megalow one
Not so perfect timing for these two. Satu baru pulang dari kampus dengan mood yang bagus ketemu sama cowoknya yang lagi badmood karena something happened.
Matt tetep ngebukain pintu mobil buat Kyla, gak lupa nyium tentunya. But Kyla realized something’s off with her boyfriend. “You good?” Tanya Kyla ke Matt yang baru duduk di driver’s seat.
“Someone hit the back of our car, but i know you would be so mad kalo ada luka di badan aku so, aku nahan diri buat gak ngejar.” Matt menghela nafas, ia mulai menyetir.
“Hah? The fuck? Kenapa gak kamu hajar aja sih?” Kyla sedikit shock mendengar kabar dari cowoknya itu.
Matt langsung nengok ke arah Kyla sebentar, “Are you being for real? Tumben banget aku dibolehin berantem.”
“Sumpah tadi pas aku keluar lobby, muka kamu seserem itu kayak lagi marah banget.” Kyla meringis.
Cowok itu mendengus lalu lanjut fokus ke jalanan, “Emang marah banget. I tried to hold it di depan kamu.”
“Take it out on me, then. Berenti di pinggir deh, cari spot sepi.” Pinta Kyla secara spontan, terlalu peka.
Matt mendecak. “Babe.”
“Apa?“ Tantang Kyla, ia mulai membuka outernya.
Matt membasahi bibir bawahnya, “You’re crazy.”
Bisa-bisanya dalam sekejap, Matt langsung mendapat spot sepi. Mana udah sore, pasti gak bakal ada orang yang merhatiin mobil mereka di parkiran belakang restoran-restoran fast food.
Si cowok dengan handal, memutar setiran dengan salah satu tangannya, satunya lagi memegang headrest mobil sambil ngeliat ke belakang dan spion.
Baru aja mau pindah, hape Matt malah berdering. Mana yang call dia Chris pula. Mau gak mau diangkat, takutnya urgent.
Kyla doesn’t give any shit, dia membuka seatbeltnya dan seatbelt Matt.
“Babe, nanti.” Bisik Matt, deg-degan karena Kyla udah melepas kancing dan menurunkan celana jeansnya.
Cewek itu malah melanjutkan kegiatannya. Dimulai dengan kecupan lewat boxer lalu ia mengeluarkan milik Matt. Yang udah keras. “Matt, you’re hard as fuck ini.”
Cowok itu ngemute suaranya sendiri so Chris gak bakal denger apa-apa. “Be patient for me, can you?” Tanya Matt dengan tegas, namun salah satu tangannya mengusap kepala Kyla.
“Please.” Kyla memanyunkan bibirnya sambil mengocok milik Matt dengan pelan.
“I-“
“Matt i’m talking, can’t you hear? Gue bingung jir..” Suara Chris yang terdengar membuat Kyla tersenyum, dia ada kesempatan buat tetep lanjut.
“Bad signal disini, mending- Mmh, mending tanya Nick. I’m not good at choos- Ah.. Ehem! Sorry..” Si cowok mendongak saat Kyla menggunakan mulutnya dengan brutal.
Suara di telp kembali dimute sama Matt, “Kyla fuck.. Stop dulu.”
“Ah shit, feels so good. I can feel your throat- Ah anjing..” Matt sempet menaikkan pinggulnya ke atas.
“Halo? Ck, yaudah, kabarin ya please. Gue nitip jajanan dong btw!”
“Hah? Iya, iya. Ntar gue- Chat.” Cowok itu berusaha untuk menahan desahannya, kini menjambak rambut Kyla, lowkey controlling her.
Kyla menepuk lengan Matt, “Mmm, you’re hurting me.”
“Sorry, baby. Maaf, gak sengaja.” Ucap Matt dengan pelan, ia segera mengusap kepala Kyla saat menyadari aksi jambaknya yang kekencengan barusan.
“_Lu ngomong ama siapa-“
“Bro i can’t hear you.” Matt pun menutup telpnya.
Sedikit lega, Matt menyender sembaru menghela nafas lalu menyisir rambutnya ke belakang. “Fucking hell.”
Kyla masih aja lanjut.
“Pindah ke belakang sekarang.” Perintah Matt langsung didengerin sama Kyla tentunya. Cewek itu ngemundurin kursinya kayak biasa.
Setelah ikut pindah ke belakang, Matt melepas kaosnya di atas Kyla lalu terkekeh, “Am i the only one who’s gonna be naked, hm?”
Kyla immediately unbuttoned her shirt. Sesaat mau ngebuka kancing celananya, tau-tau Matt daritadi udah nurunin, termasuk panties yang Kyla pake sedari tadi. “Whore.” Ujar Matt, ia menampar pipi Kyla.
Leher si cewek dicekik oleh cowok itu sebelum mereka berciuman. “Matt fuck..” Lenguhan Kyla terdengar di sela-sela pagutan.
“Hm? Baby so wet.” Geram Matt, jemari satunya berada di milik Kyla. Ia mengusapnya berkali-kali.
She flinched of course, “Ah, Matt..”
“Keep your legs open, whore.” Paha Kyla kena tampar lalu Matt kembali mengusap miliknya.
Makeout sesh berjalan beberapa menit till’ their lips are wet and swollen. “I can’t handle it anymore.” Kyla menjambak pelan rambut Matt.
“You can’t even handle my fingers? Gimana kalo kontol aku yang masuk, hm?” Pipi Kyla diremas oleh jemari Matt, keduanya bertatapan dengan dalam.
“Iya, fuck- That’s what i want, Matt- Aah.. Stop it, i need your cock, please..” Si cewek berusaha menahan tangan Matt yang satunya karena dia kept going.
Plak! Pipi Kyla kena tampar lagi, kini Matt kembali mencekik leher ceweknya. “Makanya ngomong yang bener, you fucking needy slut. My slut.”
Mereka lanjut berpagut selagi Matt menyiapkan miliknya sesaat. “I’m going in.” Bisik cowok itu di telinga Kyla.
“AHH- Anjing..” Si cewek yang tadinya meremas pundak Matt, pindah untuk menutup mulutnya sendiri.
Si cowok menyingkirkan tangan Kyla, “No need to hold it, baby. Kan yang dengerin aku.”
Matt menatap Kyla dari atas, kedua jemari mereka menyatu. “You like this, hm?”
“Ah! Ah fuck! Keep going, sir.. Nghh fuck me harder..” Kyla mengarahkan tangan Matt ke buah dadanya.
“You’re. Fucking. Mine. Ah anjing!” Matt menghentakkan pinggulnya lebih kencang dan dalam, mereka sendiri ngerasa kalo mobilnya ikut bergerak.
Si cowok meremas buah dada Kyla sehingga bertanda merah. “Aduh enak banget bangsat..” Kedua mata Matt terpejam sesaat sebelum turun untuk menghisap buah dada ceweknya.
Belakang kepala Matt didorong sama Kyla, “Sir ahhh.. Don’t want this to end, fuck fuck fuck.. Keep fucking me..” Kyla ikut menaikkan pinggulnya ke atas.
Sangking frontalnya, Matt juga ikutan gemes sama situasi saat ini. “Enak ya, baby? Enak aku entot? Your tight cunt is not helping, you know? Ah goblok anjing..” Si cowok semakin frustasi, ia menjambak rambutnya sendiri saat melihat ekspresi Kyla.
Kalung cowok itu bergelantungan dari atas.
Matt mendesah saat salah fokus ke perut Kyla. “Ah anjing.. Nembus, sayang.”
“You’re so deep, fuck.. Enak banget..” Udah sama-sama melontar gak jelas, Kyla sendiri gak sadar saat ia meremas buah dadanya sendiri.
Melihat aksinya, Matt menggigit bibir bawahnya, nafasnya terengah-engah. Kedua jemari Matt juga meremas pinggang Kyla. “Aw sweetheart, you’re enjoying this, huh? Like the way i fuck you rough, hm? You like it, baby?” Keenakan ya sayang?”
“Spit on my mouth, sir. Holy fuck.”
Matt pun melakukan hal tersebut sesuai permintaan ceweknya. “Dirty slut.” Setelah itu, Matt lanjut melumat bibir Kyla. French kiss after all.
Keduanya semakin gila saat melihat satu sama lain berkeringat. “You have the best dick ever, fuck.. Ahhh, sir, cepetin..”
“Huh? What did you say?” Si cowok pura-pura gak mendengar, ia kembali menampar pipi dan buah dada Kyla.
Si cewek melemah saat ngeliat Matt terkekeh walau ngos-ngosan setengah mati. “Oh fuck.. Please cepetin, Matt..” Kyla menyisir rambut Matt ke belakang.
“Matt?” Cowok itu sengaja berhenti.
“Fuck fuck, please keep going, please.. I beg you, sir.. Sir please..” Kyla meneteskan air matanya.
Keringet di leher dan rahang Kyla diusap sama Matt. “Istirahat dulu ya bentar?”
“Please.. Aku udah deket..” Kyla kembali memanyunkan bibirnya, dia tersiksa karena Matt beneran gak gerak-gerak.
“Oh? Udah deket ya?” Wajah mereka berdekatan, Matt kembali terkekeh.
“Matthew please..” Mata Kyla udah berair lagi.
Si cowok ikutan ngepout, “My poor little baby. Sini cium.”
Matt melumat bibir Kyla dengan lebih sensual, jemarinya mengusap kepala cewek itu.
Bibir bawah Kyla digigit oleh Matt saat menjauh. “Mau cum?”
“Mau.” Kyla mengusap rahang Matt.
“Hm?”
“Mau, sir, please.”
Kening Kyla dikecup. “Good girl.”
Cowok itu kembali bergerak dengan brutal. “Like this?” Matt mengeraskan rahangnya.
“Yes, ahh.. Makin gede, sayang.. Please make me cum..” Panggilan tersebut tentunya membuat Matt sedikit lemah.
Si cowok bergerak terus menerus, ia sambil mengecup leher, pundak, dan collarbones ceweknya. “Fuck.” Geram Matt kesekian kalinya.
Kedua kaki Kyla melingkar di pinggul cowoknya. It gets deeper. “Come on, sayang. Cum for me. Keluarin semua dari memek kamu, lemme’ see how wet your pus-“
Kyla gak sadar dia udah mencapai klimaks dengan hebat, matanya tertutup rapat, ia hanya bisa meremas biceps cowokny yang penuh tato itu. “Ah..”
“Sayang, kamu squirt.” Matt is basically drooling over his girlfriend’s afterglow.
“Cum in my mouth.” Kyla udah lemes, tapi masih berusaha keras.
Matt mengeluarkan miliknya dari milik Kyla.
“Open wide, sayang.” Matt mengarahkan ke depan mulut Kyla.
Untung udah deket juga, jadi gak makan waktu banyak buat Matt mencapai klimaksnya juga. Ia menghentakkan pinggulnya pelan sambil mengusap kepala Kyla. “Fuuuuckk..”
Walaupun sedikit struggling, Kyla sesekali melihat ekspresi cowoknya. Terlebih saat cowok itu mendongak sambil menganga keenakan.
Saat Matt kembali menatap Kyla, ia terkekeh lagi. “You. Are. The fucking. Best.”
Ia menyisir rambutnya ke belakang, “Mulut kamu enak banget, baby.”
Matt pun balik ke posisi semula, ia mengelus wajah Kyla dan tubuhnya supaya cewek itu lebih tenang. “Capek ya? Maaf ya baby.”
“Oh shut up. You can’t resist me, pasti masih pengen lanjut.” Kyla membuang muka.
“Hey, look at me.” Matt mengarahkan tatapan Kyla ke dia dengan memegang dagu ceweknya.
“Yeah i could never resist you.” Matt salting sendiri ngeliat Kyla.
Kini posisi mereka berubah, malah Kyla dipangku Matt, masih full naked.
“You’re killing me.” Ujar Matt di ceruk leher Kyla, ia memeluk pinggang ceweknya dengan erat.
“Apaan sih? Kan aku gak gerak.” Kyla menjauh untuk menatap wajah Matt.
Matt menelan ludahnya. “Yaudah, don’t even try.”
“Why? I thought kamu suka kalo aku yang gerak gini.” Kyla iseng bergerak naik turun beberapa kali. Cowok itu sekilas mendongak lalu menarik ceweknya masuk ke dalam pagutannya.
“Make me cum for the second time then.”