Déjà entendu

Song Seungheon


Seungheon berhenti di depan sebuah ruko tua dengan cahaya remang di depan tapi terlihat terang di dalam. Ia melirik jam tangannya. Dia belum terlambat.

Seungheon membuka pintu toko itu dengan perlahan.

“Selamat datang~”

Suara itu. Suara yang pernah ia dengar. Tidak ada orang di balik kasir. Sepertinya si pemilik suara sedang ada di balik salah satu rak buku.

Di jam ini, masih ada beberapa orang yang asik melihat-lihat koleksi buku lama. Ada anak SMA, ada anak kuliahan (dari jaket universitasnya), ada orang kantoran, ada yang berpakaian santai.

Lalu ia mendengar senandung yang pernah ia dengar sebelumnya. Tapi Seungheon lupa di mana. Tempat yang sejuk dan menenangkan... taman?

Perlahan, Seungheon berjalan ke salah satu rak berisi buku-buku tua, tempat suara familiar itu berasal. Di ujung ruangan, seorang perempuan sedang menempatkan buku-buku ke dalam rak setelah mengelapnya. Perempuan itu bersenandung dengan tenang.

Lagi-lagi, dunia Seungheon terasa berhenti bergerak. Seperti tadi pagi, saat ia mendengar perempuan itu menyapanya dengan suara yang familiar.

Tidak mungkin kalau Seungheon memimpikan suaranya. Dia pasti pernah mendengar suara itu di suatu tempat.

Perempuan itu akan meletakkan salah satu buku di belakangnya dan ia menjatuhkan bukunya karena melihat Seungheon berdiri di dekatnya.

Tanpa bicara apa-apa, Seungheon mengambil buku yang terjatuh di hadapannya dan mengulurkannya untuk perempuan itu. “Yang tadi itu... lagu apa?”

Perempuan itu menatap Seungheon dengan pandangan bertanya sebelum berkedip menganggukkan kepala.

“Carpenters.”

Mulut Seungheon sedikit terbuka. “Ah, ya. Carpenters,” gumam Seungheon.

“Anda benar-benar datang lagi...”

Seungheon kembali terfokus pada perempuan di hadapannya. “Saya sudah janji.”

Perempuan itu mengangguk, lalu mereka hanya bertatap-tatapan selama beberapa saat. Seungheon masih mengira-ngira kapan dia bertemu perempuan ini. Si perempuan menunggu Seungheon untuk bicara.

“Silakan, dipilih bukunya. Struk Anda masih saya simpan...” ucap perempuan itu setelah Seungheon hanya menatapnya tanpa bicara apa-apa.

Seungheon tersadar dari pikirannya lalu mengangguk. Dia berbalik untuk mencari buku yang ia inginkan, namun belum genap selangkah, dia berbalik lagi. “Permisi, Agassi...”

“Ya?” Si perempuan penjaga toko mengalihkan tatapan dari buku-bukunya.

“Apa kita pernah bertemu sebelumnya?”

Si perempuan memiringkan kepalanya. “... Tadi pagi?”

“Selain itu?” ucap Seungheon.

“Saya rasa belum pernah. Apa ada yang salah?”

Seungheon menggelengkan kepalanya. Mungkin ia pernah lewat saat perempuan itu sedang bersenandung di suatu tempat. “Saya... suka suara Anda.”

Perempuan itu terlihat terkejut dengan pernyataan Seungheon, walau akhirnya membungkuk berterima kasih. Lalu mereka kembali bertatap-tatapan seperti tadi.

“Ehem,” Seungheon berdehem membersihkan suaranya. “Bisa tunjukkan saya letak buku-buku ini?” dia mengeluarkan sebuah catatan.

Perempuan itu dengan kikuk dan cepat mengambil kertas itu dari tangan Seungheon, lalu meminta Seungheon untuk mengikutinya.

Sambil berjalan, Seungheon tidak berhenti menatap perempuan itu. Mungkin, dia cuma berkhayal. Mungkin juga dia mendengar suara perempuan itu di suatu hari yang lalu. Yang pasti adalah, pemilik suara itu kini ada di depannya, dan membuat jantungnya berdetak cepat. Mumpung yang ini bukan imajinasi, Seungheon akan mengambil kesempatan ini sebaik-baiknya.


#SongSeungheon #AntologiIntuisi #indofic

Komentar dan feedback: https://secreto.site/18493978

Terima kasih!!! xx