“Sah.”

Zora menatap kedua insan yang sedang tersenyum sangat bahagia. Rasanya seperti dihantam batu berkali-kali, sesak dalam dadanya membuatnya susah bernafas.

Kemudian ia memegang dada kirinya sambil berbisik. “It’s Okay Zora ayah bahagia, lo juga harus bahagia.”

Ia memegang pegangan kursi disampingnya melihat abangnya tersenyum menahan sakit. Nggak bisa, dia nggak bisa lihat ini lebih lagi.

Ia berlari meninggalkan tempat itu sambil sesekali menghapus air matanya yang sedari tadi mengalir.

“Kenapa rasanya sakit banget. Ayah Zora nggak bisa ayah.” isak Zora