How Do You Let Go?

Lee Joo Young & Lee Joon Hyuk


Suasana markas hari ini sepi. Kemarin banyak panggilan, hari ini cuma ada satu, itu pun yang pergi cuma Minki dan Jehoon karena gak parah.

Ini masih dekat jam makan siang, tapi langit udah berasa mau sore. Awannya tebal. Musim hujan bulan ini agak ekstrem.

Di meja yang biasa dipakai buat makan, sekarang jadi tempat Sungcheol dan Hyunchul buat main gaple. Gak jauh dari situ, di sofa, Jaewook tua, Seokjin, Yumi, dan Soyoung sedang menonton pertandingan bulu tangkis.

“Ngapain dicuci, sih? Nanti juga hujan, Minki.”

Itu Jehoon yang heran sama Minki karena pagi ini dia udah nyuci 1 mobil paramedik dan sekarang nyuci truk damkar yang nanti sore kalau ada panggilan juga kotor lagi.

Seungwoo yang lagi duduk di belakang mobil paramedik melempar gelas plastik kosong ke bahu Jehoon. “Biarin, lagi patah hati,” bisik Seungwoo.

Jehoon menoleh lagi pada Minki dan nyengir sebelum ikut duduk di sebelah Seungwoo yang lagi makan kacang.

Dari ruang ganti Joonhyuk keluar dengan ransel di lengan kirinya, masih dengan seragam kaos damkar oren, celana gunung panjang yang udah kotor, dan sepatu boots.

“Mau ke mana, Joonhyuk?” tanya Seungwoo.

“Tumben banget Joonhyuk keluar sebelum shift selesai. Mau ke mana lo?”

Joonhyuk melambaikan tangan agak acuh, masih tetap jalan. “Ada deh.”

Seungwoo dan Jehoon berpandang-pandangan sebentar sebelum mengangguk pada satu sama lain dan berjalan cepat buat mencegat Joonhyuk yang udah siap mau keluar.

“Mau ke mana lo?”

Mata Joonhyuk melebar. Gak jelas banget teman-temannya ini. “Ada urusan.”

“Akhir-akhir ini lo sering ga keliatan,” kata Jehoon.

“Ya karena shift kita beda???”

“Bulan ini lo suka izin pulang duluan,” lanjut Seungwoo.

“Tapi gue selalu balik buat shift malem,” sanggah Joonhyuk.

“Jujur sama gue,” Jehoon memegang kedua pundak Joonhyuk dengan dramatis.

Joonhyuk menelan ludah.

“Lo ketemu cewek, kan?”

Joonhyuk berkedip lalu sedikit memiringkan kepala tapi masih enggan menjawab.

“Ha!” Jehoon menyentak bahu Joonhyuk dengan wajah senang.

“Bukan kayak yang kalian pikirin!” Kata Joonhyuk sewot.

“Tapi cantik, kan?”

Joonhyuk menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Ng... Ya...”

Jehoon udah ketawa, Seungwoo cengar cengir. Joonhyuk serasa di film horor.

“STOP.”

Minki yang dari tadi nyiram truk di belakang mereka mematikan selang air, lalu dengan muka lempengnya berjalan pelan tapi pasti ke tiga orang itu.

“Mau ketemu cewek tapi pakenya begini?” tanya Minki khidmat kayak kepala sekolah kalo lagi amanat upacara.

Joonhyuk melihat dirinya sendiri dari ujung kaki sampai ke kedua tangannya, lalu menatap ketiga temannya. Di mana salahnya???

Jehoon, Seungwoo, dan Minki kompak menggeleng. Mereka lalu menggeret Joonhyuk masuk kembali ke tempat ganti.

Tempat parkir mobil damkar sepi. Cuma ada langit gelap dan Jooyoung di atas truk damkar yang dibersihkan Minki tadi. Gak kebasahan karena Minki cuma nyuci samping-samping, itu pun formalitas aja nyucinya.

Dari tadi, Jooyoung tengkurap dengan wajah ditumpu di tangan, melihat pemandangan di bawah, termasuk menonton Joonhyuk yang kayak lagi dibegal sama Jehoon dan Seungwoo.

“Kak Joonhyuk lagi deket sama orang, toh...” Jooyoung bergumam sendiri. Jooyoung menghela napasnya, lalu berbalik dan berbaring menatap langit mendung dengan tangan sebagai bantalan. Jadi begini akhir dari perasaan tidak jelasnya pada Joonhyuk...

Sudah sejak tahun pertama, Jooyoung mendeklarasikan pada dirinya sendiri kalau perasaannya pada Joonhyuk bukan sekedar adik ke kakak maupun mentee ke mentor.

Saat mereka mengobrol di depan warung bapak Jooyoung beberapa bulan lalu, hari di mana dia tahu kalau Joonhyuk tahu, Jooyoung malah memutuskan untuk tidak akan memberi tahu Joonhyuk tentang perasaannya. Sebelum-sebelumnya memang Jooyoung gak ada pikiran, sih, karena rasanya enggak mungkin juga. Tapi Jooyoung tidak pernah menutup kemungkinan itu.

Joonhyuk memang gak jelas, sok cuek, dan banyak bikin ilfeel. Tapi Joonhyuk surprisingly juga teman ngobrol yang nyaman, pendengar yang baik, dan selalu memberi ruang buat Jooyoung menata perasaannya tiap ada kejadian yang menguras emosi.

Baik-buruknya Joonhyuk tidak pernah jadi masalah buat Jooyoung. Fakta bahwa Joonhyuk tahu tentang dirinya membuat Jooyoung lega dan malu. Lega karena dia tidak harus menyembunyikan apa-apa ke seseorang yang membuatnya merasa seperti perempuan biasa. Malu kalau harus berdampingan dengan pria itu.

Sejak awal, masalahnya adalah dirinya sendiri. Karena faktanya, membayangkan Joonhyuk punya sedikit saja perasaan untuknya membuat Jooyoung merasa merendahkan pria itu.

Jooyoung sudah cukup senang bisa tertawa bersama Joonhyuk, bisa saling mencaci maki, suit setiap pagi buat nentuin siapa yang nyetir truk, rebutan gorengan, bisa saling menjaga di lapangan. Begitu saja sudah cukup. Jadi Jooyoung harus ikut senang karena Joonhyuk sedang selangkah lebih dekat dengan orang yang ia suka.

Suara ribut-ribut di bawah membuat Jooyoung kembali tengkurap.

Joonhyuk yang tadi digeret, sekarang malah didorong kayak lagi diusir dari rumah.

Joonhyuk menatap dirinya sendiri dari ujung kaki sampai ke atas. Sekarang Joonhyuk udah ganteng, pake celana jeans plus sweater v-neck yang kayaknya sih dipinjemin sama Minki. Rambutnya juga udah kelihatan mengkilap.

Masih dengan dramatisnya, ketiga orang yang dorong dia mengacungkan jempol. Bahkan Minki sampe mengangguk-angguk bangga.

Tiba-tiba sirine damkar berbunyi, membuat Minki, Seungwoo, dan Jehoon tanpa babibu langsung lari ambil perlengkapan, meninggalkan Joonhyuk berdiri kayak orang bego.

Beberapa saat kemudian, Joonhyuk menghela napasnya dan berbalik pergi.

“Kak Joonhyuk!”

Langkah Joonhyuk terhenti lagi, lalu dia menoleh ke dalam markas sebelum menyadari kalau suara dateng dari atas. Dia memicingkan mata melihat Jooyoung yang kepalanya menyembul dari atas truk damkar, kedua tangan kecilnya menggenggam pinggiran atas truk.

Jooyoung tersenyum lebar. “Fighting!

Joonhyuk semakin memicingkan mata, alisnya berkedut curiga. Tapi Jooyoung tersenyum makin lebar dan menunjukkan gigi-giginya.

Beberapa lama Joonhyuk dan Jooyoung saling pandang tanpa berubah ekspresi. Menatap Jooyoung beberapa detik lagi, Joonhyuk akhirnya tersenyum simpul sebelum berbalik pergi.

Jooyoung memandangi Joonhyuk sampai dia menghilang dari gerbang depan, lalu mengistirahatkan dagu di garis pinggiran truk. Gerimis mulai turun dan Jooyoung membiarkan rintiknya menetesi wajahnya.

“Semangat, Kak Joonhyuk...”


*Terinspirasi dari sebuah scene di Naked Fireman

Klik #damkarlife for more

#LeeJoonHyuk #LeeJooYoung #indofic

Komentar dan feedback: https://secreto.site/18493978

Terima kasih!!! xx