Zona Semarang 14 Desember 2019 09:15 Pm

Afi bergegas dari Banyumanik menuju Kota lama, ditengah derasnya hujan ia terjang demi menjemput winata, Afi tak tahu apa yang terjadi pada sahabatnya itu, yang ia tahu sekarang ia harus sesegera mungkin membawa kendali mobil ini menuju karibnya itu.

Rintik hujan terus turun dari langit, samar-samar Afi bisa melihat derasnya Rintik itu di pantulan cahaya lampu jalanan.

Ia sampai, Afi menyusuri sepanjang jalan di kota lama hingga ke gang-gang kecil untuk mencari karibnya, pasalnya winata sudah tak bisa dihubungi sejak beberapa menit lalu, Afi bahkan rela turun dari mobil untuk mencari dimana winata berada. Ia cemas, sangat cemas tentang dimana keberadaan winata tanpa meninggalkan satu pesan sekalipun padanya.

Afi berjalan menyusuri emperan toko dan meninggalkan mobilnya tak mampu masuk gang sempit seperti ini, tak ada senter dam penerangan yang ia bawa, yang ia yakini ada feeling nya sebagai sahabat yang bekerja saat ini.

Dalam gelapnya malam, dalam terbatasnya pandangan dan pendengaran karena suara gemercik hujan, Afi mendengar suara isakan. Isakan yang semakin lama semakin dekat, ia mencari sumber suara itu.

Hingga pandangannya dipaksa melihat seseorang yang sedang meringkuk di emperan toko yang basah karena air hujan yang menjamahnya, melihat winata menekuk kaki dan menenggelamkan kepalanya diantara kedua lututnya.

Itu winata, ia disana menangisi dirinya yang tengah diambang kecewa dan putus asa, emosi yang sudah ia tahan selama ber jam-jam di dalam cafe itu kini pecah di sebuah emperan toko yang gelap dan dingin.

“win”

Panggil Afi pelan, ia tahu kalau sahabat nya tengah menghadapi masa sulit saat ini, ia tak akan memaksa winata untuk menceritakannya sekarang.

Winata yang meringkuk di lantai itu kini tersadar kalau Afi sudah hadir di dekatnya, dengan buru-buru ia menghapus air matanya, menyamarkan bukti kekecewaan itu di tengah redupnya pencahayaan, namun percuma saja, Afi sudah melihat semuanya, melihat winata yang terisak dan menangis.

Afi mendekat yang memeluk winata, memeluknya erat memberinya pengertian kalau ia tak akan pergi meninggalkannya disini sendirian.

Dipeluk sedemikian rupa membuat tangis yang sudah win coba sembunyikan kini pecah juga, air mata kekecewaan itu tak akan pernah bisa berbohong sehancur apa dan sekecewa apa hati winata saat ini, tidak, air mata winata tidak pernah berbohong.

Afi membiarkan winata menangis dalam peluknya, memberinya ruang meluapkan semua kesedihannya hingga tak bersisa.

“its ok win, gue ada disini, gue gak akan ninggalin lo”

Afi menepuk pundak basah winata, air hujan dengan lancang membasahi tubuh karibnya saat ini.

“gu..... Gue.... Hiks....salah...apa Fi?”

Tanya win terbata-bata, ia masih menangis sesenggukan dalam peluk afi. Rintik hujan itu seolah jarum yang menghancurkannya dari segala arah. Ia mencoba mencari dimana titik salahnya hingga ia berkali-kali harus merasakan sakit dan kecewa yang sama.

“lo gak salah win, lo gak salah”

Afi masih mencoba menenangkan winata yang terdengar perih tangisnya. Memeluknya semakin erat.

“udah yuk, gue anter lo pulang”

Ajak Afi yang segera memapah win untuk berdiri, merangkul pundak winata untuk ia tuntun menuju mobilnya yang berada di depan gang sana.

“no, gue gak bisa pulang dengan keadaan kaya gini fi...”

Win melihat lantai toko yang basah dan dingin.

Afi menangkap mata itu, mata merah sembab winata ada disana, raut kecewa juga tak bisa disembunyikan diwajah winata.

“yaudah, lo bisa di tempat gue dulu, bisa pulang besok kalau udah enakan, oke?”

Tawar Afi yang masih memegang pundak winata, sedangkan winata hanya bisa mengangguk lemah, kekecewaannya sungguh sangat besar saat ini.

Kini Winata berada dizona dimana dirinya tak lagi ingin mencintai, berada dalam ruang dimana dirinya sudah terlalu muak untuk mempercayai, ia sudah terlalu lelah untuk itu.

Mereka berjalan beriringan melalui emper-emper toko yang tak terkena air hujan, meminimalisir tangisan langit membasahi mereka berdua.

Tanpa mereka tahu, kalau mobil Bright baru saja melewati mereka dan tanpa Bright tahu ada dua anak manusia di depan emperan toko, yang satu hatinya rapuh dalam kekecewaan yang satu mencoba menguatkan.

Hujan kali ini membawa perih bagi keduanya, bagi Bright dan bagi Winata. Mereka tak lagi membaginya sama rata, karena nyatanya winata lah yang paling merasakan kecewa.

Hujan di langit semarang Sabtu 14 Desember 2019