write.as

Sosok Ayah

Selagi menunggu hujan reda, Tiara melihat foto dimeja belajar Tara. Ia melihat foto keluarga Tara yang dimana terdapat potongan di foto tersebut.

“Kak, ini kok kaya ada yang ilang?” Tanya Tiara dengan kekepoan nya

“Oh. Itu bagian bokap. Sengaja gue potong karena gue muak ngeliat muka dia.” Jawab Tara

“Oh, sorry kak.” Ujar Tiara dengan nada kecilnya yang tidak bermasuk menanyakan hal itu

“Tiara, gimana sosok ayah Dimata Lo?” Terlontar pertanyaan dari mulut Tara yang terlihat serius

“Papah ya? Ehm... papah sih selalu ngajarin gue hal hal kecil dalam hidup dan bener bener ngebuat gue yakin akan masa depan gue. Dimana Tiara Estherlina akan membanggakan kedua orang tuanya. Papah juga sebagai Tempat curhat gue Selama SMP sebelum dia meninggal. Sampai saat ini gaada yang bisa ngegantiin posisi dia untuk perihal curhatan hati gue kak.” Jawab Tiara

“Beruntung.” Ucap Tara

“Hah?”

“Iya Lo beruntung punya papah yang care sama Lo. Dulu waktu mamah diluar kota, gue sering ditinggal sama ayah gue. Gue ngeliat anak anak lain dianter sekolah sama ayahnya, dijemput sama ayahnya, yang bisa gue lakuin hanya bertanya tanya, kenapa ayah gue berbeda? Kenapa ayah gue ga kaya ayah dari temen temen gue? Gue pengen rasanya punya kehangatan dari sosok ayah. Tapi gue gabisa. Karena ayah Gue cuma sosok pria yang brengsek dan gangerti apa itu Keluarga.”

“Kak Tara....”

“Gue tau ayah gue termasuk orang hebat dibidangnya, mamah juga orang yang sangat kuat, tapi gue gamau rumah tangga gue seperti rumah tangga mamah dan ayah. Cukup gue aja yang merasakan hal seperti ini, anak gue jangan. Gue gamau anak gue jadi korban dari keegoisan orang tuanya.” Jawab Tara yang sedang melihat keluar jendela

“Mamah juga pernah bilang, cukup mamah yang merasakan hal ini, kamu jangan. Gue percaya akan hal itu. Makanya gue gamau pacaran sama orang terlalu cepat. Lebih baik pelan tapi gue tau semua sisi dari perempuan tersebut”

Kamar milik Tara ini seakan akan menjadi saksi bisu bahwa pria ini adalah pria yang lemah perihal keluarga. Kamar yang melihat ia dipukul oleh ayahnya, dan menangis setiap malam karena ayahnya.

Tanpa disadari air mata pria bernama Meghantara Prakasa ini menetes dan sontak membuat Tiara kaget. Ia tidak pernah melihat Tara meneteskan air mata seumur hidupnya.

“Kak... Lo punya gue kok? Kalau Lo butuh apa apa, Lo bisa chat gue, telfon gue, bahkan kerumah gue. Ok?”

Tiara memeluk tubuh Tara agar ia berhenti meneteskan air mata yang disebabkan trauma dimasa kecilnya.


Hujan sudah mulai reda. Begitu pula keadaan hati Tara saat ini. Beruntung ada Tiara bersamanya yang bisa menenangkan hati dan jiwa nya.

“Kak. Udah siap. Yuk?” Ucap Tiara yang memegang tali dari tas selempang kecil miliknya.

“Yuk, jangan ada yang ketinggalan termasuk kodok Lo yang bangkit dari kematiannya” jawab Tara dengan guyonan tentang kodok nya Tiara yang telah berhasil dibedah

Disaat perjalanan mengantar Tiara pulang, gadis ini bertanya kepada Tara tentang pekerjaan Tara yang lain.

“Kak, Lo abis ini kerja kan?”

“Iya. Makanya gue pake baju putih”

“Kerja dimana kak? Kok gue gapernah dikasih tau tempat kerja Lo?”

“Di cafe. Gaakan gue kasih tau. Ntar Lo malah mampir terus dan minta gratisan.”

“Heh enak aja. Gue bakal bayar ya!!” Jawab Tiara dengan memukul pundak Tara

“Gue kerja di Cafe Neo 112. Belum lama, tapi gajinya lumayan dan bisa bantu gue kecil kecilan. Soalnya kan gue sibuk sama kuliah, tapi disana mereka bener bener baik sama gue. Jadi rada bebas gitu. Owner nya adalah papah dari sahabat gue, Deran.”

“Oh cafe temen Lo. Pantes aja. Yaudah kapan kapan gue main deh ya.... Bolehkan?”

“Ga.”

“YAUDA MENDING GAUSAH.”

“Ya.” Jawab Tara dengan nada dinginnya

Perjalanan dari rumah Tara ke komplek Tiara tidak sampai 10 menit tapi rasanya seperti 1 jam. Karena ocehan gadis satu ini sangat lah banyak. Mulai dari pergibahan yang Tara sendiri tidak tau siapa yang sedang digibahkan, atau perihal mengejar cinta Reno yang tak kunjung usai.

“Sampe. Turun. Gue ntar telat.”

“Sabar elah ka. Proses nih...”

Tiara melepaskan helm milik Tara yang sangat ia membuat ia benci akan benda mati.

“Nih helm polisi Lo. Besok besok gue bawa helm sendiri deh biar kalau gue ngomong apa Lo gadenger.”

“Besok besok naik ojek aja sendiri, ngapain berharap gue jemput?”

“DIH GEER BANGET MANUSIA SATU INI YATUHAN....”

“UDAH SONO KATANYA TELAT, MAU DIPOTONG GAJINYA??”

“Iya gue jalan dulu. Salam buat mamah. Kasih tau gue hasil ujiannya hari Senin besok.”

“Iya. Kalau inget....”

Tara meninggalkan Tiara didepan gerbang hitam milikknya. Waktu sudah menunjukkan jam 3 sore. Tanpa Tiara sadari, dia ada janji kencan malam Minggu bersama pria yang ia idamkan yaitu Reno sang ketua OSIS.

Tiara bergegas masuk kedalam rumah dan mempersiapkan dirinya untuk kencan pertama dia.