naziira.

naziiraku yang indah tiada duanya.

ampas tengik kehidupan sore itu merupakan saksi nyata, tentang jati diri yang berziarah perlahan ingin menghapus eksistensi. ilmu hilang harganya macam obral barang inflasi. rasa tak bisa dibohongi, walau berkali-kali kau lebih memilih untuk merasionalisasi. asa pun berharap akan lebih sempurna hidup dilewati, tanpa sakit yang tak terbagi.

naziiraku yang indah tiada duanya.

angan tentang realita datang merusak cita-cita. zamrud tua penuh karat menjadi umpama jiwa yang sekarat. ingkar janji untuk cukup, untuk berhenti menyakiti diri. inginmu untuk bahagia dengan hidup yang gemilang, masih rumpang. revisi dan revisi kekurangan masih harus berjalan dengan segala bentuk tatanan.

ah, tapi. itu semua bukanlah sebuah dosa.

naziiraku yang indah tiada duanya, terimakasih telah mengajarkanku bahwasannya tiap insan memiliki waktunya masing-masing. terimakasih telah mengajarkanku bahwa tiap insan memiliki temponya masing-masing. dan terimakasih telah mengajarkanku cara untuk mensyukuri hidup yang telah dirusak dunia, sampai compang-camping.

untuk yang indah tiada duanya, naziira.

kutitipkan bangga dalam tiap doa. akan gagalmu, akan jatuhmu, dan akan segala hal yang membuat dirimu, menjadi dirimu.