya sendiri, kayak bocah kan? Dengerin gue win, buka mata lo…”

BRUAKKKKK

Bright menggertak meja, emosinya sudah di ubun-ubun karena perkataan Afi yang sukses memancingnya. Tanpa Bright tahu kalau winata terkejut dan terperangah melihat Bright sisi lain dari diri Bright yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Winata terdiam disana, terdiam dan syok lebih tepatnya.

Mereka menjadi pusat perhatian di café ini, seluruh mata pengunjung melihat ke meja mereka, mencari tahu ada keributan apa yang terjadi.

“mas bright….”

Panggil win lirih, meski pelan namun Bright bisa mendengar suara lembut winata, dalam sekejab emosi yang sudah di ubun-ubun itu bisa perlahan ia kontrol.

“ma…maaf win”

“Afi kamu kenapa sih? Kenapa kamu ngomong gitu tentang mas Bright, ada yang mau di jelasin ke aku?”

Tanya winata pada Afi yang ada di sebelahnya, mendengar hal itu membuat jantung Bright berdegup cepat, ia rasa bom waktu itu akan meledak saat ini, namun menyadari bahwa Afi tak memiliki bukti sedikit banyak bisa membuat Bright membalikkan keadaan.

“maaf win, maaf banget soal ini, tapi lo harus tahu siapa Bright sebenarnya, lo harus tau tingkah dia dibelakang lo win”

Ucap Afi yang langsung membuat bingung 4 orang yang ada dimeja kecuali Puim, karena Puim lah yang memiliki bukti konkret saat ini.

“maksud kamu apaan sih Fi, kamu gak ada bukti kenapa nuduh-nuduh gitu ke mas Bright”

Winata masih mencoba membela Bright meski ia juga ragu saat mengucapkannya.

“Puim, tunjukin ke Win”

Perintah Afi pada Puim, Puim langsung mengeluarkan ponselnya dan mencari-cari folder yang sudah ia simpan, membuat Bright kebingungan, kenapa dengan Puim? Apa yang sebenarnya terjadi dan Afi rencanakan? Sungguh jantung Bright tak bisa tenang saat ini.

“nih win, kamu liat sendiri aja”

Puim menyerahkan ponselnya, membiarkan winata melihat satu persatu foto yang tersimpan disana, namun winata terlalu bingung untuk menyimpulkan.

“i…ini maksudnya apa Fi, aku gak paham”

“nih, dia nih win…” Afi menunjuk Bright yang ada didepan winata.

“dia suka main dibelakang lo, dia suka cari Fun sama Stranger, dia nidurin orang lain winnn”

Jawab Afi membuat semua orang dimeja ini syok, terlebih lagi winata, ia sampai tak bisa berkata saat ini.

Pandangnnya ia bawa pada Bright yang ada didepannya, melihat dengan pandangan tak percaya bahwa Bright diam-diam melakukan penghianatan dibelakangnya.

Air mata itu jatuh, perihnya seperti disayat oleh jutaan jarum yang menusuk hati winata dari segala arah, sakit ini bahkan lebih sakit dari luka yang diberikan Day sewaktu dulu.

“sejak kapan?”

Ucap winata lirih, suaranya hampir tak terdengar, seperti sangat jauh hanya untuk ia katakan.

“win win dengerin mas dulu, mas akuin itu salah win, mas khilaf win….”

“sejak kapan?”

Ulang win lagi, air matanya benar-benar mengalir deras saat ini, seluruh ranjau di hatinya kini meledak bersama rasa sakit dan rasa kecewa yang tak berujung.

“win itu hanya semalam, mas khilaf win, mas akui itu”

Gawin dan Michelle tak kalah terkejut dan terperangah mendengar pengakuan dari Bright, sahabat yang mereka tolong hingga rela datang kesini di sore hari ternyata seorang penghianat bagi winata, membuat Gawin kecewa dan tersulut emosi.

“gila lo bright, gue gak nyangka lo sebobrok ini, gue kira lo bakal jaga winata, ternyata lo juga yang hancurin kepercayaan dia, tau gini gue gak sudi ikut lo buat jelasin semuanya disini”

ujar gawin yang sudah terlanjur geram, sedangkan michelle hanya bisa diam dan mengusap-ngusap punggung Bright, memberinya pengertian untuk tetap tenang meski di saat seperti ini sekalipun.

“sejak kapan mas?” Tanya winata lagi

“win please maafin mas win, mas tahu mas salah, mas tahu mas khilaf, mau mas sujud di kaki kamu win? Iya? Mas lakuin sekarang”

“gak mas, win bukan tuhan sampai mas harus sujud di kaki win, win juga bukan sufi sampai mas harus merendahkan diri mas didepan yang lain, win kecewa sama mas…..”

Win mengambil nafas yang semakin terasa berat baginya.

“kalau Afi gak ngasih tahu apa mas akan ngasih tahu win sendiri?”

Cukup dengan satu pertanyaan itu membuat Bright terdiam, ia tak bisa menjawab pertanyaan sederhana dari winata, karena nyatanya ia akan menyimpan rapat-rapat rahasia itu jika saja tak terbongkar seperti saat ini.

“tapi…..tapi kamu harus tahu juga win, kalau sahabatmu ini, juga sama brengseknya sama mas”

Kata Bright yang langsung mengingatkan winata tentang perkataan Afi semalam ketika ia berpura-pura telah tertidur.

Kini gantian Afi yang terkejut, ia lupa kalau saja perkataannya tadi bisa menjadi boomerang bagi dirinya dan menghancurkan persahabatannya dengan Winata.

“temen kamu ini yang jadi partner One Night Stand-nya mas malam itu” Akui Bright.

Sontak hal itu mengejutkan Win, Puim, Gawin dan Michelle. Win membawa pandangnnya pada Afi, mulutnya terbuka tanda tak percaya kalau sahabat karibnya melakukan itu dengan Bright.

“be…bener fi?” tanya win tak percaya

Sedangkan Afi? Hanya bisa mematung disana, diam tak menyanggah dan tak meng-iyakan.

Rasa sakit dan kecewa itu kini seperti menghancurkan winata ketitik yang tak lagi bisa ia terima dan ia toleransi.

“win gak percaya akan seperti ini, win gak percaya....bukankah win udah pernah bilang mas? Win gak suka pembohong…..hiks….”

Win terisak di tengah-tengah ia ingin berkata

“win gak suka di bohongi mas, kamu juga Fi, kamu tega?”

“maaf win” ujar Afi lirih, ia paham betul kalau ia juga bersalah dalam hal ini.

Winata berdiri, membuat semua mata di meja ini tertuju padanya.

“win pulang, mau pulang sendiri, makasih mas, makasih Fi”

Setelahnya winata berjalan dan berlalu bergitu saja, meninggalkan Bright dan Afi yang didera rasa bersalah yang teramat sangat, tak ada yang berani mengejar winata karena nyatanya memang semua orang dimeja tak tahu harus berpihak pada Bright ataupun Afi, semuanya bersalah pada winata saat ini.

Dalam langkahnya yang semakin berat, hatinya hancur seiring tiap langkah yang kakinya ambil, tangis itu tak bisa ia sembunyikan pada dunia, raut sedih dan kecewa itu tak lagi bisa ia palsukan dengan sebuah senyuman.

winata melambaikan tangannya pada sebuah taksi yang kebetulan melewati jalan itu dan taksi itu membawa Winata pergi dari kopipedia menuju tempat yang tak bertujuan didepan sana.

***

Sungguh, cinta bisa mengubah manusia Ia bagaikan dua arah mata angin yang saling berlawanan Tinggal bagaimana kita memilih untuk menjalaninya Cinta juga bisa menjadi dua mata pisau yang bisa menyakiti satu sama lain Lebih dari segalanya, mungkin itu bukan salah cinta Namun orang yang sedang menjalaninya

***

Kopipedia-05:30 Pm Winata yang menangis dibawah senja.