Joanne and Her Dream

Alxander yang sering Joanne bilang itu, sebuah sekolah. Sekolah fashion tepatnya. Tempat yang bisa mewujudkan impian Joanne untuk menjadi seorang designer.

Ia memulainya sedari berusia 13 tahun. Dari dia kelas satu sekolah menengah keatas, ia sudah berada di tempat ini. Selama enam tahun ia menuntut ilmu di sini, Joanne sudah mengalami yang namanya jatuh dan bangun sendiri.

Mulai dari design bajunya tidak diterima oleh sang guru hingga akhirnya karangan bajunya itu menjadi yang terbaik dari semua orang yang ada di tempat itu. Joanne juga sudah merasakan bagaimana rasanya hasil karyanga sendiri itu dirobek oleh sang guru di depan matanya.

Buat Joanne itu sesuatu yang jahat. Tapi dia bersikeras untuk merubah pandangannya. Ia menjadikannya sebagai pelajaran untuk dirinya. Memang susah untuk tidak menggunakan perasaan, tapi Joanne berusaha untuk terlihat kuat ketika karyanya tidak dihargai oleh orang lain.

Hingga di usia ke sembilan belas, Joanne lulus dari sekolah ini. Tempat ini memberi banyak bekal untuknya. Joanne memulai halaman barunya dengan mencoba apply di beberapa brand fashion kecil untuk mendesain baju-baju mereka.

Tidak mudah. Sebelum menjadi orang yang oaling dibutuhkan di dunia fashion, Joanne pernah ditolak oleh beberapa brand. Ia paham, sebagus-bagusnya karyanya kalau belum ada pengalaman bekerja, buat apa?

Tapi usahanya tidak sampai situ saja. Joanne terus berusaha memperlihatkan ke orang-orang di luar sana bahwa ia bisa menjadi designer yang baik.

Hingga akhirnya ada sebuah brand yang merekrut Joanne. Lilian.Co namanya. Mereka mempercayainya untuk mendasain baju mereka. Siapa sangka hasil karya Joanne justru membuat perusahaan itu melegit?

Dari situ, Joanne mulai banyak dikenal orang. Di umurnya yang ke-23 tahun, ia sudah menjadi perancang di 4 brand ternama, yang menajadikannya untuk bisa Sukses di Usia Muda.