write.as

Suatu malam di kamar hotel. Joohyun tidak pernah dicium seperti ini sebelumnya. Biasanya, Seungwan akan menarik dirinya saat ia merasa Joohyun mulai kehabisan nafas, namun belum ada tanda-tanda kekasihnya itu akan mengakhiri ciuman mereka. Tangan kanan Seungwan perlahan menelusuri punggungnya dengan sentuhan ringan dan berakhir di belakang tengkuknya, membelai lembut dengan jemari tangannya sehingga membuat gadis itu merinding di sekujur tubuhnya. Pipinya seketika memerah dan terasa panas. Setelah bibir mereka bertautan cukup lama, Seungwan akhirnya menarik dirinya, memberi sedikit jarak di antara bibir mereka agar joohyun bisa bernafas. Pandangan mereka bertemu sesaat, diiringi dengan nafas yang saling memburu dan dada berdegup kencang. 'Ada yang berbeda dengan Seungwan malam ini,' batin joohyun, 'Dari cara dia memandangku, menciumku, tidak seperti biasanya.' Seungwan tidak memberikan kesempatan bagi joohyun untuk berpikir lebih jauh saat ia memiringkan kepalanya sekali lagi dan kemudian, mendaratkan sebuah kecupan lembut, sekali, dua kali... sebelum akhirnya menggigit bibir bawah joohyun. Gadis itu mendesis dan sedikit membuka bibirnya untuk protes, namun sebelum ia bisa melakukannya, lidah seungwan terlebih dahulu menemukannya jalannya ke dalam bibir joohyun. Menelusuri setiap rongga bibirnya dan sesekali lidah mereka pun bertemu, saling beradu dalam keheningan malam. 'F... french kiss,' batinnya sembari sesekali membalas sapuan lidah Wan yang semakin lama, semakin tidak terkontrol. Ada perasaan menggelora muncul dalam dirinya dan ia mengijinkan Wan untuk menciumnya lebih dalam, lebih intim, lagi dan lagi. Joohyun mempererat cengkeraman tangannya pada pinggang Wan saat ia merasa tangan kiri kekasihnya itu menelusup masuk melalui bagian bawah kaos yang dikenakannya, membelai bagian belakang punggungnya dengan lembut dan akhirnya menarik tubuhnya agar semakin mendekat lagi. Tangan kirinya terus bergerak ke atas menelusuri punggung joohyun yang halus, sementara lidahnya tetap menghipnotis kekasihnya itu, yang kini semakin terbuai dalam ciuman mereka. Saat tangannya meraba pengait bra yang dikenakan joohyun, Seungwan tiba-tiba tersentak kaget, seketika itu juga ia menghentikan ciumannya dan dengan cepat menarik tangannya dari balik kaos kekasihnya. Joohyun membuka matanya dan melihat Wan dengan tatapan sayu, "Wan?" Pipi Wan memerah, "Maaf," ia pun segera merapikan kaos joohyun yang sedikit terangkat karena ulahnya. "Maaf?" "Aku ngga bermaksud," Wan menggosok hidungnya dan sesekali mencecap bibirnya, ia masih bisa merasakan samar-samar kelembutan bibir joohyun di ujung lidahnya... 'Gawat!' Seru Wan dalam hati, 'Kita hampir sepenuhnya masuk second base!' Ia masih bisa merasakan keinginan yang sangat besar untuk mendorong joohyun ke kasur dan menelusuri tubuhnya yang... "Joohyun, aku mandi duluan ya!" Wan menampar pipinya sendiri dan kemudian bergegas mengambil tasnya namun tangan joohyun memegang lengannya dengan erat. "Kenapa... kamu berhenti?" Joohyun bertanya dengan bingung, "Apa ada yang salah dari cara aku membalas ciuman kamu?" Seungwan kehilangan kata-kata. Sejenak dia lupa bahwa Joohyun tidak memiliki banyak pengalaman dan oleh karenanya, dia selalu bertanya agar bisa mengimbangi Wan. "Ngga kok," Seungwan tersenyum sembari mencubit pipi Joohyun dengan kedua tangannya, "Kamu perfect, aku yang salah karena terlalu terbawa suasana. Mungkin karena hujan?" "Terus... kenapa berhenti?" Joohyun menggigit bibirnya, pipinya bersemu kemerahan, "Ini pertama kali kamu nyium aku seperti itu, tadi kita f...french kiss kan?" Seungwan mengangguk sebelum menghela nafas dan mengajak joohyun duduk di pinggir kasur. Ia sudah merasa jauh lebih tenang sekarang setelah melihat wajah pacarnya yang polos dan menggemaskan. "Iya, aku ngga bermaksud nyium kamu seperti itu makanya aku berhenti, maaf ya Hyun." "Kenapa harus minta maaf? Aku ngga keberatan kok kalau kamu... kalau kita... melakukan itu atau... lebih dari itu," Joohyun sedikit terbata-bata saat mengucapkannya. Dari tatapan matanya, terlihat kalau dia bersedia menyerahkan segalanya untuk Seungwan jika kekasihnya itu memintanya. 'Bahaya,' batin Wan, sebelum ia menggelengkan kepalanya untuk kembali fokus. "Iya, kamu memang ngga keberatan tapi aku ngga mau kita kebablasan sampai jauh. Aku ga mau menambah trauma kamu kalau suatu saat nanti ternyata kita harus berpisah." "..." Seolah-olah mengerti apa yang dipikirkan pacarnya, Wan segera menggenggam tangannya. "Bukan berarti aku ngga yakin dengan hubungan kita, justru aku menganggap apa yang kita punya sekarang sangat spesial, kamu sangat spesial buat aku, jadi aku mau kita mengatasi trauma kamu dulu sebelum melangkah lebih jauh. Having sex bisa ditunda, kalau perlu kita tunda sampai nikah nanti, tetapi kesehatan mental kamu ngga bisa ditunda, Hyun." Seungwan menambahkan, "Aku khawatir, kalau kita melangkah terlalu jauh justru akan merusak dinamika hubungan kita yang bahkan belum stabil ini. Saat ini, kamu masih belum bisa 100% percaya sama aku sehingga kamu jadi sangat jealous dan insecure. Ini bisa mendorong hubungan kita menjadi toxic nantinya, aku ga mau itu terjadi. Pertengkaran kita kemarin adalah sebuah early warning, Hyun." Joohyun terdiam dan mencerna perkataan kekasihnya itu. "Tujuan aku ngajak kamu kesini karena aku mau kita ngobrol tentang banyak hal, bukan melakukan 'itu'," Seungwan menggaruk kepalanya sambil tersipu malu, "Meskipun, aku hampir terbawa suasana, abis gimana ya, pacar aku perfect kaya gini. Cuma orang bodoh yang menolak, kan? Yah, memang aku bodoh." Joohyun tertawa pelan, dia mengerti maksud Wan dan dia pun setuju kalau untuk saat ini, sebaiknya ia berfokus mengatasi traumanya dulu. Hubungan mereka lebih penting daripada sekedar memuaskan nafsu belaka. "Ngga, kamu ngga bodoh, kamu justru memikirkan hubungan kita dengan serius. Aku bahkan ga pernah berpikir sejauh itu. Aku beruntung bisa memilikimu," ucap Joohyun sambil tersenyum manis, 1000x lipat lebih manis dari semua senyuman yang pernah Wan lihat sebelumnya. "Seperti yang kamu bilang, malam ini, kamu berhasil membuat aku jatuh cinta lagi dengan ketulusan hatimu, Wan," ucap Joohyun dengan mata berbinar sehingga membuat Wan menjadi salah tingkah karena tatapan pacarnya yang terlihat begitu memujanya, seolah-olah ia telah membangun 1.000 candi untuknya, dalam semalam. Tanpa banyak bicara, Joohyun lalu menarik tubuh Wan hingga berbaring diatasnya, kedua telapak tangan Wan bersandar di atas kasur, disamping kepala gadis itu. Ia menatap Joohyun dengan perasaan yang tidak karuan, bukannya tadi dia sudah dengan jelas mengatakan kalau dia tidak ingin melakukan hal yang lebih jauh lagi? Dalam hati ia menjerit dan merapal doa supaya kuat menahan godaan, tidak lucu kalau dia harus menjilat ludahnya sendiri. 'Ini bukan tentang aku, ini demi joohyun!' Serunya berkali-kali dalam hati. "Joohyun, aku... " "Jangan panik," ucap Joohyun saat ia merasa tubuh Wan sedikit kaku diatasnya, "Aku cuma mau memandangi wajah kamu sepuasnya, sebelum kamu pergi besok," tambahnya seraya membelai lembut pipi Wan dengan dengan kedua tangannya, seulas senyum hangat terukir di wajahnya. Tidak bisa dipungkiri, perasaannya pada Wan, tumbuh semakin kuat malam ini. Kini ia sadari bahwa pertengkaran mereka sebelumnya adalah sebuah 'blessing in disguise', hal itu justru semakin mempererat hubungan mereka. "Posisinya harus seperti ini, ya?" Keluh Wan, pipinya merona merah saat membalas tatapan gadis di bawahnya. 'Aww, cute!' batin Joohyun. Godain ah. Hehe. "Oh? Kamu mau aku yang di atas?" THAT'S IT! Seungwan buru-buru mendorong tubuhnya menjauh dari Joohyun yang saat itu terkikik geli sembari mengangkat tubuhnya untuk duduk di tepi kasur, memandangi Wan yang berdiri di hadapannya. Menyadari bahwa pacarnya sedang menggodanya, Seungwan pun merengut namun sesaat kemudian, matanya melebar ketika Joohyun meraih tangan kanannya dan menciumi jemarinya satu per satu. Sebenarnya itu biasa saja jika situasinya berbeda, jika mereka tidak sedang sendirian di kamar hotel. Seungwan menelan ludahnya saat kekasihnya itu meliriknya dengan senyuman yang menggoda. "Wan... kamu yakin mau nunggu sampai nikah?" "Aku mandi duluan!" Pekik Wan sebelum menarik tangannya dan berjalan cepat untuk mengambil handuk dari rak. "Jangan lama-lama mandinya, aku butuh kehangatan." "Joohyun, stop!" Teriak Seungwan yang hampir menabrak pintu kamar mandi. Melihat betapa konyol kekasihnya itu, tawa keras pun terdengar di seluruh penjuru ruangan, sebuah tawa yang sempat hilang darinya saat mereka berjauhan. Sebuah tawa bahagia yang juga dirindukan oleh Wan yang berdiri di balik pintu sembari menggengam handuknya. Meskipun dialah objek yang ditertawakan, namun dia merasa lega karena setidaknya dia bisa membuat kekasihnya itu menemukan kebahagiaannya lagi. Ya, Joohyun merasa sangat bahagia malam ini. ***