Sugar Rush – Nohyuck


From ; 3355 <KREDIT Rp.5.250.000,00 pada rek 1 TB xxx429 tgl. 03/05/2021, jam 18:02:52

-

From ; Donghyuck Udah masuk belum? Beli jaket baru gih, tadi ngeliat belel banget Udah mana pake celana training buat dinner Tapi tetep gemush sih ><

Jeno menatap nanar layar ponsel pintarnya. Mengernyitkan dahi dan memajukan bibirnya. Bingung harus membalas apa untuk tingkah royal Donghyuck.

Masalahnya hal ini tidak terjadi satu atau dua kali. Membelikan barang primer dengan harga tidak biasa, mentraktirnya di restoran mewah, mentransfer seperti tadi tanpa ada yang meminta. Jeno tidak bisa menolong dirinya sendiri untuk tidak berpikir sampai dititik ini dia sudah menjadi bayi gulanya Donghyuck, walaupun tanpa bersetubuh. Dan berbagai syarat dan ketentuan lainnya.

Donghyuck memang kastanya agak berada dari teman-teman Jeno yang lain.

Sebenarnya, 'agak' adalah kata yang salah, Donghyuck itu sangatlah kaya. Anak bungsu dari pemilik perusahaan barang mewah ternama nomer tiga di negara mereka. Menghamburkan uang memang sudah menjadi hobi senggangnya.

Yang Jeno tahu, dulu saat menengah pertama Donghyuck termasuk anak borjuis yang bergaul hanya dengan kalangan elite dan para influencer giveaway. Tapi saat memilih perguruan tinggi, Donghyuck yang sudah paham kemampuan otaknya di atas rata-rata menjadikannya ambisius dan masuk ke sekolah negeri. Disitulah pergaulannya berubah dan masuk ke lingkaran pertemanan yang ada Jeno nya.

Dan karena itu awalnya Jeno memaklumi tingkah Donghyuck yang suka membeli atau memberi hadiah seharga diluar akal sehat. Mungkin karena lingkupnya yang sekarang membuat hedonnya terbatasi, maka Donghyuck 'membuang' ke orang terdekatnya.

Tapi, akhir-akhir ini persepsi Jeno berubah semenjak dia tahu bahwa pembuangan ke dirinya itu lebih di 'khususkan'.

-

From ; Jeno 'Picture attachment' Donghyuck beliin gw jam

From ; Jaemin Anjing, itu rollex terbaru Kalo dari dia bukan kawe itu Kok gw sama Renjun gak pernah dibeliin yak Paling mentok gantungan kunci dari Singapore ajah

From; Renjun Wkwkwk ya gak bakal dibeliin lah Udah Jen, nikahin aja tuh Kayanya bucin banget Lu minta beliin kontrakan juga dikasih

Jeno menghela nafasnya, memijat kening yang tidak pusing akibat percakapan ngaco dari grup yang tidak ada Donghyuck nya. Sengaja dibuat Renjun dan Jaemin untuk menjahili Jeno.

Kalau saja memang menikah itu mudah. Dia saja belum mengirim judul skripsi yang harus direvisi akhir minggu ini. Bahkan dia dan Donghyuck juga tidak lebih dari kata 'teman'.

-

Jeno memutar sedotan di strawberry milkshake yang seharga ongkos makan seminggunya, sesekali mencuri lirik ke orang yang menyita pikirannya seminggu belakangan ini. Sedangkan yang ditatap sedang sibuk mengetik dan menggulir sesuatu di iPhone 12 pro maxnya sambil menyisip es teh lemonnya.

Selesai menggulir twitternya sampai ke cuitan paling terbaru, Donghyuck baru meletakkan benda pipih itu dan menopang dagunya dengan sebelah tangan, menatap lurus ke arah Jeno.

“Tadi katanya ada yang mau lo omongin Jen, sekarang malah diem saja. Jangan bilang mau nembak gue ya” Cengir Donghyuck sambil menggoda. Yang digoda malah memberikan senyum kecut.

Tangan Jeno yang berkeringat kecil di gosokkannya ke paha. Mulutnya entah kenapa terasa kering padahal dia baru saja menyesap minumnya. Di kepalanya terus berputar, Setidaknya harus ada konfrontasi kan?

“Hyuck, alasan lo beliin jam kemarin minggu itu buat apa ya?”

“Kan katanya jam lo rusak”

“Ya gue gak minta dibeliin?” Donghyuck hanya mengedikan bahunya sebagai jawaban. Jeno menarik nafasnya.

“Ini jam nya gue balikin ya? Sekalian minta nomer rekening—”

“Dih gausah, buat apa?”

“Ya di gue juga buat apa?”

“Dih itu kado Jeno, buat elo”

“Lah gue gak ultah?”

Ini Jeno ngerasa bego banget. Pertanyaan tadi itu tidak retoris, tapi ada rasa implikasi yang harusnya Jeno sendiri sudah tahu. Dan itu dia masalahnya, Jeno itu pengecut untuk orang yang suka menebak-nebak isi kulit kacang. Tapi ini Donghyuck yang ada di depannya, yang memberi barang ber merk tanpa pikir dua kali ke dirinya yang memakai celana training dan jaket kulit compang-camping yang harusnya terlihat tren tapi malah seperti gembel. Kalaupun ditumpahkan sekarang, tidak akan basah kan?

“Ini lo lagi gak ada usaha buat deketin gue kan ya?”

Donghyuck tersedak, hampir saja memuncratkan cairan manis itu ke mukanya. Jeno sepertinya salah, dia akan basah.

“Haha enggak lah haha, pikiran dari mana lo begitu?”

Tawa yang dikeluarkan Donghyuck agak canggung dan Jeno terlalu banyak menonton drama korea hasil dicekok Jaemin untuk menyadari adegan ini seperti di adaptasi dari salah satu bagian tersebut.

“Ya terus kenapa lo sering ngasih barang yang gue gak minta?”

“Karena kita temen.”

“Renjun sama Jaemin bilang mereka gak pernah dibeliin yang kaya gue kalaupun mereka minta sama lo”

“Err, sebenarnya tuh—”

Ok, Jeno ingat alasan yang dijelaskan oleh Donghyuck. Dulu memang ada dia membantu Donghyuck saat hampir kejambretan di stasiun Pasar Minggu hasil nyasar ingin ke kebun binatang Ragunan. Dulu memang ada dia memberikan jus jeruknya saat Donghyuck tersedak di tukang bakso depan kampus. Dulu memang ada dia saat Donghyuck tidak bisa ke mobil yang sudah menjemputnya karena hujan dan Jeno merelakan satu-satunya payung miliknya ke Donghyuck sedangkan dia memakai tas nya saja untuk berlindung sekedar menyebrang ke gedung fakultasnya.

Tapi menurut Jeno, harusnya alasan-alasan ini tidak menjadikannya dia spesial dengan karet dua karena menolong sesama manusia itu termasuk norma menjadi masyarakat yang baik. Dan Jeno orang baik. Tapi dia 'hanya' orang baik biasa, bukan reinkarnasi jenderal yang memandu perang paling terdepan untuk membela negara.

“Gue sebenarnya masih gak ngerti kenapa lo harus membelikan barang-barang mahal ini ke gue sih. Tapi ya makasih atas apresiasinya. Cuma mungkin sampai sini aja ya Hyuck—”

“Lo gak suka sama barangnya? Bukan merk kesukaan lu? Apa mau custom aja? Temen gue ada—”

“Bukan gitu. Cuma gue nya sendiri udah ngerasa cukup kok sama-” Jeno menunjuk Donghyuck “– lo yang udah mau jadi temen gue sama bocah-bocah yang lain. Kalau merasa lo perlu balas budi, inget saja udah lunas dari pas lo mau gabung makan di emperan sama kita-kita”

Dengan begitu, Jeno mengeluarkan senyum khas andalannya. Membuat Donghyuck salah tingkah langsung menenggak minumnya tanpa sedotan. Jeno tergelak.

“Eh, tapi jujur nih ya, gue kalau di deketin orang lebih suka nya sama yang sederhana. Hehe tau lah gue anaknya minderan”

Donghyuck menganggukan kepalanya tapi sedetik kemudian menunggingkan bibirnya setengah.

“Tapi, gak nanya sih gue”

Jeno hanya tersenyum tipis, menepuk dahinya dalam hati karena memang buat apa dia memberi tahu Donghyuck. Seperti yang muda perlu tahu saja.

-

Hari ini hari Rabu bulan Maret, waktunya motor Jeno di servis minggu ini pada bulan ini. Jadi Jeno tidak naik motor ke kampus dan memilih bis sebagai sarana transportasi lainnya.

Sebenarnya tadi sempat ada chat dari Donghyuck menawarkan tumpangan mobil, tapi Jeno agak ngeri dengan cara menyupir Donghyuck yang baru mendapatkan SIM nya bulan lalu karena selama ini dia di supirkan. Jadi Jeno menolak.

Selain dia yang menaik fasilitas umum ke tempat dia menggali ilmu, tidak ada yang berubah pada alur hidupnya.

Mendengar, mencatat, bertanya, mengerjakan kuis, kumpulkan ke dosen, review, ke selasar, bergurau dengan beberapa kawan sejurusan.

Semua berjalan seperti biasa, itu yang tadinya dipikirkan Jeno. Makanya saat pulang, dia terkejut mendapati di salah satu kursi penumpang angkutan umum ini ada Donghyuck yang sedang memegang erat tas balenciaga-nya, menatap sekitarnya dengan curiga.

Berdiri kembali dari tempat duduk yang baru dia singgahi, dia menyampar Donghyuck dan menaruhkan bokong di kursi sebelahnya.

“Hey” Bisik Jeno mendekat ke kuping kanan Donghyuck. Yang dibisik, menengok panik sebelum akhirnya menghela lega melihat orang yang dikenal yang berada disisinya.

“Ih sumpah gue kira lo gak bakal naik bis nomer ini tahu gak? Rencana gue di halte depan pengen turun aja. Takut, panas banget lagi”

Jeno menggelengkan kepalanya, melihat bingung ke Donghyuck.

“Ya lagian lo kenapa naik bis? Kan bawa mobil?”

“Enggak, gue minta di anter”

“Terus gak minta jemput?”

Kali ini Donghyuck yang menggeleng.

“Lagi iseng pengen naik kendaraan umum. Penasaran”

Jeno memajukan daun bibir bawahnya, menggangguk sambil mencoba menerima alasan Donghyuck.

“Gue turun dua halte lagi” Info Jeno sambil menunjuk arah yang dimaksud.

“Gue ikut”

“Iya. Kita ke bengkel dulu, gue ambil motor. Nanti abis itu gue anter lo balik”

“Siapa yang minta anterin?”

“Ya terus kalau gak nganter, gimana lo balik? Arah rumah lo kan gak kesini, Hyuck”

Donghyuck menunduk malu, lalu mengangguk kecil pertanda setuju. Jeno sedikit demi sedikit sepertinya mulai bisa mengupas teman yang terhitung barunya ini.

- Sangat lapar, perut Jeno bergemuruh. Saat ini keempat sekawan yang diisi oleh Jeno, Jaemin, Donghyuck, dan Renjun sedang fokus pada masing-masing tugas di laptop mereka di kost-an Jaemin alias markas tidak resmi mereka. Merasa tanggung dengan pekerjaan yang tidak kunjung usai, Jeno mengabaikan teriakan minta tolong dari lambungnya.

Tapi yang Jeno tidak tahu, Donghyuck juga ikut mendengarnya sehingga dia menjadi yang pertama mendeklarasikan kegiatan mereka harus disudahi dan secara halus menarik paksa Jeno kembali ke rumah masing-masing.

Donghyuck menumpang di jok belakang motor Jeno.

“Eh, bentar ke situ dulu” Teriak Donghyuck pada angin kencang menerpa wajahnya.

“Kemana?” Teriak balik Jeno.

“Soto iga situ”

“Lah kata lu gak suka soto?”

“Ngidam”

Jeno memberhentikan motornya di depan tenda lusuh milik Pak Zainudin tersebut. Jeno tahu nama pemiliknya karena terpampang jelas “Soto Iga Zainudin” pada print kain warung.

Setelah masing-masing sudah baca doa sebelum makan, Jeno penasaran dan bertanya “Ini bener lo lagi ngidam soto? Bukan karena gue bilang gue lebih suka makan di sini daripada di ajak ke resto seafood langganan lo kan?”

Donghyuck berdengus dan mendelikan matanya seperti bocah lima tahun.

“Enggak, pede banget sih lo”

“Ya, mungkin. Efek tingkah lo si”

“Gue kenapa”

“Gak apa-apa”

“Kebiasaan, kalimat gak di selesein”

Lalu mereka menikmati hidangan dengan khidmat.

Selesai makan, Jeno tidak berkomentar atas kuah yang masih penuh dengan tulang dan nasi yang tidak dihabiskan oleh Donghyuck.

-

Hujan makin deras, bersemangat sekali menjatuhkan diri di atas atap gedung kampus mereka sore ini.

Jeno yang berada di kantin sambil menyemil somai menjadi salah satu dari segelintir mahasiswa untuk menunggu air langit reda.

Dan bagai barang beli satu dapat dua, ada Donghyuck di hadapannya sedang fokus mencoba menaikan peringkat teratas di games yang sedang digandrungi oleh keduanya.

Ketika kalah, Donghyuck meletakan ponsel Samsung Galaxy -yang katanya adalah cadangan- dia dengan sembarang sambil membuang nafas kasar.

Jeno yang melihatnya hanya tersenyum gemas. Diusaknya anak rambut Donghyuck.

“Jen, menurut lo gue udah sederhana belum?”

“Sederhana lo dalam bentuk naik transportasi umum dan makan soto iga?”

Donghyuck menggigit bibir bawahnya lalu mengangguk. Jarinya terketuk-ketuk ke belakang ponselnya menghasilkan bunyi yang hanya bisa didengar oleh keduanya.

Jeno menaruh garpu dan sendoknya di piring. Mensejajarkan posisi keduanya. Matanya belum berani terangkat dan dia menegak ludahnya. Lalu dengan sangat pelan, tangannya menarik jemari Donghyuck, menyatukan celah keduanya seperti kepingan puzzle.

“Hyuck gue udah pernah bilang belum?”

“Bilang apa?”

“Udah ya kayanya”

“Ih, bilang apa?”

Jeno mengeratkan genggaman di kedua telapak tangannya.

“Kalau lo tuh 'cukup'. Gak berlebih dan gak mengurangkan, lo tuh cukup”

“Kata lo, lebih baik dideketin orang yang sederhana”

Kini kedua nya sama-sama saling tidak menatap. Dan Jeno pun berdiri lalu mengitari meja hanya untuk duduk di samping Donghyuck.

“Mau sederhana atau enggak, kalau udah deket sejengkal begini emang masih ada pentingnya?”

Donghyuck pun mengangkat wajahnya dan berseri. Seperti tidak memikirkan masa depan, Jeno memajukan dadanya, mengecup dahi Donghyuck. Membiarkan semilir angin dan tetesan hujan jadi saksinya.

Bahwa, mereka memang 'cukup'. Sangat berkecukupan.

-

From ; Renjun Gimana @Jeno udh minta kontrakan? Kan udh resmi jadian

From ; Jaemin Ecieeee dikirain cuma jadi sugar baby ajah SELAMAT JENOOO, TRAKTIRANNYA KE BALI YA MAS BRO

From ; Jeno Sialan