Enaknya satu ekskul ya pasti 90% kerjaan mereka lebih cepet kelarnya, apalagi kali ini Kyla masuk divisi fotografi sedangkan Jihoon masuk divisi editor.
Mereka memutuskan untuk nyicil hari ini pas pulang sekolah.
Seperti biasa, Kyla dibonceng naik motor sama Jihoon ke kosan cowok itu. “Ji, sorry, ini keras?” Tanya Kyla saat ia memeluk pinggang Jihoon tapi jemarinya gak sengaja ngeraba.
Tentunya cowok itu sempet ngeflinch, “Engga, yang. Hape aku itu. Pegangan yang kenceng, aku mau nyalib.”
“Eh- Oke.” Kyla akhirnya hanya menurut ke cowoknya, tanpa memikirkan yang tadi.
Sampe di kosan, Jihoon menjemur kedua seragam yang mereka pake barusan, selagi Kyla mandi. “Pake handuk aku aja ya, Kil! Kamu gak keramas kan?”
Setelah Jihoon mengetuk dan teriak sesaat, Kyla nyaut, “Gak kok, oke Ji!”
Gilirannya Jihoon untuk mandi, Kyla sedang memakai baju gantinya lalu dia keluar kamar mandi. “Aku buka laptop ya.” Ujar Kyla sebelum menutup pintu kamar mandi.
“Iya, langsung kamu charge aja.” Jawab Jihoon, sibuk keramas dalam ruangan shower.
Karena Jihoon sempet cukuran, jadi dia agak lama di kamar mandi. Keluar-keluar, Kyla sedang menghela nafasnya, senderan ke kursi itu.
Sang cowok langsung menghampiri pacarnya, “Kenapa, Kil? You okay?” Jihoon berdiri di belakang Kyla lalu ke sampingnya, mengelus pipi si cewek.
Kyla memegang jemari yang sedang mengelus wajahnya, “Daritadi kamu mandi, ini lama banget, Ji. Aku sampe ganti wifi berkali-kali dia gak mau ke download.”
“Oalah, coba sini liat.” Jihoon sedikit bungkuk untuk melihat screen laptopnya.
“Wangi amat sih, baru cukuran juga ya?” Kyla mendusel ke leher Jihoon lalu mengelus area dagu dan atas bibirnya sambil menatap cowok itu.
Senyuman auto terpampang di wajah Jihoon. “Thank you, cantik.” Puncak kening Kyla dikecup Jihoon sebelum cowok itu kembali fokus ke layar laptop.
“Ini karena baru nyala deh kayaknya. Soalnya pas di sekolah tadi aku pake sampe mati, lupa aku charge karena diajak main futsal tadi. Tunggu setengah jam aja ya, sayang. Istirahat dulu.” Jihoon mengecup kepala Kyla lagi, dia mengusap pundak ceweknya.
“Ck, dasar. Futsal mulu, mending pindah tuh bilang ke Asahi.” Kyla setengah bercanda, keduanya terkekeh.
Kyla berdeham, “Eh by the way, kamu gak mau jujur aja sama aku, Ji?”
“Hm? Maksudnya? Jujur apa, Kil?” Jihoon membulatkan kedua matanya.
“Tadi pas di motor.. Aku nanya kan kamu keras atau enggak, kamu bilang enggak terus bilang itu hape kamu.” Kyla memberi jeda, ia kemudian mengelus bicep cowoknya.
“Your phone was in my pocket, sayang. Dompet kamu juga ada di aku. Terus tadi apa? Rokok tadi kamu gak bawa juga kan?”
Melihat tatapan Kyla yang mulai berubah, Jihoon menggigit bibir bawahnya. Cowok itu kembali membungkuk, kali ini mendekat ke wajah Kyla. “My girlfriend knows me so well.”
Jihoon mengecup bibir Kyla berkali-kali. “Cantik banget sih.” Kecup lagi.
“Duh, keras lagi aku, yang.” Jihoon terkekeh sebelum mengecup Kyla. Lagi.
Mereka pun berciuman disitu sesaat sebelum akhirnya mereka pindah ke kasur.
Kyla menyender ke headboard sedangkan Jihoon senderan di perutnya. “Boleh nen dulu gak?”
“Tumben izin?” Si cewek downward smile, Jihoon makin lemah.
“Boleh ya?”
“Hm, buka aja.” Betapa senangnya Jihoon saat Kyla langsung setuju.
Tanktop abu-abu dan bra milik Kyla dinaikin. Jihoon memeluk pinggang ceweknya lalu mendekatkan wajahnya ke salah satu buah dada milik Kyla. “Mmh.” Cowok itu langsung memejamkan kedua matanya.
Kyla sesekali mendongak, sembari menyisir rambut Jihoon, mendorong kepalanya juga. “Nen terus kamu ya, fuck.. Ji..”
“Enak banget, yang. Stress relieving.” Jihoon sempet menatap Kyla lalu kembali merem.
“Ji ah.. Jangan digigit, sayang.”
“Gemes abisnya.” Jawab Jihoon, pindah buah dada dan tangan satunya meremas buah dada yang barusan dihisap.
Kyla mengusap punggung Jihoon. “Kenapa gak bilang aja tadi kamu keras, Ji? Hm?”
“Kan kemaren kita beberapa kali, Kil. Di rumah kamu, di sekolah, terus balik lanjut lagi. Aku gak tega.” Jawab Jihoon, mengelus dada dan pinggang si cewek.
Kyla terkekeh, dia meraih wajah Jihoon yang otomatis naik ke atas untuk mereka lanjut berciuman. “Kita pernah seminggu, masa beda sehari aja aku gak kuat sih, Ji?”
“Tadi pagi kamu susah naik tangga kan, sayang?” Tanya Jihoon, di sela-sela pagutan.
“Tapi seru.” Kyla terkekeh, diikuti Jihoon yang mengecup pipi lalu bibirnya lagi.
Kedua lengan cewek itu melingkari leher Jihoon. “Lagian kamu gampang ngaceng sih.”
“Gara-gara kamu lah itu.”
“Kok aku? Yang mikirin siapa coba?” Pertanyaan itu membuat Jihoon mendengus, kemudian maju untuk berpagut lebih dalam dan agresif.
Selagi makeout, Jihoon meremas paha Kyla beberapa kali, sampe akhirnya di area bawah cewek itu.
Baru mau masuk ke dalem celana, Kyla menahan tangannya. “Nanti.”
“Kamu nunggu apa, cantik? Ini aku siapin dulu.”
Kyla menaikkan salah satu alisnya, “Emang kita mau ngewe?”
Melihat perubahan di wajah Jihoon, Kyla langsung tertawa pelan sambil mengelus tengkuk cowoknya itu. “Kidding, Ji. Aku masih mau ciuman sama kamu.”
“Kan bisa sambil ciuman aku siapin.” Jihoon memanyunkan bibirnya yang masih bersentuhan dengan bibir Kyla.
Cewek itu mengecup bibir Jihoon. “Nanti aku malah fokusnya ke jari kamu, Jihoon. Sini cium lagi.”
Makeout session mereka berlangsung selama belasan menit sesuai permintaan Kyla.
Keadaan dua orang ini semakin berantakan pastinya, which made things hotter. “Please jari aku gatel banget pengen masuk ke dalem.”
“Ya okay, buka celana aku aja.” Kyla melebarkan kedua kakinya setelah Jihoon mengatur posisi di sela-sela kakinya.
Jihoon melepas celana pendek dan panties sang pacar, ia juga mengecup paha Kyla beberapa kali sambil turun ke bawah.
Two fingers in. “Oh fuck yes..” Desah Kyla pelan, dia menatap Jihoon dengan dalam.
“Enak, cantik?” Jihoon menatap Kyla balik, temponya dipercepat.
Cewek itu mengangguk, “Selalu enak sama jari kamu, Ji. Lick my pussy.”
Jihoon membasahi bibirnya, slightly smiling at his girl. “Lebarin lagi, sayang.”
“Ah.. Aduh, Ji..” Kyla mulai menjambak rambut cowok itu saat lidah Jihoon masuk ke dalamnya.
Suara menghisap dan kocokan jemari Jihoon membuat Kyla semakin turned on, dia jadi gak sabar buat lanjut.
Jihoon meremas kedua inner thighs Kyla sambil menatapnya tajam dari bawah. “Langsung keluarin aja, cantik.”
“Nggghhh… Jihoon.. Enak banget.. Fuckk, bersihin, sayang.” Kyla mendongak, dia gak tahan.
Another permintaan yang diturutin Jihoon, milik Kyla di bawah situ jadi bersih. “Cantik. Cantik banget pacar aku. I love your hair kalo diiket setengah gini, fuck.”
Pipi Kyla memerah, terlebih Jihoon sudah berlutut jadi mereka bertatapan dengan jelas.
Cowok itu menjilat area mulutnya sendiri saat merasa ada sisa klimaks ceweknya tadi. “Masih mau aku makan atau lanjut, hm?”
“Lanjut, Ji. Tiduran sini.” Kyla geser supaya Jihoon bisa tiduran di tempatnya.
Gantian, Kyla yang berada di atas Jihoon. Cewek itu duduk on top of his hard dick yang masih terbalut celana pendeknya.
Setelah Kyla melepas atasannya yang tadi gak dibuka fully, dia melepas kaos hitam Jihoon juga. “Duh, i’m going insane, Ji. Badan kamu ini..”
Jihoon menggigit bibir bawahnya lagi saat merasa usapan dari jemari Kyla di torsonya. “It feels great, yang, kalo reaksi kamu begini ke badan aku.”
“This means i did a great job working out.” Kini Jihoon memegang belakang kepala Kyla yang sedang mengecupi tubuhnya.
Beberapa tanda merah pun muncul di dada dan abs cowok itu.
Kyla juga sesekali mengusap area tubuh Jihoon yang ada tanda lahirnya itu. “So good.” Jihoon tersenyum ke arah Kyla.
“All mine, i don’t care.” Gumam Kyla, kini menghisap nipples Jihoon.
Abs cowok itu ngeclench, “Fuck, iya cantikku. All yours. Semua punya kamu.”
Tanpa sadar, Kyla sedaritadi menggerakkan pinggulnya di atas Jihoon. “Ngh Ji.. Aku deket lagi.”
“Becekin celana aku, sayang. Such a slutty move, aku gak sadar daritadi kamu humping di atas kontol aku.” Salah satu telapak tangan Jihoon memegang wajah Kyla.
Kini leher Kyla digenggam lalu ditarik ke bawah untuk Jihoon cium, meredakan suara desahan si cewek. “Bangsat. Sayang, ini basah banget.”
“Sorry, Ji. You told me to tadi.” Kyla kembali ngepout setelah mencapai klimaksnya barusan.
“Don’t apologize, cantik. Ini yang aku pengen rasain daritadi.” Jihoon menatap bibir Kyla lalu kembali menatap mata ceweknya itu.
“Ah fuck, sakit, yang.” Jihoon meringis saat merasa miliknya semakin keras.
Kyla yang belum duduk tegak lagi itu iseng memegang milik Jihoon. “Jihoon? Aku jarang ngerasain kontol kamu sekeras ini loh?”
“Buka, yang. Sesek banget.” Jihoon gak sengaja memejamkan kedua matanya sekilas.
Sedikit gak tega, Kyla akhirnya duduk di sela-sela kaki Jihoon lalu menurunkan bawahan cowok itu. “Anjing..” Si cewek bergumam saat melihat pemandangannya.
“Uh fuck.. Feels good.” Jihoon mengocok miliknya sendiri.
Muscle memory.
Kyla membenarkan iketan rambutnya, “Kamu yang lemesin atau aku sih jadinya?”
“Kamu, Kil. Butuh dijepit ini.” Jihoon langsung menjauhkan tangannya dari miliknya.
Si cewek meludah ke milik Jihoon lalu mulai mengocoknya, ia mengecupi abs Jihoon, turun ke bawah sampe akhirnya memasukkan milik Jihoon ke dalam miliknya.
Kedua tangan Kyla bekerja bersama mulutnya itu.
Kaki Jihoon sampe ngeflinch berkali-kali. “Bangsaaat.. Ahhhh sayang, sayang aku gak kuat.”
“Kil, Kila sayang.. Fuck.. Ah anjing anjing..” Jihoon meremas dadanya sendiri sangking gemesnya, tangan satunya meremas bed sheets sebelum dipindahin sama Kyla ke kepalanya.
“Aku gak tahan, cantik.. Fuck.. Mau cum..”
“Tahan, Ji.” Suruh Kyla, currently rubbing Jihoon’s balls.
“Ga- Gak bisa… Aaahhh!” Jihoon pun mencapai klimaksnya di dalam mulut Kyla.
Cewek itu mendengus. “Cowok aku kok sekarang gak bisa nahan cum sih? Biasanya bisa.”
Tangan Kyla masih bergerak naik turun. “Still hard as a rock, Ji.”
Sangking lemahnya, Jihoon gak bisa ada perlawanan. He’s in the mood buat dibayiin sama ceweknya. “It feels so fucking good aku cum di mulut kamu sayang.”
“Cum aku netes itu di dagu kamu.” Jihoon terengah-engah, menatap Kyla dari atas.
Kyla’s slapping her own face with Jihoon’s dick. “My horny. Fucking. Boyfriend.”
“Sayang i need your pussy, kontol aku yang butuh, please.” Kini Jihoon menumpu badannya dengan kedua sikunya.
“Gendong aku, ke sofa.” Pinta Kyla, cewek itu sedang menghisap jemarinya yang tadi bermain dengan milik Jihoon.
Gak sampe lima detik, Jihoon dengan pelan berdiri lalu menggendong tubuh Kyla dengan mudah ke sofa di sebelah.
Keadaan mereka yang sama-sama full naked, keringetan tipis, wajah yang memerah, sangat mendukung momentum. Especially mereka tetep lanjut berciuman saat berpindah tempat.
Kyla menumpu badannya dengan kedua lututnya, lalu Jihoon berada di belakangnya.
Sang cowok memeluk ceweknya dari belakang sambil memasukkan miliknya itu dari bawah. “Oh shit, Jihoon..” Kyla meremas lengan pacarnya yang forearmnya terpampang jelas.
“Fucking finally, ah gila anjing..” Jihoon mendesah di leher belakang Kyla. “Yang, aduh yang…” Desah si cewek saat Jihoon memperdalam miliknya.
“Yes, sayang? Enak, hm? Sucking me up so good kamu ini.” Jihoon meremas salah satu buah dada Kyla lalu mengusap bagian depan milik si cewek.
Saat Jihoon mengecupi leher bagian samping Kyla, cewek itu mengistirahatkan kepalanya ke belakang, di pundak Jihoon.
“Mmh! Terus, Ji! Ah.. Fuck cepetin, Ji.. Ah fuck.” Kyla mendesah setiap hentakan yang semakin kenceng.
“Tightest ever, enak banget memek kamu, sayang.”
“Aaah Jihoon..” Kyla menggenggam salah satu jemari Jihoon.
Tangan Jihoon yang satunya lagi menampar bokong Kyla sebelum diremasnya, aksi itu diulang beberapa kali sama Jihoon.
Ia mendekat ke samping telinga Kyla. “Enak ya ngentot sama aku, hm? Your pussy so tight, sayang.”
“Kontol kamu kegedean, Ji. So long for me fuckkk…” Kyla menoleh sedikit ke Jihoon.
“Ah bangsat.. Aku deket, yang.”
“Keluarin.” Ucap Kyla.
Singkat, padat, jelas. Namun Jihoon langsung mengerutkan dahinya. “Be fucking for real, cantik. Aku beneran udah deket ini.”
“Keluarin, Ji. Take it out. Aku mau gerak, gantian.” Jihoon terpaksa mengeluarkan miliknya demi Kyla.
Kini posisi mereka berubah lagi.
Jihoon menyender ke belakang sementara Kyla berada di atasnya, membelakangi Jihoon. “Aduh anjing, Ji… Ah panjang banget sampe nembus.”
“Sayang, gerak lagi, please.” Jihoon memejamkan matanya, ia meremas kedua paha Kyla dari belakang.
“Ah! Fuck fuck fuck!” Kyla bergerak naik turun dengan kencang, temponya sesuai kata kasarnya barusan.
“Remesin tete aku, Ji.”
Kini Jihoon mengistirahatkan kepalanya di punggung Kyla, he couldn’t care less dengan ceweknya yang bergerak nonstop brutal.
Si cowok meremas buah dada Kyla dengan kedua telapak tangannya.
“Ah… Sayang, aku udah gak bisa tahan lagi, fuck..” Jihoon sudah mulai gak fokus, ia mengatur nafasnya baik-baik.
Kyla ikut memegang tangan Jihoon yang masih meremas. “Cum, muncratin ke dalem aku Ji. I’ll take it, ah fuck anjing.”
“Sssshh.. Kil, anjing anjing! Holy fucking shit.. Sayang, enak banget.. Ahh..” Paha Jihoon gemeter, lebih parah daripada Kyla.
Keduanya mengatur nafas setelah sama-sama sudah mencapai puncak masing-masing.
Masih di dalam si cewek, Jihoon terus menerus mengecupi pundak dan punggung Kyla sembari memeluknya erat dari belakang.
Kyla juga memegang sesekali mengelus pergelangan tangan Jihoon. “Wah..”
“It felt too good ya, cantik? Sini balik badan ke aku dong.” Jihoon nyengir.
“Ah tapi lagi enak ini, Ji. Gak mau dikeluarin.” Si cewek mulai mode rewelnya, salah satu kelemahan Jihoon yang dia suka.
Lagi-lagi Jihoon mengecup pundak Kyla lalu membantu ceweknya perlahan. “Iya, sayang, sini balik nanti masukin lagi, ya? Pelan-pelan sini yuk, aku mau ngeliat kamu.”
Posisi pun berubah lagi, dan masuk lagi. Tapi kali ini cuman buat kenyamanan si cewek sesaat. “Hmm.. Wangi.” Gumam Kyla saat mendusel di ceruk leher pacarnya.
“You too, cantik. Sini liat aku.” Jihoon terkekeh lalu menarik wajah Kyla.
Keduanya bertatapan tanpa ada yang berbicara selama sesaat, sebelum Jihoon mesem-mesem sendiri, “Apa sih, Kil? Makin cantik sumpah kamu tuh. Kadang aku di kelas suka gak sabar istirahat karena pengen ngeliat kamu tau gak?”
“Mulai kan buayanya keluar nih kamu, gak usah aneh-aneh ah gombalnya.” Melihat gadisnya salting, Jihoon tertawa.
“Kenapa jadi gombal? Kan emang faktanya begitu, sayang.” Jihoon mengusap bokong sampe paha ceweknya.
Kyla mengecup bibir Jihoon dengan cepat, “Ya kamu juga ganteng banget lah-“
Baru mau lanjut ngomong, Jihoon memegang wajah Kyla lalu menariknya untuk berciuman. “Kurang lama ciumnya.” Ujar Jihoon di sela-sela pagutan.
“Mau nen lagi boleh gak-“
“Kebiasaan! Nanti ah!” Kyla memukul pelan punggung Jihoon kemudian ia usap.
Setelah beberapa saat mereka di sofa itu, Jihoon memakaikan pakaian dalam ke Kyla dan dirinya sendiri.
Masih males pake baju, mereka langsung duduk di kursi desk punya Jihoon yang Kyla dudukin tadi, kali ini si cewek dipangku cowoknya.
Kyla sibuk memindahkan foto, Jihoon sibuk mendusel ke ceweknya, “Si cantik.” Gumam si cowok, Kyla pura-pura gak denger padahal pipinya udah merah merona.
Karena suhu yang makin nyaman, Kyla balik badan bertatapan sama Jihoon di pangkuannya, lalu tertidur di ceruk leher cowoknya.
“Duh gemesnya.” Jihoon terkekeh sebelum mengecup pipi cewek itu, ia memulai proses ngedit tapi sesekali mengusap punggung Kyla for the 292729th time.
Tau bakal ada kefrustasian mengedit, Jihoon memindahkan gadisnya ke kasur lalu menyelimutinya. “Bentar lagi aku kesini ya, cantik. Sini naikan lagi.”
“Hngg.. Jangan kelamaan.” Kyla ngomong dalam keadaan tidur namun setengah sadar.
“Iyaa, sayang.” Jihoon mengecup puncak kepala Kyla sebelum mengacak rambut cewek itu.
That boy is flustered.
Di kelas aja suka salah tingkah mikirin ceweknya, gimana ini coba lagi ngedit tapi dalam satu ruangan yang sama?