1

“oh my god, stop staring at jeno like that.” ucap renjun seraya melempar handuk kecil yang digunakan oleh beberapa pemain basket sekolah mereka yang sedang sparring ke muka haechan.

jeno, buah mata di pelupuk haechan saat ini bergerumul dengan teman-temannya membentuk strategi, memakai jersey authentic tanpa kaos dalaman lagi. memamerkan gemilang keringat hasil panas bermain dan ruangan.

“what? now i can't staring at my boyfriend?” balas haechan kesal yang melempar kain pengering kembali ke teman yang badannya lebih kecil darinya.

“ya tapi di lap dulu itu iler lo, terus ngeliatinnya jangan gitu ah”

terdengar decitan sepatu bergesek dengan lantai dan seruan kode-kode untuk bola agar bisa dioper dari team ke team.

“jangan gitu gimana coba?”

terlihat jaemin dan jeno memberikan operan satu sama lain seakan cuma mereka berdua yang bermain di lapangan, lawan tidak diberikan kesempatan. sedangkan di dekat ring berdiri mark yang ditahan oleh junior meneriakan nama mereka untuk segera passing bola ke arah dia menargetkan sasaran.

“like you want to devour him or something”

“mau gue kasih tahu gak? pertama, iya gue pengen banget makan jeno sekarang, liat deh itu lengannya, ototnya, pelipisnya—wow” lidah haechan berkilat dibibir bawahnya membuat renjun memberi pandangan jijik dengan sukarela.

“kedua, bukan salah gue kalo lo gak bisa milih antara kak mark atau jaemin, jadi jangan. lampiasin. amarah. lo. ke. gue” kalimat tersebut ditekankan haechan dengan sabetan handuk ke arah renjun di setiap titiknya. tapi di akhir sabet, renjun menangkap ujung tuala itu lalu terjadilah ajang tarik menarik bak lomba kemerdekaan.

tak lama terdengar bunyi sorakan dari tengah lapangan menandakan kemenangan salah satu tim. haechan ikut teriak riang karena sepertinya tim jeno yang berhasil menembak skor akhir.

menghentikan permainan bocah antara dirinya dan renjun, haechan segera berlari ke posisi pacarnya berpijak dan melemparkan badannya ke lengan terbuka jeno yang sudah melihat gerak geriknya dari kejauhan.

( “by, ke lokernya nanti aja pas akhir-akhir”

“tapi aku bau chan”

“udah nanti aja”

“emang kenapa?”

“nanti aku temenin ke lokernya”

)